|
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat Aceh sangat
terikat dengan kesadaran sejarah terhadap pengaruh Islam yang kuat. Peran Ulama
tentu tidak dapat dilepas dari sejarah Aceh karena kedudukannya sebagai wilayah
yang pertama masuk Islam di nusantara. Pada masa penjajahan Belanda Ulama
sepakat untuk membentuk organisasi antara mereka yang bernama Persatuan Ulama
Seluruh Aceh (PUSA). Organisasi ini terbentuk pada tanggal 5 Mei 1939 atas ide
Ulama-ulama yang cukup ternama yaitu Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap,
Teungku Muhammad Daud Beureueh dan beberapa Ulama lainnya yang Organisasi ini
dapat dijadikan sebagai ajang silaturrahmi antar Ulama dan bertujuan untuk
memajukan pendidikan di Aceh.
Sejak lahirnya pada
tahun 1939 sampai pada akhir kegiatan pada tahun 1953 organisasi PUSA hanya dua
tahun saja bekerja dengan tenang. Sedangkan pada masa selanjutnya, PUSA lebih
membagi perhatian kepada masalah politik perkembangan dalam dan luar negeri,
serta melihat situasi-situasi dalam daerah Aceh sendiri. Hal ini menyebabkan
terbaginya perhatian PUSA terhadap tujuan awal berdirinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang melatar belakangi lahirnya
PUSA?
2.
Bagaiman peran PUSA sebelum dan sesudah
Kemerdekaan Indonesia?
3.
Dampak Berdirinya PUSA di Aceh?
4.
Berakhirnya PUSA di Aceh?
BAB
II
PEMBAHASAN
4.1 Proses Terbentuknya PUSA
Pada awal abad 20, di Jawa dan
daerah-daerah lain di Nusantara termasuk daerah Aceh, mulai timbul gerakan
nasionalis dalam bentuk organisasi-organisasi moderen yang berada dibawah
pimpinan para Cendekiawan Indonesia. Melalui organisasi-organisasi ini mereka
(Cendekiawan Indonesia) berusaha mengantisipasi tindakan-tindakan pemerintah
kolonial Belanda yang menekan atau menindas bangsa Indonesia disamping juga
berusaha untuk meningkatkan derajat dan martabat bangsa sehingga dapat bebas
dari belenggu penjajahan.(Akmal, 2008)
Namun
gerakan-gerakan yang timbul didaerah Aceh pada awal abad 20 itu dapat dikatakan
unik bila dibandingkan dengan didaerah-daerah lain. Karena disamping munculnya
gerakan Nasionalis dalam berbagai organisasi sosial politik seperti didaerah-daerah
lain, juga masih ada aksi-aksi perlawanan yang dilakukan dalam bentuk fisik
atau berperang secara bergerilya yang terdapat di hampir seluruh wilayah Aceh.
Dengan
demikian selama periode Pergerakan Nasional (1908/1942) didaerah Aceh, aksi menentang
atau melawan kekuasaan kolonial Belanda berlangsung melalui dua jalur; yaitu,
pertama melalui perlawanan secara fisik, berperang secara gerilya dan kedua
melalui jalur pergerakan nasional yang ditandai dengan tumbuhnya berbagai
organisasi sosial dan politik serta sekolah-sekolah swasta/madrasah yang
modernis.
Diantara
organisasi sosial politik yang lahir dan berkembang di Aceh yaitu Persatuan
Ulama Seluruh Aceh (PUSA). Organisasi ini lahir dari hasil keputusan musyawarah
ulama seluruh Aceh yang diadakan pada tanggal 5 - 8 Mei 1939, bertepatan dengan
hari peringatan lahirnya (maulid) Nabi Muhammad S.A.W tanggal 12 Rabi’ul Awal
1358 H, di Peusangan, Matang Glumpang Dua Penggagas atau pengambil inisiatifnya
ialah: Teungku Abdurrachman Meunasah Meucap dan Teungku Muhammad Daud Beureueh
dengan mendapat restu dan perlindungan dari Teuku Chiek Muhammad Johan
Alamsyah, Uleebalang Peusangan.(Rusdi, 2009)
Adapun
pengurus pertama yang berhasil disusun pada waktu itu, terdiri dari Tgk. M.
Daud Beureueh dan Tgk. Abdurrachman Meunasah Meucap sebagai ketua dan wakil
ketua, Setia Usaha (Sekretaris) I dan II : Tgk. M.
Nur El-Ibrahimy dan Tgk. Ismail Yakob, Bendahara T. M. Amin dan
Komisaris-komisaris ialah : Tgk. Abd. Wahab Keunalo-Seulimum, Tgk. Syekh Abd
Hamid Samalanga, Tgk. Usman Lampoh Awe, Tgk. Yahya Peudada, Tgk. Mahmud Simpang
Ulim, Tgk. Ahmad Damhuri Takengon, Tgk. M. Daud, Tgk. Usman Azis. Berhubung
ketua I bertugas di Sigli pada Madrasah Sa’adah Abadiyah Blang Paseh, maka
untuk sementara waktu, ditetapkan pengurus PUSA berkedudukan di Sigli.
Tiga
bulan setelah PUSA didirikan, pengurus Besar PUSA mengadakan rapat untuk
membicarakan usaha apa yang di lakukan dalam hal mencapai tujuan organisasi
ini.Rapat ini menghasilkan empat keputusan yaitu rencana unutk mendirikan Normal
Islam Institut (NII) di Bireun dalam waktu dekat Menetapkan Teungku M. Nur El
Ibrahimy menjadi direktur NII mengangkat T.M Amin menjadi sekretaris I Pengurus
Besar PUSA, dan terakhir mengangkat Teungku Mustafa Ali menjadi bendahara PUSA.
4.2 PUSA
Pada Masa Penjajahan Belanda 1939-1942
Pada
masa awal ini PUSA telah berhasil mendirikan Normal Islam Institut yang
merupakan sekolah guru yang bertujuan untuk menghasilkan guru-guru yang akan
mengajar diberbagai madrasah yang tersebar diseluruh Aceh. Guru tersebut
diharapkan bukan saja dapat pandai mengaji namun juga harus mempunyai
pengetahuan ilmu umum lainnya sehingga dapat di salurkan kepada murid.
Pada
tahun 1940, PUSA membeli gedung Javasche Bank cabang Bireun disimpang empat
arah ke Takengon. Kurikulum yang di ajarkan antara lain di bidang :
1.
Bahasa
Arab
2.
Agama
3.
Ilmu
pendidikan
4.
Pengetahuan
Umum dan bahasa
Dengan
berdirinya NII ini maka pelajar-pelajar Aceh yang ingin menuntut ilmu dapat
mempelajarinya di Aceh tanpa harus keluar daerah. Selama perjalanan nya NII
tersebut telah banyak member manfaat bagi masyarakat Aceh terutama dalam
membuka pikiran terhadap hal-hal yang lebih umum.
Perhatian
masyarakat Aceh terhadap PUSA yang berusaha unutk memajukan Aceh cukup besar.
Hal ini dapat dilihat dari suksesnya Kongres Pertama PUSA di Kuta Asan pada
tanggal 20-24 April 1940. Dalam program kerja kongresnya PUSA menggunakan dasar
agam Islam dalam memperbaiki kondisi masyarakat . Dengan demikian jelaslah
bahwa PUSA akan berjuang di bidang sosial dan ekonomi berdasarkan asas Islam.
PUSA
mengharapkan terjalinnya kerja sama dengan berbagai golongan masyarakat untuk
bisa membawa Aceh kearah yang lebih baik lagi. Pada Kongres pertama tersebut
PUSA dan berbagai undangan yang turut serta hadir mengadakan berbagai jenis
lomba yang bersifat membangun untuk menyemarakkan acara. Adapun kongres dari
PUSA yang pertama ialah :
1.
Membentuk
Pemuda PUSA sebagai tenaga baru dan calon pengganti Ulama
2.
Membentuk
Majelis Tanfiziyah Syariah
3.
Membentuk
Muslimah PUSA
4.
Menyepakati
diadakannya suatu perencanaan pelajaran untuk seluruh sekolah
5.
Membuat
peraturan-peraturan PUSA
6.
Pengurus
Besar PUSA bergerak pada seluruh Cabang untuk memantapkan ide
7.
Pengurus
Besar harus mengamati Perang Dunia II
8.
Membentuk
bidang penyiaran dan menerbitkan majalah.
Dan
kongres pertama ini dirasakan sangat bermanfaat oleh masyarakat Aceh bagi
peningkatan ilmu dan pengalaman berorganisasi. Banyak masukan untuk menyempurnakan
Organisasi PUSA. Pergerakan PUSA setelah terbentuknya Pemuda PUSA semakin aktif
sampai ke daerah-daerah yang terpencil selain peran pengurus besar yang turun
hingga ke kecamatan di sertai juga peran pemuda dalam menjalankan
program-program PUSA.
4.3 PUSA
Pada Masa Pendudukan Jepang 1942-1945
Pada
tahun 1942 Jepang memasuki Aceh, mereka
di sambut dengan hangat oleh rakyat Aceh karena memberikan janji akan
menghilangkan penjajahan bangsa barat. Perasaan benci rakyat Aceh terhadap Belanda
membuat PUSA memihak kepada Jepang dengan harapan akan membantu mengusir
Belanda.
Adapun
hasil perjuangan PUSA pada bidang pemerintahan masa pendudukan Jepang ialah
mengatur kembali peradilan, dalam hal ini mencakup peradilan negeri maupun
peradilan agama. Dalam perkembangannya PUSA telah berhasil pula memperjuangkan
adanya Mahkamah Agama di Aceh yang pada masa Jepang dinamakan Syukyo Hooin
(Mahkamah Agama).
Sikap
Jepang yang di perlihatkan terhadap rakyat Aceh saat permulaan datang rupanya
tidak bertahan lama. Kekerasan sikap tentara Jepang serta dari segi adat dan
agama juga bertentangan dengan Aceh. Tercatat ada beberapa perlawanan terhadap
Jepang secara fisik seperti yang dilakukan Ulama bernama Teungku Abdul Jalil
pada awal tahun 1942. Serta pemberontakan Pandrah di Jeunieb pada tahun 2 Mei
1945.
Kegiatan
PUSA tidak lagi pada organisasi namun pada nasib rakyat Aceh. PUSA secara politik
berusaha melepaskan rakyat dari kejahatan dan tujuan membela rakyat tertindas.
Selama masa pendudukan Jepang tidak pernah ada kongres karena tidak di izinkan
oleh Jepang untuk mengadakan pertemuan-pertemuan besar.
4.4 PUSA
Pada Masa Kemerdekaan 1945-1949
Di
Aceh berita kekalahan Jepang terhadap sekutu di umumkan kepada rakyat pada
tanggal 24 Agustus 1945. Pada saat itu keadaan Aceh tidak menentu terdapat
berbagai isu diantarnya Belanda akan datang kembali. Setelah di ketahui Belanda
akan datang kembali ke Aceh, maka ulama pun bereaksi dengan mengeluarkan
maklumat untuk perang sabil membela tanah air.
Jika
pada zaman Jepang para pemimpin PUSA hanya di Pengadilan saja, maka pada waktu
ini banyak pemimpin PUSA yang masuk ke dalam administrasi pemerintahan untuk
memperjuangkan kemerdekaan. Hal ini di tunjukkan dengan mendirikan laskar
rakyat untuk menentang mengusir Jepang. Namun juga terjadi perang saudara
dengan para ulee balang yang menginginkan kembali Belanda ke Aceh yaitu perang
Cumbok.
Barulah
setelah berakhirnya perjuangan fisik dengan Belanda Kongres kedua PUSA diadakan
kembali pada tanggal 22-26 Desember 1950 di Kutaraja (Banda Aceh ). Baru
setelah pada tahun-tahun berikutnya muncul ketidak puasan keadilan terhadap
rakyat Aceh sehingga pada tahun 1953 Teungku Muhammad Daud Beureueh serta orang
PUSA mengadakan dakwah keliling Aceh kembali untuk menuntut keadilan yang di
kenal dengan peristiwa gerakan DII/TII Aceh yang di pelopori oleh orang-orang
PUSA. Setelah melalui berbagai peristiwa akhirnya Teungku Muhammad Daud
Beureueh kembali ke pangkuan Republik pada tahun 1962 dengan penyelesaian
secara damai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persatuan Ulama
Seluruh Aceh (PUSA) merupakan suatu organisasi di Aceh yang di prakarsai oleh
beberapa Ulama-ulama di Aceh. Organisasi ini bertujuan untuk menaikkan martabat
bangsa walau di sepanjang karier nya organisasi ini banyak berkecimpung dalam
berbagai hal seperti politik, hukum, sosial, ekonomi, dan budaya.
Dalam perjuangan
Nya organisasi ini mengalami berbagai tantangan mulai dari masa pergerakan
nasional, masa pendudukan Jepang hingga mengatasi agresi militer Belanda kedua,
PUSA turut mengambil andil besar. Selain bergerak di bidang agama PUSA turut
banyak dalam pemerintahan dan militer dengan berbagai peristiwa dengan perang
saudara seperti perang Cumbok hingga dengan PUSA memprakarsai gerakan DI/TII
Aceh yang akhirnya kembali berdamai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zakaria, dkk. 2008. Sejarah Perlawanan Aceh Terhadap
Kolonialisme dan Imperialisme.Banda Aceh: Yayasan peNA.
Akmal, Muhammad. 2008. Analisis Sosial Konflik Horizontal Di Aceh.
Lhokseumawe: Unimal press.
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(http://id.wekipedia.org/wiki/Negara
Islam Indonesia [20/03/2011]
(http://id.acehpedia.org/wiki/Se [20/03/2011]
(http://blog.re.or.id/sejarah-aceh.htm
[20/03/2011]
(http://acehinstitue.re.org/index.php
[20/03/2011]
(http://plik-u.com/Teungku
Abdurrahman Meunasah Meucap.htm [20/03/2011]
No comments:
Post a Comment