Tuesday 17 March 2015

THE GREAT OF TIONGKOK: SEJARAH TIONGKOK DALAM LINTASAN DUNIA

TIONGKOK DALAM LITASAN SEJARAH 

Tiongkok nama aslinya adala Chung Hua Jen Min, kemudian lebih dikenal dengan nama Republi Rakyat Cina (RRC). Orang Inggris menyebutkan Chenice dan bangsanya disebut bangsa Tionghoa. Pada waktu kini berpenduduk 1.111.259.190 jiwa dengan kepadatan penduduk 116 jiwa per km2 dalam luas wilayahnya 9.600.000 km2. Sejarah tiongkok telah dimulai sejak 2300 SM dibawah raja Kaisar Yao, menurut merita buku Shuching. Kaisar Yao kemudian dalam usia yang tinggi turun dari Tachta kerajaan dan menyerahkan kekuasaannya kepada Shun, orang yang dipandang lebih cakap. Setelah memerintah sekian lama, Shun menyerahan kekuasaannya pula kepada Yu hendak menyerahkan kekuasaanya kepaa menterinya yang paling cakap, tetapi ditentang oleh orang-orang sekitarnya yang paling cakap, tetapi ditentang oleh orang-orang sekitarnya, dan menunjuk anak Yu sendiri. Demikianlah mulai mahkota kerajaan diwariskan oleh bapak kepada anaknya, dan terjadilah wangsa pertama, Wangsa Hsia.
Pada tahun 1700 SM, raja terakhir dari wangsa-Hsia, dibunuh oleh T’ang Ch’eng karena kekejamannya, dan mulailah pemeritahan Wangsa-Yin hingga tahun 1050 SM. Sejarah Wangsa-Yin hampir sama dengan Wangsa-Hsia. Mula raja-raja dari Wangsa itu kuat dan baik. Kemudian datang raja-raja yang lemah dan lalim, sehingga timbul pemberontakan dan setelahnya berdirilah kerajaan Chau dibawah Weng-Wang ± tahun 1050 SM. Kira-kira 100 SM Wu-Wang anak Wen-Wang menyerang dan mengalahkan Raja Yin yang terakhir. Kemudian Raja Yin bunuh diri, sehingga kekuasaan kerajaan jatuh ketangan Wangsa-Chau.
Falsafat Tata-Negara Tiongkok Pada waman permulaan kerajaan dan kekuasaan itu telah timbul pula suatu falsafat tatanegara. Orang Tionghoa memandang kelangit dan melihat bahwa disana segala-galanya berjalan teratur menurut hukum yang tertentu dan abadi yang mereka namakan TAO. Ia melihat dunia ini sebagai cermin langit, dan berpendapat bahwa duniapun harus diatur sesuai dengan hukum-hukum TAO itu, supaya segala-galanya dapat berjalan dengan beres, tertib dan teratur. Dilangit bersemayam-bersemayam SHANTI yang merupakan pusat alam semesta. Untuk mengatur dunia Shanti memberi kuasa kepada orang yang dipandangnya paling cakap yakni Kisar. Oleh sebab itu Kaisar tersebut juga ”Anak Langit”. Jadi bagi orang Tionghoa, Kaisar adalah wakil SHANTI. Oleh sebab itu maka wilayah kerajaannya ialah seluruh dunia, rakyatnya seklalipun manusia dan negaranya harus merupakan cermin dari langit. Supaya ia dapat mengatur dunia dengan baik, ia harus mempunyai Te, yakni pengetahuan yang sempurna tentang TAO. Ia harus menjalankan segala tingkah lakunya (LI) sesuai degan hukum TAO. Bilamana ia menyalahi hukum-hukum TAO, maka tata tertib dalam dunia terganggu dan timbullah bermacam-macam, seperti banjir, panen tidak menjadi, penyakit-penyakit menular, bahaya kelaparan dan sebagainya. Paham TAO dan LI itu tidak hanya berupa filsafat tatanegara melainkan meliputi kehidupan lainnya bagi orang Tionghoa.
Unsur negara Tiongkok adalah keluarga. Seperti dilangit ada satu matahari, dinegara hanya ada satu Kaisar, maka didalam keluarga juga hanya satu kepala keluarga. Dan kedudukan kepala keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, adalah sama dengan perhubungan Kaisar dengan rakyatnya. Didalam lingkungan keluarga berlaku juga hukum-hukum TAO, dan tiap-tiap anggotapun harus tahu Li, artinya tahu tempatnya sendiri-sendiri dan menyesuaikan segala tingkahlakunya dengan itu.
Taoisme dan Confusionisme Taoisme. Sekitar abad kedelapan SM negeri Tiongkok diperinta oleh raja-raja yang lemah yang tidka dapat lagi memaksa penguasa-penguasa daerah. Maka timbullah perang saudara, negeri menjadi mansa dari pada keributan, maupun penderitaan Dalam zaman serba susah itu, muncullah ahli-ahli pikir pujangga-pujangga dan orang-orang pandai lainnya, yang mencari jalan untuk dapat mengakhiri zaman yang serba buruk itu. Ahli-ahli yang terkenal yang hidup pada masa itu antara lain ialah Leo-Tse (605 – 531 SM) dan Kong-Fu-Tse (551 – 479 SM). Ajaran Lao-Tse tercantum dalam buku karangannya yang berjudul ”Tao-Te-Ching”. Buku itu ringkas isinya, tetapi sangat indah. Lao-Tse percaya, bahwa ada sangat keadilan dan kesejathteraan yang kekal bernama TAO. Kalau hendak mencapai keadan yang sebenarnya haruslah orang menyesuaikan dirinya dengan TAO itu. Ajaran Tao-Tse ini sering disebut Taoisme. ”Taoisme mengajarkan orang supaya menerima nasib. Menurut ajaran ini suka dan duka bahagia dan bencana sama saja.
Maka seorgan penganut Taoisme, berkat ajarannya itu, dapat memikul sesuatu penderitaan dengan mati tidak bergoncang meski bagaimanapun jua”. Teoisme itu tidak seberapa pengaruhnya terhadap bangsa Tiongkok bida dibandingkan dengan ajaran Kong-Fu-Tse yang leh orang barat dinamakan Confusionisme. Confusionisme Ajaran Kong-Fu-Tse, TA) adalah suatu kekuatan yang mengatur segala-galanya dlam alam semesta ini. Maka tata cara hidup manusiapun diatur oleh TAO. Oleh karena itu setiap ornag harus menyelesaikan diri denga aturan TAO, agar dalam masyarakat, terdapat keselarasan pula. Segala bencana di dunia ini terjadi karena manusia menyahi urutan TAO itu. “Ajaran Kong-Fu-Tse terutama berkisar dalam bidang pemerintahan dan keluarga. Masyarakat adalah terdiri dari keluarga-keluarga. Dalam keluarga in bapaklah yang menjadi pusatnya. Seorang bapak harus mengurus anaknya dengan baik.
Sebaliknya anak harus hormat dan ta’at terhadap raja, seperti anak terhaap bapaknya. Sebaliknya raja harus memrintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana, seperti bapak terhadap anaknya”. Cafusius selam 24 abad dipandang oleh bangsa Tiongkok sebagai pegangan yang sebenarnya perorangan (induvidual), maupun bagi kerajaan. Bahkan sampai pada zaman sekarang ajaran terebut benar-benar sangat kuat pengaruhnya atas cara berfikir dan sikap hidup sebahagian besar orang Tionghoa. Meng-Tse atau Mensius, (372 – 280 SM). Ia adalah murin Kong-Fu-Tse, namun beberapa dengan gurunya. Ia memberikan pelajaran pada rakyat jelata. Sebab menurutnya, yang terpenting dalam suatu negara adalah rakyat. Bila Raja lalim, maka menteri-menteri harus memperingatkannya, dan jika Raja itu tidak mau mendengarkan peringatan itu, harus diturunkan tachta kekuasannya dan digantikan dengan yang lain.
Pemerintahan Dinasti Zaman kuno Raja Cinna yang tertua, menurut dongeng ialah, Kaisar Huang-Ti. Ia mulai memerintah kira-kira pada tahun 1097 SM. Tekenal sebagai orang Kaisar yang bijaksana, pandai dan budiman. Sesudah Huang-Ti memerintah Yao. Ia juga terkenal karena kelakuannya yang baik dan kebijakannya, atau seorang Kaisar yang mengutamakan rakyatnya. Yao digantikan oleh Sun. Dalam segala hal Sun tidak kala bila dibandingkan denga Yao. Sun terkenal kebaktiannya (hsiao) terhadap orang tuanya. Setelah Sun meninggal, memerintahlah YU. Kemajuannya dinamakan kerajaann Hsia (Dinasti Hsia). Mulai Kaisar Yu ini pemerintahan jadi turun temurun. Sebelum itu, Kaisar dipeilih oleh rakyat dan dari kalangan rakyat sendiri.
Kaisar Hsia yang terakhir ialah Kaisar Chieh. Setelah Dinasti Hsia runtuh, berturut-turut berlakukal pemarintahan dinasiti-dinasti: dinasti Shang (1766- 22 SM), dinasti Chaou (1122 – 2555 SM) dan dinasti Ch’in (2555 – 205 SM). Dinasti Shang Mengenai dengan dinasti Shang ini dalam sejarah Tiongkok ada dau pendapat yang bertolak belakang. Berita yang pertama mengakan dinasti ini dimulai sejak tahun 1766 – tahun 1122 SM. Tentang berita dalma peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga tidak dapat suatu pegangan yang jelas mengenai sejarahnya. Sebuah berita yang agak jelas dikatakan bahwa pusat pemerintahan dinasti Shang ini dilembah sungai Huang-Fo. Catatan itu ditulis di atas bejana-bejana perunggu, tempurung, kura-kura dna tulang-tulang binatang. Penulisan sejarah cina tertua itu disebukan Suma-Ch’ien. Kebudayaan yang berkembang dimasa itu terkenal sebagai kebudayaan Lung-Shan. Peninggalan kebudayaan ini antara lain berupa bejana perunggu, karena kuda dan sistem penulisan. Dinasti Shang ini dihancurkan oleh bangsa Chou yang menguasai daerah sebelah Barat Cina dilembah sungai Yang- Tse-Kiang pada tahun 1122 SM. Sedangkan berita kedua dari dinasti Shang ini disebutkan dimuali dari 1400 SM – 1000 SM. Disebutkan pula bahwa jalan-jalan pemerintahan dan Tatakenegaraan tidak diketahui secar pasti sebab peninggalan yang tertulis hanya beberapa kulit penyu yang diatasnya tertulis nama-nama raja dari dinasti Syang yang teletak di lembah sungai Huang-Ho dan nantinya digantikan oleh dinasti Chau pula dalam tahun yang berbeda. Dinasti Chou (1122 – 255 SM).
Bangsa Chou datangnya dari Barat ke Shen-Si. Ibu kotanya terletak di Feng. Setelah neraka menunukkan kerajaan Yin, dan wilayahnya meluas samai ke Shang-Tung dan Hp-Pei, maka menurut filsafat TAO itu, ibu kotanya harus ditempatkan di tengah-tengah negara. Oleh karena itu Wu-Wang memerintahkan untuk mendirikan ibukota baru Ch’eng-Chou, dekat Le-Yang sekarang.
Daerah sekitar ibukota diperintah langsung oleh Kaisar, sedang di daerah-daerah disekitar daerah pusat itu di hadiahkan kepada jenderal kepadanya, dengan kekuasaan selama seumur hidup mereka. Demikanlah maka berdiri beberpa kerajaan yang semuanya tunduk kepada Maharaja atau Kaisar Chou. Diantara kerajan-kerajaan itu yang terpenting ialah Ts’i di Santung Barat Laut, Lu di Shantung Barat Daya, Chin di Shansi dan Sung di Honan.
Kemudian negara-negara lain diluar wilayah itu yang menghubungkan diri dengan wailayah kerajaan Chou aalah Ch’u di Selatan, Wu di Tenggara dan Ts’in di Barat. Berhubungan tidak amannya daerah disebelah Barat, oleh sebab selalu mengalami serangan-serangan dari suku-suku bangsa didekat tampak batas negara dan dari Asia Tengah, maka untuk mempetahankan diri terhadap serangan-serangan itu, Kaisar-kaisar Choeng-Chou membuktikan kedudukannya karena tidak sanggup lagi mengembalikan keadaan di Barat dan memilih tempat yang lebih aman. Adapun acara menempatkan daerah yang langsung diperintah oleh Kaisar dipusat, sedangkan daerah-daerah sekitarnya diserahkan kepada raja-raja hulu tanah, mempunyai akibat yang tidak demikain Kaisar tidak dapat melaksanakan daerhanya lagi, sedangkan raja-raja hulu tanah mempunyai kesempatan yang sebaik-baiknya untuk meluaskan wilayahnya. Demikianlah maka raja-raja itu makin lama maikn kuat, dan lambat laun masing-masing lebih kuat dari pada Kaisar. Kemudian Kaisar hanya merupakan lambang saja dan tidak mempunyai kekuasaan yang nyata. Semenjak kekuasaan Chou tidak mempunyai kekuasan lagi, maka diantara raja-raja itu timbullah persaingan hebat untuk merebut kekuasannya.
Dengan demikan maka terjadilah perang saudara antara raja kerajaan-kerajaan itu mulai pada tahun 722 SM dan hampir tak ada putus-putusnya berlangsung sampai tahun 221 SM. Kejatuhan dinasti Chou ini tidak terlepas dari persekongkolan tiga kerajaan kecil dibawa Chou, yang akhirnya tiga negara kecil itu dapat mendirkan dinasti Chiin. Dinasti Ch’iin (255 – 205 SM) Raja dari Dinasti Ch’iin pertama bernama Cheng dengan gelar Shih-Huang-Ti. Dibawah pemerintahannya untuk pertama kali di Cina merupakan negara kesatuan dengan satu orang raja-raja. Dialah yang mula-mula mendirikan ”pagar tembok besar” Cina yang terkenal itu. Panjang tembok besar itu 6.400 km untuk mencegah masuknya bangsa Mongol dari wilayah Barat, dan tingginya 16 meter. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya, dihapuskannya aturan pinjam tanah feodalisme. Kerajaan dibagi atas 36 propinsi yang masing-masing diperintahkan oleh seorang gubernur yang langsung bertanggung jawab kepada Kaisar. Undang-Undang dijalankan dengan keras dan tapa pandang bulu. Ia juga melakkukan pembakuan ukuran dan berat serta menempatkan satu jenis huruf saja bat seluruh negeri, sehingga membawa pengaruh yang sangat besar sekali ats kesatuan kebudayaannya.
Perhatiannya juga ditujukan terhadap penciptaan perlengkapan perkakas hidup seperti, perkakas pertanian, ukuran roda kereta dan alat-alat rumah tangga lainnya. Untuk membiayai angkatan perang Kaisar Shih-Huang-Ti membani rakyatnya dengan pajak yang tinggi. Sebagai imbas dari tidakannya itu timbullah perang saudara yang melemahkan kekuasan di Dinasti Ch’iin. Sebelum meniggal ia memerintahkan para seniman untuk membuat 8.000 buah patung tentara, sejumlah patung kuda dan kereta perang dari terakota. Patung itu tingginya rata-rata 1.90 mm. Ada yang membawa panah tombak dan pedang. Sebagian patung dalam sikap siaga dengan gaya silat tangan kosong. Patung terakota itu ditemukan didekat makam Kaisar itu. Makam kaisar itu berbentuk sebuah bukit setinggi 46 meter. Luasnya tidak kurang dari 250.000 meter persegi. Sekelilingnya ada tembok luar dan dalam. Didekat makam itu ditemukan tempan penyimpanan benda-benda berharga milik Kaisar. Patung-patung yang berjumlah 8.000 buah itu ditempatkan berjajar dalam suatu barisan disebuah lubang sedalam 5 m, berselang seling dnegan kuda dna kereta perang. Semua patung itu dikerjakan dengan teliti dan sangat indah. Shih-Huang-Ti meninggalkan pada tahun 210 SM. Setelah ia meninggal segera timbulnya huru-hara, perlawanan dan pemberontakan. Salah seorang pemberontak bersama Liu-Pang berhasil mengalahkan lawan-lawannya.
Kemudian naiklah ia keatas sehingga Kaisar, dan mulaila Dinasti Han. Dinasti Han (202 – 211 SM) Masa pemerintahan Dinasti Han ini sangat panjang sekali. Salah satu pengendali kerajaan yang sungguh sangat tersohor adalah kaisar Han-Wu-Tji (141 – 87 SM). Pemerintahannya didasarkan kepada ajaran-ajaran Kong-Fut-Tse. Semua orang yang hendak menjadi pegawai negeri, harus mempelajari ajaran Kong-Fut-Tse terlebih dahulu. Kemudian mereka harus diuji.
Han-Wu-Tji banyak usaha untuk memajukan negeri, baik ke dalam maupun keluar. Ia memperoleh daerah kekuasaanya Korea disertai dan ditaklukkan. Disebelah Barat ditundukkannya bangsa Tatar. Semua suku di Asia Tengah mengakui pemeritahan Han-Wu-Ti. Mansyuri Selatan Annam dan Singkiang termasuk dalam wilayah kerajaan Han.
Pada zaman Han diketahui dua jalan kalifah yang penting melalui bagian Utara dan bagian Selatan daerahnya Tarim, menuju kebarat. Jalan-jalan ini dinamakan ”Janan sutera” karena suteralah yang paling banyak diangkat melaui jalan ini. Jalan sutera itu merupakan jalan penghubung dua kerajaan besar, yaitu kerajaan Cina di Timur dan kerajaan Romawi di Barat dan demikianlah terjadinya perdaganngan antara Cina dan Romawi melalui darat. Kaisar Han-Wu-Ti meninggal dalam tahun 87 SM. Dalam masa pemerintahannya ilmu pengetahuan dan kesenian maju, sedangkan unsur kebudayaan baru mulai timbul. Agama Budha masuk ke Cina dalam tahun 60 SM. Melalui Turkistan. Bersama sama agam Budha, datang pulalah pengaruh seni India.
Dikemudian hari agama Budha itu, besar sekali pengaruhnya terhadap kesusasteraan dan kesedian Cina. Suatu pedapat baru yang amat penting yangditemukan ole orang Cina padan zaman Han (Han) 105 M. Ialah membuat kertas, dari kulit kayu dan kain-kain tua. Kepandaian ini kelak terbawa berat melaui orang Arab di Samarkand, kemudian ke Bagdad dan seterusnya ke sepanyol. Jadi pengetahuan orang Barat Eropah membuat kertas adalah berasal dari Cina. Sepeninggalan Han-Wu-Ti setapak demi setapak kerajaan Han mengalami kemunduraun dan akhirnya runtuh tahun 221 M. Baru pada abad ke-7 ada yang memulai lagi mempersatuka negeri Cona kembali oleh dinasti T’ang. Dinasti T’ang (618 – 907 M) Rajaan T’ang adalah salah satu kerajaan Cina yang terpenting dan terlebih menarik perhatian. Pembangunan kerajaan ini ialah Li-Shin-Min. Ia lebih dikenal dengan Tang-T’ai-Tsung. Dibawah pemerintahan Kaisar ini, Cina menjadi suatu kerajaan yang lebih megah dari pada zaman Han. Bukan hanya disatukan kembali kerajaan Cina, tetapi diluaskan pula dengan Tonkin-Annam dan Kamboja. Sedang kesebelah Barat dikuasainya Persia dan laut Persia.
Zaman Tang-T’ai-Tsung sudah merupakan berkembang pesat, demikian juga kemakmuran bagi masyarakat. Dilapangan seni syair dan seni lukis seniman-seniman yang terkenal antara alin: Li-Tai-Po, To-fu dan Wang-wi. Dalam zaman ini pula dibuat orang pagoda-pagoda yang mirip dengan stupa di India. Seni arca sangat berkembang. Juga seni tembikar telah maju, hasilnya berupa guci, belangi, jambangan, dan lain-lain. Disela itu pula Tang-T’ai-Tsung mengeluarkan Undang-Undang yang mengatur pembagian tanah, membuat peraturan peraturan pajak dan membaki krajaannya dalam 10 propinsi.
Pemerintahan negara disentralisasi, yaitu diatur dan diputuskan oleh pemerintah pusat, yakni oleh Kaisar sendiri. Ibukota kerajaan ialah Sian-Fu telah mengadakan hubungan diplomatik dengan peraturan. Pada zaman T’ang inipula datang atau masuk ke Cina agama Nasrani dan agama Islam. Kedua agam itu masuk melalui Asia Tengah, dan dibahagian Baratlah pengaruh agama Islam yang tersebar. Perdagangan dengan bangsa Arab dilakukan melalui bahagian Barat pula. Pada permulaan abad ke-10 (tahun 907), Dinasti T’ang runtuh. Maka Cinapun berganti-ganti diperintahkan oleh raja-raja yang lemah. Baru tahun 906, dimulai dagi dengan Dinasti yang kukuh, yaitu Dinasti Sung (960- 1279 M). Dinasti Sung (960- 1279 M) Dinasti sung tahun 960 Chaou-k’wan-Yin berhasil mempersatukan Cina kembali. Berdirilah sekrang kerajaan Sung. Chaou kemudian terkenal sebagai Kaisar Sung-Tai-Tsu. Dalam hal pemerintahan dinasti Sung ini tidak berap berarti, tetapi dalma hal seni dan pengetahuan maju sekali. Mesium didirikan, persolin diperdagangkan (diekspor) keluar negeri, minsalnya ke Korea, Jepang, India, Persia Afrika dan Eropa. Ilmu filsafat dipelajari benar, kemudian karajaan Sung ini ditaklukkan oleh bangsa Mongol. Kerajaan Mongol Jengis khan. Pada akhir abad ke-12 bangsa mongol ini dipimpin oleh Jengisk-Khan. Satu demi satu negeri-negeri disekitarnya ditaklukkan. Cina Utara beserta ibukota Cina Peking ditundukkan, begitu pula Korea, Asia Tengah empat laut Hitam dan Teluk persia dikuasainya.
Jengis-Khan meninggal pada tahun 1227 M. Putranya yang ketiga, menggantinya bernama Ogadai, ia melanjutak perjuangan ayahnya, setelah menyerbu kerajaan Ch’iin Ia menerjang ke Barat masuk Eropa. Rusia dan Polandia, Hongaria dan Siberia direnggutnya. Akan tetapi tiba-tiba serbuan ke Eropa itu dihentikan, karena ogodai meninggal dunia. Sepeninggalan Ododai, timbullah masa kekacauan, pada tahun 1260 Kubilai-Khan, cucu Jengis-Khan dipilih menjadi Khan. Kubilai-Khan ini kemudian mendirikan kerajaan Cina baru dengan nama ”YUAN”. Ia memindahkan ibukotanya dari Karakorum ke Peking. Pada zaman Kubilai-Khan inilah (1275 – 1292 M), berdiamlah di Cina tiga orang keluarga Marco Polo ari Venesia. Mereka itu ialah kakak adik Niccola Polo dan Maffeo Polo dan Marco Polo (anak Nicco Polo). Kubilai-Khan segera gertarik kepada anak Niccola ini. Marco Polo memang seorang anak muda yang tajam penglihatannya. Ia memperoleh kepercayaan Kaisar. Dari tahun 1282 – 1284 ia diangkat menjadi gubernur Kanking. Tujuh belas tahun lamanya keuarga Polo itu menetap di Cina. Selama itu mereka banyak memperlihatkan jasa-sajanya kepada Kubilai-Khan. Sekembalinya di Venesia (Italia Utara), oleh Marco Polo dikaranglah kisah perjalanannya ke Cina dan kembalinya, serta apa-apa yang diketahuinya tentang dunia Asia.
Dalam perjalanan pulang ke negerinya, Marco Polo singgah di Palembang (Po-lim-pang) dan paerlak (Per-lak). Menurut Marco Polo, waktu itu di Sumatera telah ada kerajaan yang beragama Islam. Tentang pulau Jawa diceritakannya, bahwa negeri ini kaya dan makmur serta banyak mengadakan hubungan dagang dengan negeri-negeri di Cina. Kubilaikhan secara terus menerus menerus mengadakan perluasan kekuasaanya keluar daratan Cina. Dua kali ia mengirimkan armada yang besar untuk merebut Jepang. Tetepi angkatan Laut Mongol ini selalu dapat dipulul mundur dan dikalahkan oleh Jepang. Selain dari pada itu perlu dicatat adalah inisiatif Kubilai-Khan ini berkaitan dengan nusantara (indonesia), yakni mengirim utusan ke kerajaan Singosari meminta supaya tunduk dibawah kekuasaan Dinasti-Yuan. Tetapi kerajaan Singosari di Jawa Timur menolaknya dengan cara menghina utusan Cina itu, merusak wajah utusan tersebut dengan goresan pisau. Kubilai-Khan marah besar, dan mengirimkan angakatan perangnya ke Singosari untuk menghukum Kartanegara Raja Singosari.
Tetapi kartanegara sudah duluan mangkat. Dan angkatan perang Cina dalam jumlah besar tersebu dapat di usir kembali oleh Raden Wijaya menantu Kartanegara, dan kembali kengerinya. Setelah Kubilai-Khan mangkat, kerajaan Mongol merosot, dan timbullah pemberontakan rakyat semesta untuk membebaskan diri dari kekuasaan asing. Kemudian Cina dipimpin oleh Chu-Yuan-Chang. 2.4 Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Tiongkok. Kubilai-Khan lenyaplah sudah. Kini Cina bersatu kembali dibawah kerajaan Cina sendiri, yakni kerajaan Ming. Chu-Yuan-Chang dipilih menjadi Kaisar yang pertama. Ia terkenal dengan nama Huang-Wu. Masa pemerintahan Huan-Wu merupakan masa pemulihan kebudayaan Cina. Diadakaannya kembali ujian masuk pegawai negeri. Ia juga memajukan ajaran Kong-fut-tse. Huan-wu bersamanya di Nankin, ibukota seluruh Cina. Penggantian Huang-wu adalah putranya bernama Yung-lo. Ia memilih Pekin sebagai ibukota kerjaannya. Kaisar Yung-lo ini pun seperti ayahnya, cakap dan budiman. Ia juga meluaskan kerajaannya. Annam dan Tonkin dijadikannya bagian Cina dan Mongolia ditaklukkannya.
Yung-lo mengirimkan pula tentara ke negeri diseberang lautan dibawah pimpinan Cheng-Ho. Di Jawa Cheng-Ho dipangil dengan nama Sam-Po-Toa-Lang. Selama Cheng-Ho berada dilautan Selatan Nan-Yang perhubungan antara negeri-negeri di daerha ini dengan Cina berjalan sangat baik. Tetapi selama Cheng-Ho tidak pernah terdengar ladi dilautan Selatan (Nan-Yang) hubungan dengan Cina sperti terbutus dan sepi. Selama pemerintahan dinasti Ming ini perkembangan seni tembikar yang berwarna-warni sangat maju, dan sudah di export ke Eropa. Disamping itu banyak disebt jembatan-jembatan, pagoda-pagoda, dinding-dining kota dan bangunan lainnya. Kedatangan Bangsa Barat. Pada zaman Ming inilah datang orang-orang Porugis ke Cina (1516). Dalam tahun 1577 mendpa izin menetap di Kanton. Mereka lalu mendirikan kota Makoa. Bersama-sama orang Portugis itu datang pula para pendeta Kristen. Salah seorang dari pendeta itu adalah Franciscus Xaverius.
Setelah orang Portugis, maka menyullah orang-orang Belanda dan orang Inggris. Sedang dari daratan datang pula orang rusia. Orang-orang Eropa itu datang di Cina, untuk berkemban, tetapi kelak mereka menguasai pula beberapa daerah di Cina. Pada permulaan abad ke-16 suku yang terkuat adalah suku Ma-dsyu. Suku ini dapat menguasai suku-suku tetanggaya, dalam tahun 1673 didaerahnya Korea. Setelah itu dibeberapa bagian Cina timbul kerusuhan. Sedang Kaisar Ming lambat laun hilang kekuasaanya. Benyaklah kepala-kepala perampok bisa jadi penguasa-penguasa daerah yang luas. Yang paling berkuasa diantara kapal-kapal permpok itu ialah LI-Tse-Ch’eng. Pada tahun 1640 Pekingpun jatuh ketangannya. Dengna bantutuan madsyu, Tse-Ch’eng dapat dikalahkan. Akan tetapi orang-orang mandsyu itu tidak mau kembali ke negaranya lagi. Malahan ibu negeri mereka dipnindahkannya ke Peking. Lama kelamaan seluruh Cina jatuhlah ketangan orang-orang mandsyu tersebut.
Demikianlah bangasa Tiongkok menjadi bangsa taklukan. Bangsa Mandsyu memerintah mereka dari tahun 1644 -1912 dengna nama kerajaan Ch’ing. Pengaruh Barat dan Sikap Cina Dinasti Ch’ing dibawah pemeritahan orang-orang Mandsyu, makin lama semakin lemah. Sehingga pengaruh Barat makin meraja lela. Hal ini mulai terasa pada awal abad ke-19. Tiongkok menjadi lemah karena keadaan dalam negeri sendiri, sehingga sukar untuk menahan penaruh Barat tersebu. Jumlah pedangang Eropa yang datang dari Kanton dan Macao semakin bertamabh. Sendang orang Rusia telah sampai pual di lembah sungai Amor.
Supaya jangan ada perselisihan dengan orang Rusia, maka diadakanlah perjanjian di Nurchink dalma tahun 1689. Dengan perjanjian itu ditentukalah perbatasan antara kedua negara dan ditetapkan pula bahwa orang Rusia dan Cina hanya akan diadili oleh negara mereka masing-masing. Inilah surat perjanjian yang pertama diadakan oleh Cina dengan negeri Barat. Sementara itu dalam tahun 1784 datang pula orang Amerika. Pedagang-pedagang orang Eropa dan Amerika itu tidak boleh sesukanya saja berdagang tetapi mereka harus tunduk kepada aturan-aturan yang ditentukan. Aturan-aturan ini dirasakan oleh mereka (orang asing) sebagai suatu rintangan bagi kemajuan perdagannya.
Terutama sekali orang Inggris sangat merasakannya. Meskipun orang Inggris mengirimkan urusan untuk memeperbaikinya, namun aturan-aturan itu tidak juga berubah. Demikianlah sikap orang Cina dalam menghadapi pengaruh-pengaruh Barat maupun Amarika di daratan Cina pada umumnya. Nasionalisme Tiongkok. Sesudah pintu Cina di buka sejak Perang Candu I (1839 - 1841), maka lambat laun mangsa Barat dapat mengusai lapangan perdagangan Cina antara lain: a. Kebebasan bangsa Barat bedagang di semua pelabuhan. b. Pengawasan bangsa Barat atas pemasukan bea (custum control).
Kekebalan bangsa Barat terhadap hukum Cina (hak ekstraterritorialnya) Ketiga kekuasaan ini menyebabkan Cina jadi negeri ”setengah jajahan” (semi koloni), bahkan menurut Dr. Sun Yat Sen disebuitnya ”hypo koloni” karena Cina dijajah oelh berbagai bangsa. Akibatnya rakyat cina jadi gelisah, cemas dan benci. Mula-mula rasa benci itu ditujukan kepada Dinasyt-Mansyu yang dianggap dinasti penjajah, dan kemudian rasa benci itu ditujukan kepada bangsa asing. Reaksi terhadap kebengisan bangsa asing ini mebangunkan rasa kebangsaan rakyat Cina. Reaksi pertama meletus pada tahun 1901, yang dikenal dengan ”Gerakan Boxer”.
Raksi ledua terjadi pada tanggal 10 Oktober 1911, yang bersifat Revolusi Nasional. Revolusi ini berhasil menurunkan Kaisar dan memproklamirkan Republik Cina dengan presidennya.


No comments:

Post a Comment