Thursday 26 March 2015

Pengertian dan Lapangan Sejarah Kebudayaan Indonesia


I. Pengertian dan Lapangan Sejarah Kebudayaan Indonesia
1.       Pengertian Sejarah
1.1   Menurut Charles Firth (1900) sejarah adalah kehidupan manusia di dalam masyarakat di tengah-tengah lingkungan geografis dan sosialnya.
1.2   Menurut J. Huizinga (1936) sejarah adalah suatu bentuk pertanggungjawaban sesuatu  peradaban terhadap dirinya sendiri tentang masa lampau.
1.3   Menurut Arnold J. Toynbee (1939) sejarah yaitu challenge and response (tantangan dan jawaban).
1.4   Menurut James P. Shenton (1964) sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masa yang lampau dengan maksud memberikan kepadanya suatu penjelasan yang rasional.
1.5   Menurut Muhammad Yamin (1958) sejarah yaitu ilmu pengetahuan tentang cerita kehidupan masyarakat manusia pada waktu yang lampau yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan atas bahan-bahan penyelidikan yang tertulis atau tanda-tanda yang lain. Selanjutnya beliau melanjutkan bahwa, ada sembilan buah sendi sejarah sebagai ilmu yaitu:
(1)     Sendi ilmu pengetahuan
(2)     Sendi riwayat atau cerita
(3)     Sendi kehidupan masyarakat manusia
(4)     Sendi waktu yang lampau
(5)     Sendi bahan penyelidikan
(6)     Sendi hasil penyelidikan
(7)     Sendi kejadian
(8)     Sendi tanggal (tarikh)
(9)     Sendi khusus.
Selain itu, sejarah harus mengandung 5 unsur sehingga dapat disebut sejarah yang sesungguhnya yaitu:
(1)   Obyektivitas yang dibatasi dengan subyektivitas yang tidak disengaja.
(2)   Kausalitas yang dibatasi oleh kondisionalitas.
(3)   Rasionalitas artinya dapat diterima rasio atau pikiran.
(4)   Tidak boleh lepas dari lingkungan geografis dan sosial.
(5)   Kontinuitas artinya perkembangan yang kontinu.
Francis Bacon mengemukakan yaitu histories make man wise (orang belajar dari pengalaman); sejarah merupakan pengalaman masa lampau, sehingga untuk menjadi orang yang bijaksana harus memahami sejarah. Selain itu sejarah merupakan historia vitae magistra (sejarah adalah guru yang utama), karena itu dengan sejarah akan diperoleh:
(1)   Menanamkan cinta dan kebanggaan terhadap nusa dan bangsa.
(2)   Memupuk apreasi seni dan budaya.
(3)   Memupuk pengertian dan penilaian terhadap diri pribadi sebagai mahluk sosial.
(4)   Memperdalam pengetian dan memupuk sikap positif terhadap masyarakat dan perkembangannya.
(5)   Memupuk pengertian dan toleransi terhadap bangsa lain menuju perdamaian dunia.
(6)   Mengetahui tentang masa sekarang yang ditentukan oleh masa lampau, dan masa depan ditentukan oleh masa sekarang.
(7)   Bertanggung jawab akan masa depan, dengan mengenal dan mengerti masa sekarang.

2.      Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sankskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yangt bersangkutan dengan akal. Menurut P.J. Zoetmulder mengemukakan bahwa kata budaya adalah suatu perkembangan  dari kata majemuk yaitu budi-daya yang berarti daya dari budi. M.M. Djojodiguno mengemukakan bahwa budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; sedangkan kebudayaan adalah segala hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.
Untuk lebih mengembangkan cakrawala pikir, berikut ini dikemukakan definisi kebudayan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1)     Menurut Koentjaraningrat (1990) kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatkannya dengan belajar.
2)     Menurut Soekmono (1955) kebudayaan merupakan segala ciptaan manusia sebagai hasil usahanya untuk merubah dan memberi bentuk serta susunan baru kepada pemberian alam, sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya. Selanjutnya beliau membagi kebudayaan itu atas dua bagian yaitu:
(1)    kebudayaan kebendaan, yang meliputi segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya.
(2)   Kebudayaan kerohanian, yang terdiri dari alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur.
3)     E.B. Tylor (1958) mengemukakan yaitu, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang merangkum pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan segala macam kesanggupan dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat.
4)     Franz Boas (1957), kebudayaan ialah jumlah manifestasi kebiasaan sosial sesuatu masyarakat, reaksi-reaksi individu terhadap kebiasaan kelompok di mana ia hidup, dan hasil aktivitas manusia yang ditentukan oleh kebiasaan itu.

2.      Teori terbentuknya kebudayaan
Tidak dapat diketahui secara pasti bagaimana dan bilamana kebudayaan yang pertama-tama terjadi. Kebudayaan tidak inborn, tidak inherent dengan manusia, tetapi suatu deposit dari pengalaman manusia. Teori-teori tentang sebab timbulnya kebudayaan itu cukup banyak, tetapi hal itu hanya merupakan hipotesis yang belum dapat dibenarkan secara pasti. Beberapa teori terbentuknya kebudayaan antara lain yaitu:
1)     Hipotesis iklim. Kebudayaan timbul karena stimulus; iklim yang ideal mendorong timbulnya kebudayaan. Hipotetis iklim dikembangkan oleh Aristoteles, Montesqueu, Ellsworth, dan Huntington.
2)     Hipotesis topografis. Kebudayaan timbul karena stimulus bentuk permukaan bumi yang menguntungkan (garis pantai yang berliku-liku, jumlah dan keadaan sungai mencukupi, dataran dan pegunungan seimbang). Hipotesis ini dikembangkan oleh Karl Ritter.
3)     Hipotesis lingkungan. Lingkungan yang mampu mempertajam dan mengasah otak manusia akan menimbulkan kebudayaan. Hipotesis ini dikembangkan oleh Hendry Th. Buckle.
4)     Hipotesis Nomad. Bangsa Nomad (pengembara) makan daging dan minum susu yang penuh dengan gizi hingga memiliki banyak energi. Mereka mengembara kemana-mana dan melanda daerah-daerah bangsa lain hingga menimbulkan kultus keberanian dalam dirinya. Kondisi inilah yang menstimulir timbulnya kebudayaan. Hipotesis ini dikembangkan oleh Franz Oppenheimer.
5)     Hipotesis kebalikan atau hipoteis challenge and response. Lebih besar tantangan (alam, manusia) lebih besar pula respons dari masyarakat untuk menghadapinya,. Dan sebaliknya. Siapa yang tidak dapat memberi response terhadap challenge, ia akan mati. Hipotesis ini dikembangkan oleh Arnold J. Toynbee.
Pada dasarnya hipotesis itu hanya mengemukakan stimulus yang memungkinkan timbulnya kebudayaan, tetapi tidak menjelaskan bagaimana kebudayaan itu timbul. Kebudayaan dimulai dengan suatu penemuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam masyarakat, dan kemudian ditiru oleh anggota-anggota lainnya. penemuan baru itu bisa berupa benda maupun ide, macam tingkah laku atau bentuk organisasi sosial.   

3.      Pengertian Indonesia
Kata Indonesia pada mula digunakan oleh seorang sarjana Inggeris yang bernama James Richardson Logan pada tahun 1850. dalam karangannya yang berjudul Jornal of the Indian Archipelago Logan mengemukakan the name Indian Archipelago is too long to admit of being used in adjective or in an ethnografhical form … . I prefer the purely geographical term Indonesia, which is morely a shorter synonim for the Indian Islands or the Indian Archipelago. We thus get Indonesian for Indian Archipelagian or Archipelagie and Indonesians for Indian Archipalgiance or Indian Islanders. Sebelum kata Indonesia untuk menamakan negeri ini yang dikemukakan oleh Logan, maka untuk penyebutan wilayah yang sama dikenal pula beberapa nama diantaranya, Malaio-Polinesia, Yawadvipa, Nan Yang dsbnya. Dalam abad ke-19 istilah Melaio-Polinesia atau Melayu-Polinesia umum dipakai dalam ilmu pengetahuan bahasa, bangsa, dan adat.
Pada tahun 1850 itu juga Windsor Earl dalam jurnal yang sama, mengemukakan nama Malayunesians; namun istilah itu ditolak oleh Logan. Beliau tetap berkeras menggunakan nama Indonesia; kemudian nama itu (Indonesia) lebih dikenal, dan itu diikuti oleh Maxwell dengan menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Islands of Indonesia; Adolf Bastian menerbitkan karyanya yang berjudul Indonesian oder die insel des Malayschen Archipel. Dan kemudian nama Indonesia digunakan oleh beberapa pengarang lain seperti Prof. Dr. N.J. Krom, Prof.Dr. Snouck Hurgronye, Volenhoven, dan Pater Schmidt.
Bangsa Indonesia memakai kata Indonesia itu melalui para penggerak kemerdekaan kebangsaan seperti:
1)    Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda pada tahun 1922
2)    Partai Nasional Indonesia di Indonesia pada tahun 1922
3)    Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
4)    Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
5)    Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Pembukaan).
Berdasarkan pengertian sejarah, kebudayaan, dan Indonesia yang telah dikemukakan itu, yang dimaksud atau diartikan dengan sejarah kebudayaan Indonesia yaitu:
Riwayat kehidupan masyarakat manusia pada waktu  yang lampau, beserta keseluruhan tata kelakuan dan hasil kelakuan manusia itu dari masa ke masa dalam satu wilayah yang dinamakan Indonesia.

4.      Lapangan (bidang) Sejarah Kebudayaan Indonesia
Berdasarkan kesimpulan itu, maka lapangan atau obyek sejarah kebudayaan Indonesia adalah kehidupan kebudayaan bangsa Indonesia yang meliputi timbul, perkembangan beserta hasil kebudayaan masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia. Karena itu untuk menelaah, menguraikan, mempelajari dan menafsirkan makna dan menyelidiki latar belakang dan tujuan kebudayaan, sering digunakan ilmu-ilmu bantu yaitu:
1)       Palaeo-antropologi, adalah ilmu bagian yang meneliti soal asal usul atau soal terjadi dan perkembangan mahluk manusia dengan mempergunakan sebagai obyek penelitian sisa-sisa tubuh yang telah membatu atau fosil-fosil manusia dari zaman dahulu yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi dan yang harus didapat dengan melakukan penelitian yang menggunakan berbagai metode penggalian.
2)       Antropologi, yang mempelajari manusia dan kebudayaannya, baik kebudayaan ideel, kebudayaan berpola dan kebudayaan fisik.
3)       Archeologi, sangat penting dipakai dalam usaha penyelidikan benda-benda purbakala yang berusia ratusan tahun, sebab berita tertulis tentang itu tidak ada.
4)       Linguistik (ilmu bahasa), penting dalam menterjemahkan prasasti-prasasti (batu bertulis) yang dibaca/disalin oleh epigraf dengan memakai epigrafi.
5)       Sosiologi, bertugas untuk menyelidiki dan menganalisis hubungan-hubungan dalam masyarakat.
6)       Sejarah, dapat memberi uraian latar belakang yang jelas dari kehidupan kebudayaan, mengapa mengalami kemunduran dan kemajuan.
7)       Filsafat agama, menerangkan mengapa agama dapat menambah kekayaan kebudayaan.
8)       Ekonomi, kehidupan kebudayaan dipengaruhi oleh kehidupan perekonomian sesuatu bangsa.
9)       Epigrafi (ilmu aksara)
10)   Etnografi, penggambaran sesuatu bangsa, berdasarkan hasil penelitian lapangan.
11)   Geologi, ilmu yang mempelajari kulit bumi sehingga dengan bantuan ilmu itu dapat ditentukan lapisan-lapisan kulit bumi tempat fosil-fosil manusia atau benda kebudayaan manusia itu ditemukan.
12)   Politik historis, mempelajari sejarah politik sesuatu bangsa atau negara, sehingga lebih mudah mengetahui latar belakang bangsa atau negara dimaksud.
13)   Radio aktivitas, meneliti benda-benda purbakala dalam tanah pada zaman modern.
14)   Film slide, membesarkan gambar-gambar peninggalan prasejarah dan zaman sejarah.
15)   Televisi, dapat menunjukkan berbagai kebudayaan sub-etnis, etnis di dunia, baik kebudayaan jasmani, maupun kebudayaan rohani.

5.      Sumber Sejarah Kebudayaan Indonesia
Berdasarkan bahan-bahan peninggalan yang sampai kepada kita ternyata bahwa masyarakat manusia pada zaman prasejarah Indonesia yang menjadi pendukung, dan yang menghasilkan Kebudayaan Prasejarah Indonesia membuat alat-alat atau perkakas dari bahan-bahan dasar yaitu, tulang, tanduk, kayu, perunggu, kaca dsb. Sedangkan sumber Sejarah Kebudayaan Indonesia Zaman Sejarah terdiri dari; 1) prasasti (batu bertulis); 2) bangunan-bangunan; 3) arca; 4) mata uang lama; 5) keramik Cina; 6) naskah berapa buku-buku; 7) arsip dan; 8) benda-benda dalam Museum.

(1)   Prasasti.
Berdasarkan benda tempat prasasti itu ditulis, ada prasasti yang ditulis di batu, tulang, perunggu, dan bambu. Prasasti batu ada yang dibuat di atas lempengan batu, di atas batu biasa, pada tiang batu (ring longgapala) dan ada yang ditulis di lempeng tembaga yang disebut tamra prasasti.Selain itu, berdasarkan tujuan prasasti dapat dibedakan umpama prasasti jayapatra (untuk pengadilan) yang disebut tenulad – bahasa yang digunakan yaitu, Melayu kuno, Jawa kuno, dan sanskerta – menggunakan aksara pre-nagari, Palawa, dan dewa nagari. Prasasti-prasasti yang telah dibukukan oleh para ahli antara lain:

a)    J.L.A Brandes dalam bukunya Oud Javansche Oorkenden (1913) yang berisikan transkripsi dan keterangan 156 buah prasasti yang aslinya ditulis dalam bahasa Melayu kuno, Jawa kuno, dan Adityawarman.
b)    A.B Cohen Stuart dalam bukunya Ikawi Oorkenden (1875) berisi 30 buah prasasti Kawi (Jawa kuno).
c)    P.V van Stein Callenfels dalam bukunya Epigraphica Balien I (1926) berisi 25 buah prasasti yang aslinya ditulis dalam bahasa Bali lama dan Jawa kuno.
d)   R. Goris dalam bukunya Prasasti Bali (1954) memuat prasasti dari pulau Bali.
e)    J.G de Casparis dalam bukunya Prasasti Indonesia I dan II (1950 dan 1956). Dalam prasasti Indonesia I disalin 6 buah prasasti ke dalam bahasa Belanda, yaitu prasasti Plumpungan, Ratubaka, Karang tengah, Candasuli, dan Cri Kahuluan. Pada jilid II disalin 19 buah prasasti ke dalam bahasa Inggeris.

(2)   Bangunan
Bangunan-bangunan yang dapat digunakan sebagai sumber sejarah ialah berupa candi, kuburan, masjid, gereja dsbnya. Candi yang jumlahnya cukup banyak tersebar luas di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera. Dan Bali, yang dapat digunakan sebagai sumber untuk menyelidiki sejarah dan kebudayaan priode Hindu. Kuburan yang memakai batu nisan dan masjid dapat dipakai sebagai sumber sejarah tentang Islam, dan penyebarannya di Indonesia. Begitu juga dengan gereja dapat dipakai sebagai sumber dan bahan untuk mempelajari sejarah gereja dan amat terkait dengan kedatangan bangsa eropa ke Indonesia.
Ditinjau dari pengelompokannya, candi-candi di Indonesia dapat dibagi 3 yaitu, (a) candi jenis Jawa Tengah Utara; (b) jenis Jawa Tengah Selatan; (c) jenis Jawa Timur, termasuk di dalamnya candi-candi di Bali, Sumatera Tengah (Muara Takus), dan candi-candi di Portibi/Padang Lawas.

(3)   Arca
Beberapa arca yang dikenal sebagai sumber sejarah kebudayaan Indonesia adalah, Rajasa, Kertanegara, Jayawardhana, Hayam Wuruk, Gajah Mada, Gayatri, Adityawarman, dan Tribuana.
(4)   Mata Uang Lama
Mata uang lama yang menjadi sumber sejarah, terutama yang memakai tulisan, dan untuk keperluan itu diperlukan pengetahuan khusus mengenai uang yaitu numismatic. Mata uang logam ada yang berasal dari ketika orang-orang Eropa datang ke Indonesia. Sedangkan mata uang Tiongkok (Cina) dan Persia ditemukan di Paliman, Majalengka, Kuningan, di aliran sungai Brantas dsb. Mata uang tersebut telah digunakan sebagai bahan untuk menganalisis hubungan dagang internasional yang berhubungan dengan negara nasional I (Sriwijaya) dan negara nasional II (Majapahit).

(5)   Keramik Tiongkok (Cina)
Pada umumnya keramik yang terdapat di Indonesia ialah keramik Tiongkok yang berasal dari zaman:
a)  Zaman Han (206 – 220 M) berupa periuk, piring, lampu dan kotak, yang dipakai untuk keperluan sehari-hari, dan upacara keagamaan. Benda itu ditemukan di Kalimantan Barat, Banten, Lampung, Bengkulen, Kerinci, Sumatera Timur, Kedu, Bali, dan Sulawesi Selatan.
b)  Post-Han (abad ke-3 sampai abad ke-7) berupa barang-barang tembikar, seperti ditemukan di Sumatera Selatan< Bengkulen, Lampung, Jawa Tengah, dan Bali.
c)  Zaman Dinasti Tang (abad ke-7 sampai ke-10) di Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Lombok.
d) Keramik abad ke-10 yang berasal dari zaman kekacauan di Cina.
e)  Dinasti Sung (akhir abad ke-10 sampai abad ke-13) berupa tembikar yang berasal dari tembikar Tsze Tsyow, tembikar Honan, tembikar Tsyun Yao, dan tembikar Sung. Tersebar luas di Indonesia.
f)   Dinasti Yuan (1280-1368) terdapat di Palembang, Kalimantan Selatan, Bali, Malang, dan Majapahit.
g)  Keramik Ming (1368-1643) yang terdiri dari keramik Fukien putih – biru, dengan lukisan teratai, dan ada yang berwarna putih saja.

(6)   Naskah
Naskah-naskah yang dipergunakan sebagai sumber sejarah ialah buku-buku, diantaranya:
a)  Sejarah Melayu (Salatussalatin) karangan Tun Sri Lanang pada tahun 1612
b)  Hikayat raja-raja Pasai
c)  Negarakertagama karangan Prapanca pada tahun 1365
d)  Pararaton sekitar abad ke-15
e)  Sundayana
f)   Babad Tanah Jawi dan Pustukorojo

No comments:

Post a Comment