TIONGKOK DALAM
LITASAN SEJARAH
Tiongkok nama aslinya adala Chung
Hua Jen Min, kemudian lebih dikenal dengan nama Republi Rakyat Cina (RRC).
Orang Inggris menyebutkan Chenice dan bangsanya disebut bangsa Tionghoa. Pada
waktu kini berpenduduk 1.111.259.190 jiwa dengan kepadatan penduduk 116 jiwa
per km2 dalam luas wilayahnya 9.600.000 km2. Sejarah tiongkok telah dimulai
sejak 2300 SM dibawah raja Kaisar Yao, menurut merita buku Shuching. Kaisar Yao
kemudian dalam usia yang tinggi turun dari Tachta kerajaan dan menyerahkan
kekuasaannya kepada Shun, orang yang dipandang lebih cakap. Setelah memerintah
sekian lama, Shun menyerahan kekuasaannya pula kepada Yu hendak menyerahkan
kekuasaanya kepaa menterinya yang paling cakap, tetapi ditentang oleh
orang-orang sekitarnya yang paling cakap, tetapi ditentang oleh orang-orang
sekitarnya, dan menunjuk anak Yu sendiri. Demikianlah mulai mahkota kerajaan
diwariskan oleh bapak kepada anaknya, dan terjadilah wangsa pertama, Wangsa
Hsia.
Pada tahun 1700 SM, raja terakhir
dari wangsa-Hsia, dibunuh oleh T’ang Ch’eng karena kekejamannya, dan mulailah
pemeritahan Wangsa-Yin hingga tahun 1050 SM. Sejarah Wangsa-Yin hampir sama
dengan Wangsa-Hsia. Mula raja-raja dari Wangsa itu kuat dan baik. Kemudian
datang raja-raja yang lemah dan lalim, sehingga timbul pemberontakan dan
setelahnya berdirilah kerajaan Chau dibawah Weng-Wang ± tahun 1050 SM.
Kira-kira 100 SM Wu-Wang anak Wen-Wang menyerang dan mengalahkan Raja Yin yang
terakhir. Kemudian Raja Yin bunuh diri, sehingga kekuasaan kerajaan jatuh
ketangan Wangsa-Chau.
Falsafat Tata-Negara Tiongkok Pada
waman permulaan kerajaan dan kekuasaan itu telah timbul pula suatu falsafat
tatanegara. Orang Tionghoa memandang kelangit dan melihat bahwa disana
segala-galanya berjalan teratur menurut hukum yang tertentu dan abadi yang
mereka namakan TAO. Ia melihat dunia ini sebagai cermin langit, dan berpendapat
bahwa duniapun harus diatur sesuai dengan hukum-hukum TAO itu, supaya
segala-galanya dapat berjalan dengan beres, tertib dan teratur. Dilangit
bersemayam-bersemayam SHANTI yang merupakan pusat alam semesta. Untuk mengatur
dunia Shanti memberi kuasa kepada orang yang dipandangnya paling cakap yakni
Kisar. Oleh sebab itu Kaisar tersebut juga ”Anak Langit”. Jadi bagi orang
Tionghoa, Kaisar adalah wakil SHANTI. Oleh sebab itu maka wilayah kerajaannya
ialah seluruh dunia, rakyatnya seklalipun manusia dan negaranya harus merupakan
cermin dari langit. Supaya ia dapat mengatur dunia dengan baik, ia harus
mempunyai Te, yakni pengetahuan yang sempurna tentang TAO. Ia harus menjalankan
segala tingkah lakunya (LI) sesuai degan hukum TAO. Bilamana ia menyalahi
hukum-hukum TAO, maka tata tertib dalam dunia terganggu dan timbullah
bermacam-macam, seperti banjir, panen tidak menjadi, penyakit-penyakit menular,
bahaya kelaparan dan sebagainya. Paham TAO dan LI itu tidak hanya berupa
filsafat tatanegara melainkan meliputi kehidupan lainnya bagi orang Tionghoa.
Unsur negara Tiongkok adalah
keluarga. Seperti dilangit ada satu matahari, dinegara hanya ada satu Kaisar,
maka didalam keluarga juga hanya satu kepala keluarga. Dan kedudukan kepala
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, adalah sama dengan perhubungan
Kaisar dengan rakyatnya. Didalam lingkungan keluarga berlaku juga hukum-hukum
TAO, dan tiap-tiap anggotapun harus tahu Li, artinya tahu tempatnya
sendiri-sendiri dan menyesuaikan segala tingkahlakunya dengan itu.
Taoisme dan Confusionisme Taoisme.
Sekitar abad kedelapan SM negeri Tiongkok diperinta oleh raja-raja yang lemah
yang tidka dapat lagi memaksa penguasa-penguasa daerah. Maka timbullah perang
saudara, negeri menjadi mansa dari pada keributan, maupun penderitaan Dalam
zaman serba susah itu, muncullah ahli-ahli pikir pujangga-pujangga dan
orang-orang pandai lainnya, yang mencari jalan untuk dapat mengakhiri zaman
yang serba buruk itu. Ahli-ahli yang terkenal yang hidup pada masa itu antara
lain ialah Leo-Tse (605 – 531 SM) dan Kong-Fu-Tse (551 – 479 SM). Ajaran
Lao-Tse tercantum dalam buku karangannya yang berjudul ”Tao-Te-Ching”. Buku itu
ringkas isinya, tetapi sangat indah. Lao-Tse percaya, bahwa ada sangat keadilan
dan kesejathteraan yang kekal bernama TAO. Kalau hendak mencapai keadan yang
sebenarnya haruslah orang menyesuaikan dirinya dengan TAO itu. Ajaran Tao-Tse
ini sering disebut Taoisme. ”Taoisme mengajarkan orang supaya menerima nasib.
Menurut ajaran ini suka dan duka bahagia dan bencana sama saja.
Maka seorgan penganut Taoisme,
berkat ajarannya itu, dapat memikul sesuatu penderitaan dengan mati tidak
bergoncang meski bagaimanapun jua”. Teoisme itu tidak seberapa pengaruhnya
terhadap bangsa Tiongkok bida dibandingkan dengan ajaran Kong-Fu-Tse yang leh
orang barat dinamakan Confusionisme. Confusionisme Ajaran Kong-Fu-Tse, TA)
adalah suatu kekuatan yang mengatur segala-galanya dlam alam semesta ini. Maka
tata cara hidup manusiapun diatur oleh TAO. Oleh karena itu setiap ornag harus
menyelesaikan diri denga aturan TAO, agar dalam masyarakat, terdapat
keselarasan pula. Segala bencana di dunia ini terjadi karena manusia menyahi
urutan TAO itu. “Ajaran Kong-Fu-Tse terutama berkisar dalam bidang pemerintahan
dan keluarga. Masyarakat adalah terdiri dari keluarga-keluarga. Dalam keluarga
in bapaklah yang menjadi pusatnya. Seorang bapak harus mengurus anaknya dengan
baik.
Sebaliknya anak harus hormat dan
ta’at terhadap raja, seperti anak terhaap bapaknya. Sebaliknya raja harus
memrintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana, seperti bapak terhadap anaknya”.
Cafusius selam 24 abad dipandang oleh bangsa Tiongkok sebagai pegangan yang
sebenarnya perorangan (induvidual), maupun bagi kerajaan. Bahkan sampai pada
zaman sekarang ajaran terebut benar-benar sangat kuat pengaruhnya atas cara
berfikir dan sikap hidup sebahagian besar orang Tionghoa. Meng-Tse atau
Mensius, (372 – 280 SM). Ia adalah murin Kong-Fu-Tse, namun beberapa dengan
gurunya. Ia memberikan pelajaran pada rakyat jelata. Sebab menurutnya, yang
terpenting dalam suatu negara adalah rakyat. Bila Raja lalim, maka
menteri-menteri harus memperingatkannya, dan jika Raja itu tidak mau
mendengarkan peringatan itu, harus diturunkan tachta kekuasannya dan digantikan
dengan yang lain.
Pemerintahan Dinasti Zaman kuno
Raja Cinna yang tertua, menurut dongeng ialah, Kaisar Huang-Ti. Ia mulai
memerintah kira-kira pada tahun 1097 SM. Tekenal sebagai orang Kaisar yang
bijaksana, pandai dan budiman. Sesudah Huang-Ti memerintah Yao. Ia juga
terkenal karena kelakuannya yang baik dan kebijakannya, atau seorang Kaisar
yang mengutamakan rakyatnya. Yao digantikan oleh Sun. Dalam segala hal Sun
tidak kala bila dibandingkan denga Yao. Sun terkenal kebaktiannya (hsiao)
terhadap orang tuanya. Setelah Sun meninggal, memerintahlah YU. Kemajuannya
dinamakan kerajaann Hsia (Dinasti Hsia). Mulai Kaisar Yu ini pemerintahan jadi
turun temurun. Sebelum itu, Kaisar dipeilih oleh rakyat dan dari kalangan
rakyat sendiri.
Kaisar Hsia yang terakhir ialah
Kaisar Chieh. Setelah Dinasti Hsia runtuh, berturut-turut berlakukal
pemarintahan dinasiti-dinasti: dinasti Shang (1766- 22 SM), dinasti Chaou (1122
– 2555 SM) dan dinasti Ch’in (2555 – 205 SM). Dinasti Shang Mengenai dengan
dinasti Shang ini dalam sejarah Tiongkok ada dau pendapat yang bertolak
belakang. Berita yang pertama mengakan dinasti ini dimulai sejak tahun 1766 –
tahun 1122 SM. Tentang berita dalma peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga
tidak dapat suatu pegangan yang jelas mengenai sejarahnya. Sebuah berita yang
agak jelas dikatakan bahwa pusat pemerintahan dinasti Shang ini dilembah sungai
Huang-Fo. Catatan itu ditulis di atas bejana-bejana perunggu, tempurung,
kura-kura dna tulang-tulang binatang. Penulisan sejarah cina tertua itu
disebukan Suma-Ch’ien. Kebudayaan yang berkembang dimasa itu terkenal sebagai
kebudayaan Lung-Shan. Peninggalan kebudayaan ini antara lain berupa bejana
perunggu, karena kuda dan sistem penulisan. Dinasti Shang ini dihancurkan oleh
bangsa Chou yang menguasai daerah sebelah Barat Cina dilembah sungai Yang-
Tse-Kiang pada tahun 1122 SM. Sedangkan berita kedua dari dinasti Shang ini
disebutkan dimuali dari 1400 SM – 1000 SM. Disebutkan pula bahwa jalan-jalan
pemerintahan dan Tatakenegaraan tidak diketahui secar pasti sebab peninggalan
yang tertulis hanya beberapa kulit penyu yang diatasnya tertulis nama-nama raja
dari dinasti Syang yang teletak di lembah sungai Huang-Ho dan nantinya
digantikan oleh dinasti Chau pula dalam tahun yang berbeda. Dinasti Chou (1122
– 255 SM).
Bangsa Chou datangnya dari Barat ke
Shen-Si. Ibu kotanya terletak di Feng. Setelah neraka menunukkan kerajaan Yin,
dan wilayahnya meluas samai ke Shang-Tung dan Hp-Pei, maka menurut filsafat TAO
itu, ibu kotanya harus ditempatkan di tengah-tengah negara. Oleh karena itu
Wu-Wang memerintahkan untuk mendirikan ibukota baru Ch’eng-Chou, dekat Le-Yang
sekarang.
Daerah sekitar ibukota diperintah
langsung oleh Kaisar, sedang di daerah-daerah disekitar daerah pusat itu di
hadiahkan kepada jenderal kepadanya, dengan kekuasaan selama seumur hidup
mereka. Demikanlah maka berdiri beberpa kerajaan yang semuanya tunduk kepada
Maharaja atau Kaisar Chou. Diantara kerajan-kerajaan itu yang terpenting ialah
Ts’i di Santung Barat Laut, Lu di Shantung Barat Daya, Chin di Shansi dan Sung
di Honan.
Kemudian negara-negara lain diluar
wilayah itu yang menghubungkan diri dengan wailayah kerajaan Chou aalah Ch’u di
Selatan, Wu di Tenggara dan Ts’in di Barat. Berhubungan tidak amannya daerah
disebelah Barat, oleh sebab selalu mengalami serangan-serangan dari suku-suku
bangsa didekat tampak batas negara dan dari Asia Tengah, maka untuk
mempetahankan diri terhadap serangan-serangan itu, Kaisar-kaisar Choeng-Chou
membuktikan kedudukannya karena tidak sanggup lagi mengembalikan keadaan di
Barat dan memilih tempat yang lebih aman. Adapun acara menempatkan daerah yang
langsung diperintah oleh Kaisar dipusat, sedangkan daerah-daerah sekitarnya
diserahkan kepada raja-raja hulu tanah, mempunyai akibat yang tidak demikain
Kaisar tidak dapat melaksanakan daerhanya lagi, sedangkan raja-raja hulu tanah
mempunyai kesempatan yang sebaik-baiknya untuk meluaskan wilayahnya.
Demikianlah maka raja-raja itu makin lama maikn kuat, dan lambat laun
masing-masing lebih kuat dari pada Kaisar. Kemudian Kaisar hanya merupakan
lambang saja dan tidak mempunyai kekuasaan yang nyata. Semenjak kekuasaan Chou
tidak mempunyai kekuasan lagi, maka diantara raja-raja itu timbullah persaingan
hebat untuk merebut kekuasannya.
Dengan demikan maka terjadilah
perang saudara antara raja kerajaan-kerajaan itu mulai pada tahun 722 SM dan
hampir tak ada putus-putusnya berlangsung sampai tahun 221 SM. Kejatuhan
dinasti Chou ini tidak terlepas dari persekongkolan tiga kerajaan kecil dibawa
Chou, yang akhirnya tiga negara kecil itu dapat mendirkan dinasti Chiin.
Dinasti Ch’iin (255 – 205 SM) Raja dari Dinasti Ch’iin pertama bernama Cheng
dengan gelar Shih-Huang-Ti. Dibawah pemerintahannya untuk pertama kali di Cina
merupakan negara kesatuan dengan satu orang raja-raja. Dialah yang mula-mula
mendirikan ”pagar tembok besar” Cina yang terkenal itu. Panjang tembok besar
itu 6.400 km untuk mencegah masuknya bangsa Mongol dari wilayah Barat, dan
tingginya 16 meter. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya, dihapuskannya
aturan pinjam tanah feodalisme. Kerajaan dibagi atas 36 propinsi yang
masing-masing diperintahkan oleh seorang gubernur yang langsung bertanggung
jawab kepada Kaisar. Undang-Undang dijalankan dengan keras dan tapa pandang
bulu. Ia juga melakkukan pembakuan ukuran dan berat serta menempatkan satu
jenis huruf saja bat seluruh negeri, sehingga membawa pengaruh yang sangat
besar sekali ats kesatuan kebudayaannya.
Perhatiannya juga ditujukan
terhadap penciptaan perlengkapan perkakas hidup seperti, perkakas pertanian,
ukuran roda kereta dan alat-alat rumah tangga lainnya. Untuk membiayai angkatan
perang Kaisar Shih-Huang-Ti membani rakyatnya dengan pajak yang tinggi. Sebagai
imbas dari tidakannya itu timbullah perang saudara yang melemahkan kekuasan di
Dinasti Ch’iin. Sebelum meniggal ia memerintahkan para seniman untuk membuat
8.000 buah patung tentara, sejumlah patung kuda dan kereta perang dari
terakota. Patung itu tingginya rata-rata 1.90 mm. Ada yang membawa panah tombak
dan pedang. Sebagian patung dalam sikap siaga dengan gaya silat tangan kosong.
Patung terakota itu ditemukan didekat makam Kaisar itu. Makam kaisar itu
berbentuk sebuah bukit setinggi 46 meter. Luasnya tidak kurang dari 250.000
meter persegi. Sekelilingnya ada tembok luar dan dalam. Didekat makam itu
ditemukan tempan penyimpanan benda-benda berharga milik Kaisar. Patung-patung
yang berjumlah 8.000 buah itu ditempatkan berjajar dalam suatu barisan disebuah
lubang sedalam 5 m, berselang seling dnegan kuda dna kereta perang. Semua patung
itu dikerjakan dengan teliti dan sangat indah. Shih-Huang-Ti meninggalkan pada
tahun 210 SM. Setelah ia meninggal segera timbulnya huru-hara, perlawanan dan
pemberontakan. Salah seorang pemberontak bersama Liu-Pang berhasil mengalahkan
lawan-lawannya.
Kemudian naiklah ia keatas sehingga
Kaisar, dan mulaila Dinasti Han. Dinasti Han (202 – 211 SM) Masa pemerintahan
Dinasti Han ini sangat panjang sekali. Salah satu pengendali kerajaan yang
sungguh sangat tersohor adalah kaisar Han-Wu-Tji (141 – 87 SM). Pemerintahannya
didasarkan kepada ajaran-ajaran Kong-Fut-Tse. Semua orang yang hendak menjadi
pegawai negeri, harus mempelajari ajaran Kong-Fut-Tse terlebih dahulu. Kemudian
mereka harus diuji.
Han-Wu-Tji banyak usaha untuk
memajukan negeri, baik ke dalam maupun keluar. Ia memperoleh daerah kekuasaanya
Korea disertai dan ditaklukkan. Disebelah Barat ditundukkannya bangsa Tatar.
Semua suku di Asia Tengah mengakui pemeritahan Han-Wu-Ti. Mansyuri Selatan
Annam dan Singkiang termasuk dalam wilayah kerajaan Han.
Pada zaman Han diketahui dua jalan
kalifah yang penting melalui bagian Utara dan bagian Selatan daerahnya Tarim,
menuju kebarat. Jalan-jalan ini dinamakan ”Janan sutera” karena suteralah yang
paling banyak diangkat melaui jalan ini. Jalan sutera itu merupakan jalan
penghubung dua kerajaan besar, yaitu kerajaan Cina di Timur dan kerajaan Romawi
di Barat dan demikianlah terjadinya perdaganngan antara Cina dan Romawi melalui
darat. Kaisar Han-Wu-Ti meninggal dalam tahun 87 SM. Dalam masa pemerintahannya
ilmu pengetahuan dan kesenian maju, sedangkan unsur kebudayaan baru mulai
timbul. Agama Budha masuk ke Cina dalam tahun 60 SM. Melalui Turkistan. Bersama
sama agam Budha, datang pulalah pengaruh seni India.
Dikemudian hari agama Budha itu,
besar sekali pengaruhnya terhadap kesusasteraan dan kesedian Cina. Suatu
pedapat baru yang amat penting yangditemukan ole orang Cina padan zaman Han
(Han) 105 M. Ialah membuat kertas, dari kulit kayu dan kain-kain tua.
Kepandaian ini kelak terbawa berat melaui orang Arab di Samarkand, kemudian ke
Bagdad dan seterusnya ke sepanyol. Jadi pengetahuan orang Barat Eropah membuat
kertas adalah berasal dari Cina. Sepeninggalan Han-Wu-Ti setapak demi setapak
kerajaan Han mengalami kemunduraun dan akhirnya runtuh tahun 221 M. Baru pada
abad ke-7 ada yang memulai lagi mempersatuka negeri Cona kembali oleh dinasti
T’ang. Dinasti T’ang (618 – 907 M) Rajaan T’ang adalah salah satu kerajaan Cina
yang terpenting dan terlebih menarik perhatian. Pembangunan kerajaan ini ialah
Li-Shin-Min. Ia lebih dikenal dengan Tang-T’ai-Tsung. Dibawah pemerintahan
Kaisar ini, Cina menjadi suatu kerajaan yang lebih megah dari pada zaman Han.
Bukan hanya disatukan kembali kerajaan Cina, tetapi diluaskan pula dengan
Tonkin-Annam dan Kamboja. Sedang kesebelah Barat dikuasainya Persia dan laut
Persia.
Zaman Tang-T’ai-Tsung sudah
merupakan berkembang pesat, demikian juga kemakmuran bagi masyarakat.
Dilapangan seni syair dan seni lukis seniman-seniman yang terkenal antara alin:
Li-Tai-Po, To-fu dan Wang-wi. Dalam zaman ini pula dibuat orang pagoda-pagoda
yang mirip dengan stupa di India. Seni arca sangat berkembang. Juga seni
tembikar telah maju, hasilnya berupa guci, belangi, jambangan, dan lain-lain.
Disela itu pula Tang-T’ai-Tsung mengeluarkan Undang-Undang yang mengatur pembagian
tanah, membuat peraturan peraturan pajak dan membaki krajaannya dalam 10
propinsi.
Pemerintahan negara disentralisasi,
yaitu diatur dan diputuskan oleh pemerintah pusat, yakni oleh Kaisar sendiri.
Ibukota kerajaan ialah Sian-Fu telah mengadakan hubungan diplomatik dengan
peraturan. Pada zaman T’ang inipula datang atau masuk ke Cina agama Nasrani dan
agama Islam. Kedua agam itu masuk melalui Asia Tengah, dan dibahagian Baratlah
pengaruh agama Islam yang tersebar. Perdagangan dengan bangsa Arab dilakukan
melalui bahagian Barat pula. Pada permulaan abad ke-10 (tahun 907), Dinasti
T’ang runtuh. Maka Cinapun berganti-ganti diperintahkan oleh raja-raja yang
lemah. Baru tahun 906, dimulai dagi dengan Dinasti yang kukuh, yaitu Dinasti
Sung (960- 1279 M). Dinasti Sung (960- 1279 M) Dinasti sung tahun 960
Chaou-k’wan-Yin berhasil mempersatukan Cina kembali. Berdirilah sekrang
kerajaan Sung. Chaou kemudian terkenal sebagai Kaisar Sung-Tai-Tsu. Dalam hal
pemerintahan dinasti Sung ini tidak berap berarti, tetapi dalma hal seni dan
pengetahuan maju sekali. Mesium didirikan, persolin diperdagangkan (diekspor)
keluar negeri, minsalnya ke Korea, Jepang, India, Persia Afrika dan Eropa. Ilmu
filsafat dipelajari benar, kemudian karajaan Sung ini ditaklukkan oleh bangsa Mongol.
Kerajaan Mongol Jengis khan. Pada akhir abad ke-12 bangsa mongol ini dipimpin
oleh Jengisk-Khan. Satu demi satu negeri-negeri disekitarnya ditaklukkan. Cina
Utara beserta ibukota Cina Peking ditundukkan, begitu pula Korea, Asia Tengah
empat laut Hitam dan Teluk persia dikuasainya.
Jengis-Khan meninggal pada tahun
1227 M. Putranya yang ketiga, menggantinya bernama Ogadai, ia melanjutak
perjuangan ayahnya, setelah menyerbu kerajaan Ch’iin Ia menerjang ke Barat
masuk Eropa. Rusia dan Polandia, Hongaria dan Siberia direnggutnya. Akan tetapi
tiba-tiba serbuan ke Eropa itu dihentikan, karena ogodai meninggal dunia.
Sepeninggalan Ododai, timbullah masa kekacauan, pada tahun 1260 Kubilai-Khan,
cucu Jengis-Khan dipilih menjadi Khan. Kubilai-Khan ini kemudian mendirikan
kerajaan Cina baru dengan nama ”YUAN”. Ia memindahkan ibukotanya dari Karakorum
ke Peking. Pada zaman Kubilai-Khan inilah (1275 – 1292 M), berdiamlah di Cina
tiga orang keluarga Marco Polo ari Venesia. Mereka itu ialah kakak adik Niccola
Polo dan Maffeo Polo dan Marco Polo (anak Nicco Polo). Kubilai-Khan segera
gertarik kepada anak Niccola ini. Marco Polo memang seorang anak muda yang
tajam penglihatannya. Ia memperoleh kepercayaan Kaisar. Dari tahun 1282 – 1284
ia diangkat menjadi gubernur Kanking. Tujuh belas tahun lamanya keuarga Polo
itu menetap di Cina. Selama itu mereka banyak memperlihatkan jasa-sajanya
kepada Kubilai-Khan. Sekembalinya di Venesia (Italia Utara), oleh Marco Polo
dikaranglah kisah perjalanannya ke Cina dan kembalinya, serta apa-apa yang
diketahuinya tentang dunia Asia.
Dalam perjalanan pulang ke
negerinya, Marco Polo singgah di Palembang (Po-lim-pang) dan paerlak (Per-lak).
Menurut Marco Polo, waktu itu di Sumatera telah ada kerajaan yang beragama
Islam. Tentang pulau Jawa diceritakannya, bahwa negeri ini kaya dan makmur
serta banyak mengadakan hubungan dagang dengan negeri-negeri di Cina.
Kubilaikhan secara terus menerus menerus mengadakan perluasan kekuasaanya
keluar daratan Cina. Dua kali ia mengirimkan armada yang besar untuk merebut
Jepang. Tetepi angkatan Laut Mongol ini selalu dapat dipulul mundur dan
dikalahkan oleh Jepang. Selain dari pada itu perlu dicatat adalah inisiatif
Kubilai-Khan ini berkaitan dengan nusantara (indonesia), yakni mengirim utusan
ke kerajaan Singosari meminta supaya tunduk dibawah kekuasaan Dinasti-Yuan.
Tetapi kerajaan Singosari di Jawa Timur menolaknya dengan cara menghina utusan
Cina itu, merusak wajah utusan tersebut dengan goresan pisau. Kubilai-Khan
marah besar, dan mengirimkan angakatan perangnya ke Singosari untuk menghukum
Kartanegara Raja Singosari.
Tetapi kartanegara sudah duluan
mangkat. Dan angkatan perang Cina dalam jumlah besar tersebu dapat di usir
kembali oleh Raden Wijaya menantu Kartanegara, dan kembali kengerinya. Setelah
Kubilai-Khan mangkat, kerajaan Mongol merosot, dan timbullah pemberontakan
rakyat semesta untuk membebaskan diri dari kekuasaan asing. Kemudian Cina
dipimpin oleh Chu-Yuan-Chang. 2.4 Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Tiongkok.
Kubilai-Khan lenyaplah sudah. Kini Cina bersatu kembali dibawah kerajaan Cina
sendiri, yakni kerajaan Ming. Chu-Yuan-Chang dipilih menjadi Kaisar yang
pertama. Ia terkenal dengan nama Huang-Wu. Masa pemerintahan Huan-Wu merupakan
masa pemulihan kebudayaan Cina. Diadakaannya kembali ujian masuk pegawai
negeri. Ia juga memajukan ajaran Kong-fut-tse. Huan-wu bersamanya di Nankin,
ibukota seluruh Cina. Penggantian Huang-wu adalah putranya bernama Yung-lo. Ia
memilih Pekin sebagai ibukota kerjaannya. Kaisar Yung-lo ini pun seperti
ayahnya, cakap dan budiman. Ia juga meluaskan kerajaannya. Annam dan Tonkin
dijadikannya bagian Cina dan Mongolia ditaklukkannya.
Yung-lo mengirimkan pula tentara ke
negeri diseberang lautan dibawah pimpinan Cheng-Ho. Di Jawa Cheng-Ho dipangil
dengan nama Sam-Po-Toa-Lang. Selama Cheng-Ho berada dilautan Selatan Nan-Yang
perhubungan antara negeri-negeri di daerha ini dengan Cina berjalan sangat
baik. Tetapi selama Cheng-Ho tidak pernah terdengar ladi dilautan Selatan
(Nan-Yang) hubungan dengan Cina sperti terbutus dan sepi. Selama pemerintahan
dinasti Ming ini perkembangan seni tembikar yang berwarna-warni sangat maju,
dan sudah di export ke Eropa. Disamping itu banyak disebt jembatan-jembatan,
pagoda-pagoda, dinding-dining kota dan bangunan lainnya. Kedatangan Bangsa
Barat. Pada zaman Ming inilah datang orang-orang Porugis ke Cina (1516). Dalam
tahun 1577 mendpa izin menetap di Kanton. Mereka lalu mendirikan kota Makoa.
Bersama-sama orang Portugis itu datang pula para pendeta Kristen. Salah seorang
dari pendeta itu adalah Franciscus Xaverius.
Setelah orang Portugis, maka
menyullah orang-orang Belanda dan orang Inggris. Sedang dari daratan datang
pula orang rusia. Orang-orang Eropa itu datang di Cina, untuk berkemban, tetapi
kelak mereka menguasai pula beberapa daerah di Cina. Pada permulaan abad ke-16
suku yang terkuat adalah suku Ma-dsyu. Suku ini dapat menguasai suku-suku
tetanggaya, dalam tahun 1673 didaerahnya Korea. Setelah itu dibeberapa bagian
Cina timbul kerusuhan. Sedang Kaisar Ming lambat laun hilang kekuasaanya. Benyaklah
kepala-kepala perampok bisa jadi penguasa-penguasa daerah yang luas. Yang
paling berkuasa diantara kapal-kapal permpok itu ialah LI-Tse-Ch’eng. Pada
tahun 1640 Pekingpun jatuh ketangannya. Dengna bantutuan madsyu, Tse-Ch’eng
dapat dikalahkan. Akan tetapi orang-orang mandsyu itu tidak mau kembali ke
negaranya lagi. Malahan ibu negeri mereka dipnindahkannya ke Peking. Lama
kelamaan seluruh Cina jatuhlah ketangan orang-orang mandsyu tersebut.
Demikianlah bangasa Tiongkok
menjadi bangsa taklukan. Bangsa Mandsyu memerintah mereka dari tahun 1644 -1912
dengna nama kerajaan Ch’ing. Pengaruh Barat dan Sikap Cina Dinasti Ch’ing
dibawah pemeritahan orang-orang Mandsyu, makin lama semakin lemah. Sehingga
pengaruh Barat makin meraja lela. Hal ini mulai terasa pada awal abad ke-19.
Tiongkok menjadi lemah karena keadaan dalam negeri sendiri, sehingga sukar
untuk menahan penaruh Barat tersebu. Jumlah pedangang Eropa yang datang dari
Kanton dan Macao semakin bertamabh. Sendang orang Rusia telah sampai pual di
lembah sungai Amor.
Supaya jangan ada perselisihan
dengan orang Rusia, maka diadakanlah perjanjian di Nurchink dalma tahun 1689.
Dengan perjanjian itu ditentukalah perbatasan antara kedua negara dan
ditetapkan pula bahwa orang Rusia dan Cina hanya akan diadili oleh negara
mereka masing-masing. Inilah surat perjanjian yang pertama diadakan oleh Cina
dengan negeri Barat. Sementara itu dalam tahun 1784 datang pula orang Amerika.
Pedagang-pedagang orang Eropa dan Amerika itu tidak boleh sesukanya saja
berdagang tetapi mereka harus tunduk kepada aturan-aturan yang ditentukan.
Aturan-aturan ini dirasakan oleh mereka (orang asing) sebagai suatu rintangan
bagi kemajuan perdagannya.
Terutama sekali orang Inggris
sangat merasakannya. Meskipun orang Inggris mengirimkan urusan untuk
memeperbaikinya, namun aturan-aturan itu tidak juga berubah. Demikianlah sikap
orang Cina dalam menghadapi pengaruh-pengaruh Barat maupun Amarika di daratan
Cina pada umumnya. Nasionalisme Tiongkok. Sesudah pintu Cina di buka sejak
Perang Candu I (1839 - 1841), maka lambat laun mangsa Barat dapat mengusai
lapangan perdagangan Cina antara lain: a. Kebebasan bangsa Barat bedagang di
semua pelabuhan. b. Pengawasan bangsa Barat atas pemasukan bea (custum
control).
Kekebalan bangsa Barat terhadap
hukum Cina (hak ekstraterritorialnya) Ketiga kekuasaan ini menyebabkan Cina
jadi negeri ”setengah jajahan” (semi koloni), bahkan menurut Dr. Sun Yat Sen
disebuitnya ”hypo koloni” karena Cina dijajah oelh berbagai bangsa. Akibatnya
rakyat cina jadi gelisah, cemas dan benci. Mula-mula rasa benci itu ditujukan
kepada Dinasyt-Mansyu yang dianggap dinasti penjajah, dan kemudian rasa benci
itu ditujukan kepada bangsa asing. Reaksi terhadap kebengisan bangsa asing ini
mebangunkan rasa kebangsaan rakyat Cina. Reaksi pertama meletus pada tahun
1901, yang dikenal dengan ”Gerakan Boxer”.
Raksi ledua terjadi pada tanggal 10
Oktober 1911, yang bersifat Revolusi Nasional. Revolusi ini berhasil menurunkan
Kaisar dan memproklamirkan Republik Cina dengan presidennya.
No comments:
Post a Comment