BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat spekulatif
adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada. Mengapa mereka
menggunakan cara berpikir cara demikian? Mengapa mereka tidak mencari kandungan
yang tersurat, seperti halnya ahli sains mempelajari aspek khusus realita?
Jawaban-nya adalah bahwa jiwa manusia ingin meliha segala sesuatu sebagai
sesuatu keseluruhan. Mereka ingin memahami bagaimana menemukan totalitas yang
bermakna
dari realitas yang berbeda dan beranekaragam. Filsafat spekulatif tergolong filsafat
tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai sesuatu bangunan
pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno, seperti filsafat
Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat dijadikan paradigma
bagi seluruh filsafat spekulatif.
Filsafat spekulaitf
merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam
hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk
menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia: eksisitensinya,
fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan
supernatural. Dengan
penalaran intelektualnya, mereka berusha membangun pemikiran tentang manusia
dan masyarakat. Plato
sebagai pelopor filsafat idealisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan
dengan manusia, masyarakat, dan eksistensi manusia dalam lama ini. Ia bebicara tetentang susunan masyarakat,politik
(pemerintahan), nilai/moral, pengetahuan dan kebenaran, dan juga sampai
pembicaraan kekuatan supernatural Aristoteles sebagai pelopor realisme klasik
membicarakan politik biologi, fisika, nilai abadi, badan, dan jiwa. John Dewey
membangun filsafat pragmatisme, berbicara tentang manusia, jagat raya yang
bersifat fisik dan natural, berbicara tentang pengetahuan empiris dan teruji
oleh pengalaman, dan juga berbicara tentang nilai. Tetapi, filsafat Dewey tidak
sampai pada pembicaraan supernatural.
Pada dasarnya Dewey
berpikir spekulatif, walaupun pada akhirnya ia berpandangan eksperimental. Filsafat spekulatif mencari keteraturan
dan keseluruhan yang diterapkan, bukan pada suatu intem pengalaman khusus,
melainkan pada semua pengalaman dan pengetahuan. Singkatnya, filsafat
spekulatif adalah suatu upaya mencari dan menemukan hubungan dalam
keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
B. Rumusan
masalah
1. Apa yang di maksud dengan filsafat sejarah dan
filsafat sejarah spekulatif?
2.
Bagaimanakah kebenaran sistem filsafat sejarah spekulatif?
3.
Bagaiman
sistem-sistem spekulatif dalam filsafat sejarah?
4.
Apa yang
dimaksud dengan wibawa sistem-sistem spekulatif yang di tegakkan kembali?
C. Tujuan masalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian filsafat sejarah dan
filsafat sejarah spekulatif.
2.
Dapat mengetahui
kebenaran sestem filsafat sejarah spekulatif
3.
Dapat mengetahui
sistem-sistem spekulatif dalam filsafat sejarah
4.
Dapat mengetahui
wibawa sistem-sistem spekulatif yang di tegakkan kembali
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat Sejarah dan Filsafat Sejarah Spekulatif
Menurut F.R. Ankersmit Filsafat sejarah merupakan suatu bagian dari filsafat yang
memiliki keterkaitan dengan perenungan, bersifat spekulatif guna menjawab
beberapa masalah dalam suatu proses sejarah. Filsafat sejarah menurutnya
terdiri atas tiga unsur yang memang saling berhubungan namun masing-masing
berdasarkan permasalahannya sendiri. Unsur-unsur tersebut antara lain unsur
deskriptif, spekulatif dan kritis.Menurut Ankersmit teori sejarah dengan
filsafat sejarah tidak ada batasan kajian dalam pengkajiannya. Filsafat sejarah
sangat terkait dengan teori sejarah dalam kata lain filsafat sejarah
mempelajari teori-teori sejarah. Ankersmit mengemukakan agar istilah teori
sejarah dijadikan dalam satu istilah yaitu filsafat sejarah. Maka menurut
Ankersmit teori sejarah merupakan isi konsep-konsep dan teori-teori sejarah
yang dikaji dalam filsafat sejarah.
Filsafat
sejarah spekulatif merupakan perenungan filsafat mengenai tabiat-tabiat atau
sifat-sifat proses sejarah. Tiga hal yang manjadi pusat perhatian filsafat
sejarah spekulatif yaitu pola dalam proses sejarah, motor penggerak sejarah,
dan tujuan peristiwa sejarah. Filsafat sejarah spekulatif yang lebih dekat
dengan metafisis, penuh ketidakpastian ini memunculkan kritis oleh para ahli
sejarawan. Apabila sejarah bersifat metafisis bagaimana cara kita untuk dapat
mempercayai dan membuktikan kebenaran sejarah yang diterangkan. Filsafat
sejarah kritis merupakan sikap kritis dan skeptis atas peristiwa sejarah,
konsep-konsep sejarah, teori-teori sejarah, dan penulisan sejarah yang penuh
subyektivitas. Subyektivitas
sejarah yaitu dalam unsur-unsur subyektif dari para sejarawan terdapat dalam
penyusunan rekonstruksi sejarah.
Obyektivitas sejarah bertujuan
untuk memurnikan obyek sejarah dari kepentingan-kepentingan, ideologi-ideologi,
religi, maupun adat-istiadat dari kaum tertentu. penulisan sejarah
selalu dipengaruhi oleh subyektivitas dalam sejarah,hal ini akan terjadi ketika
kita berusaha untuk merekonstruksi kembali kerangka dari bukti bukti
sejarah. Dan subyektifitas itu bersifat alami dan akan selalu ada dalam
penulisan oleh seorang sejarawan
B. Kebenaran Sistem Spekulatif
Tidak Dapat Di Pastikan
Filsafat sejarah spekulatif
selau dibedakan dari pengkajian sejarah “biasa”. Kiranya sudah cukup gamblang
bahwa kita berurusan dengan dua bidang yang berbeda-beda. Para filusuf sejarah
dan para ahli sejarah selalu sadar, bahwa ada sebuah jurang yang memisahkan
mereka, satu dari yang lainnya. Para ahli sejarah mempersalahkan filusuf
sejarah, bahwa mereka meremehkan detail-detail sejarah serta tidak mampu
menghadapi masa silam tanpa prasangka.
Sebaliknya para filusuf
sejarah mempersalahkan para ahli sejrah, bahwa mereka hanya mengumpulakan dan
melaporkan sejumlah data dalam sejara, lepas yang satu dari yang lain dan tidak
berhasil menyusun sebuah sintesis. Hegel mempersalahkan Niebuhr seorang ahli
sejarah romawi bahwa dia hanya merangkaikan sejumlah ulasan yang tidak
menghiraukan unsur kesatuan di dalam proses sejarah. Para filusuf sejarah
spekulatif suka membuat perumpamaan sebagi berikut; ada ahli –ahli yang hanya
sibuk mengamati dengan teliti apayng terjadi dalam peredaran bintang-bintang,
sperti misalnya Tycho Brahe , sedangkan ada ahli-ahli perbintanagan atau ilmu
alam seperti Newton yang menngembangkan teori-teori yang berani serta luas
jangkauannya guna menafsirkan hasil observasi.
Sebuah sistem spekulatif tidak
begitu saja dapat di vonis benar atau tidak benar, sah atau tidak sah seperti
dapat kita lakukan terhadap penafsiran-penafsiran sejarah atau teori-teori ilmu
alam ( dengan catatn bahwa di sinipun kita harus berfhati-hati). Sistem yang di
tetapkan Hegal bila kita memperhatikan perkembangan ilmu-ilmu eksata selama
berabad-abad yan lampau maka kita tertarikuntuk membenarkan kepercayaan Hegel
terhadap kepercayaan Budi dalam proses sejarah, namun di sisi lain terdapat
sistem spekulasi pesimis ala Spengler dan Toynbee yang memiliki dasar filsafat
yaitu sejarah manusia tidak dapat
bersatu, melainkan terdiri atas lingkaran-lingkatran peradaban yang
masing-masing ada riwayatnya sendiri-sendiri.
Namun sebenarnya pada abad
inilah kita dapat memperlihatkan bagaimana peradaban-peradaban dapat saling
menebus, dapat saling mempengaruhi, sehingga tidak boleh di pandang sebagai
dunia-dunia yang masih dibuat di atas tadi berlaku bagi semua sistem spekulasi
dan ada yang pro serta ada yang kontra.
C. Sifat Metafisis Dalam
Sistem-Sistem Spekulatif
Sering dikatkan bahwa filsafat
sejarah bersifat “metafisis” adapun metafisika adalah cabang filsafat yang
menjawab pertanyaan mengenai hakikat atau esensi ( hal-hal dalam ) kenyataan.
Ciri khas sebuah pernyataan metafisis ialah tidak dapat di pergoki bahwa
pernyataan itu tidak benar,sekalipun kelihatannya tidak masuk akal.
Salah satu ucapan metafisis
yang cukup terkenal ialah manusia pada dasarnya egois kedengarannya ini sepintas
memang benar namun apabila kita menngingat bahwa manusia sanggup berkorban bagi
sesamanya.sering sekali orang tua berkorban bagi anaknya, orangtua akan
berkorban waktu,tenaga dan uang untuk anaknya namun disisi lain ada reaksi
seorang metafisikus terhadap keberatan-keberatan dalam pernyataan tadi, bahwa
rupanya orang itu bertindak berlawanan dengan kepentingan diri karena de facto ia menjadikan kepentingan orang
lain sebagai kepentingan diri sendiri. Orangtua yang mengabdikan diri terhadap
anaknya sebenarnya orangtua mengharapkan pamrih dri anaknya sendiri.
Seorang metafisikus melihat
bahwa ia selalu mencapai tujuannya dengan memberi arti lain pada kata-kata dari
pada yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan arti yang biasa kata
“ egoisme “ maka mustahillah semangat
berkorban dari diri manusia yang egoisme. Namun seorang metafisikus mengartikan
bahwa kata “egoisme” memiliki arti yang luas, berdasarkan arti yang baru itu
sesorang dapat kita golongkan pada kaum egois dengankata lain metafisika
berdasarkan pada manipulasi halus yang tidak selalu nampak terhadap kata-kaata,
bandingkan misalnya pernyataan metaafisis “ manusia pada dasarnya seorang
egois” dengan sebuah pernyataan lain yakni “ umur manusia tidak melebihi 150
tahun” arti kata dalam pernyataan kedua tidak dapat di otak atik karena benar
atau tidaknya memang dapat di tentukan namun dari dokumen-dokumen tidak
melaporkan mengenai manusia yang berumur lebih dari 150 tahun berarti kita
dapat mempercayai ucapan kedua.
D. Sistem-Sistem Spekulatif Tidak
Ilmiah
Kata sifat ilmiah tidak dapat
diberikan pada spekulasi-spekulasi tentang sejarah, karena spekulasi itu
berlainan dengan pernyataan-pernyataan ilmiah tidak menentu. Namun para filsuf
sejarah spekulatif justru mengecap bahwa pendekatan mereka terhaadap masa silam
lebih ilmiah dari pada apa yang dilakukan oleh para ahli sejarah, kelemahannya
justru mereka anggap spekulasi-spekulasi mereka tentang sejarah sering mereka
sertakan dengan perkakas ilmiah dan bahkan filsuf ini berpretensi dapat
memberikan kepastian objektif bahkan sering bertindak sebagai juru peramal
mengenai masa depan.
Pendapat filsuf-filsuf seperti Karl Popper, F.A von Hayek atau
M.Mandelbaum mengenaipretensi ilmiah dalam sistem-sistem spekulatif itu yakni
pretensi mereka seolah-olah dapat meramalkan hari depan. oleh Popper,
sistem-sistem spekulatif diberi nama “historisme” dan historisme ialah cara
pendekatan dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu sejarah yang bertitik tolak pada
pendapat bahwa peramalan mengenai hari depan merupakan tujuan utama ilmu
sejarah, ini memungkinkan dengan menemukan irama-irama dan pola-pola kelakuan
teratur yang tunduk kepada suatu hukum yang semuanya mendasari arus sejarah.
Menurut Popper ada empat cara aliran ini
membuktikan kesahihan ramalan-ramalannya mengenai masa mendatang yakni :
1.
Dirumuskan sebuah hukum
evolusi bagi proses sejarah
2.
Dicari sebuah dinamika sosial
yang berpengaruh terhadap sejarah sama dengan pengaruh dinamika bagi
objek-objek fisik.
3.
Dicari
kecenderungan-kecenderungan tertentu di dalam proses historis yang kemudian
diproyeksikan kedepan.
4.
Dicari hukum-hukum gerak yang
membawahi perkembangan sejarah.
·
Hukum Evolusi Bagi Proses
Sejarah
Dalam karya yang terkenal On the
origin of species (1859) Darwin memperlihatkan bagaimana kehidupan di bumi
berevolusi dan bagaimana terus-menerus dikembangkan jenis-jenis hewan baru.
Para filsuf sejarah spekulatif berpendapat bahwa selaras dengan teori Darwin
dapat disusun semacam “hukum evolusi “ bagi sejarah. Teerhadap jalan fikiran
ini dapat diajukan keberatan sebagai berikut :Teori Darwin bukanlah sebuah “
hukum evolusi “melainkan suatu penafsiran mengenai sebuah proses yang unik,
yang hanya satu kali terjadi. Kita hanya mengenanal satu proses evolusi dan
untuk proses itu, tidak dapat disusun hukum-hukum karena hukum-hukum selalu
berkaitan dengan berbagai proses yang dapat dibandingkan satu dengan yang lain.
Yang dapat dirumuskan ialah hukum-hukum bagian-bagian proses evolusi itu
seperti misalnya hukum bahwa jenis hewan yang paling berhasil menyusaikan diri
pada perusahaan-perusahaan secara relatif paling kuat berkembang biak, tetapi
hukum-hukum yang berlaku bagi bagian-bagian proses evolusi tidak dapat
menghasilkan suatu hukum bagi proses evolusi dalam keseluruhannya.
·
Dinamika Sosial Sebagai Sistem
Spekulatif
Dalam ilmu mekanika dibedakan antara statika (teori mengenai keseimbangan
benda-benda yang tidak bergerak ) dan dinamilka ( teori mengenai benda-benda
yang bergerak ). Berdasarkan perbedaan ini ahli filsafat positiivistis, Auguste
sosial Comte (1788-1757) menyusun teorinya mengenai statika sosial dan dinamika
sosial. Yang pertama memusatkan perhatiannya kepada mekanisme-mekanisme yang
memberi bentuk kepada masyarakat-masyarakat pada tahap tertentu dalam
perkembangannya, sedangkan yang kedua memperhatikan persoalan , bagaimana
masyarakat-masyarakat berkembang dari
tahap yang satu kepada tahap yang lain.
·
Arah Perkembangan
Seorang filsuf sejarah spekulatif sanggup memperlemah tabiat metafisik
dalam sistemnya. Ia akan menerima bahkan masyarakat mempunyai berbagai aspek
dan bahwa memang tidak benar memilih satu asapek saja sebagai pokok, sedangkan
membuang yang lain karena tidak relavan. Akan tetapi demikian akan dikatakan
filsuf sejarah spekulatif, tetap kebuka kemungkinan mempelajari semua atau
sejumlah besar aspek masyarakat sendiri-sendiri, lalu menetapkan ke arah mana
setiap aspek itu berkembang.sehingga akhirnya kita dapat menyimpulkan ke arah
mana masyaraakat, sebagai suatu keseluruhan,berkembang berdasarkanevolusi-evolusi
dalam bagian-bagiannya.akan tetapi usaha para filsuf sejarah untuk meramalkan
masyarakat menurut garis besar arah perkembangan ditolak oleh
Popper.pertama-pertama ia mencatat bahwa kecenderungan-kecenderungan itu hanya
berlangsung pada saat-saat tertentu, beberapa saat kemudian trend itu dapat
lenyap lagi.
·
Hukum-Hukum Gerak dan
Hukum-Hukum Urutan
Seorang filsuf sejarah spekulatiff menggaris bawahi uraian diatas namun
tetap berpendapat dapat dirumuskan hukum-hukum urutan atau hukum-hukum gerak
yang menopang proses historis sehingga berdasarkan hukum-hukum itu dapat
diramalkan masa depan dengan jangjkaun jauh lalu filsuf spekulatif mencari
ilham pada ilmu eksakta. Contohnya adalah permainan bilyar seperti benturan
bola bilyar dengan bola lain atau dengan tepi meja bilyar, dapat diramalkan apa
yang terjadi sesudah benturan,tahap demi tahap sebelumnya seperti hukum-hukum
mekanika, bila di terapkan terhadap tahap-tahap kejadian di mejaa bilyaar
(kondisi awal) membuka kemungkinan meramalkan apa yang akan terjadi, demikian
juga hulkum-hukum mekanika historis ataau hukum urutan memungkinkan kita
meramalkan proses historis tahap demi tahap,dalam kedua kasus kita tidak
melakukan kesalahan-kesalahan seperti dicatat di atas
E. Wibawa Sistem-sistem
Spekulatif ditegakkan kembali
Heskell Fain seorang filsuf
sejarah dari Amerika, pernah mengusulkan suatu pembelaan bagi sistem-sistem
spekulatif yang sampai sekarang ini, paling menarik iaberpendapat bahwa
pebolakan terhadap sistem-sistem spekulatif yang demikian tegas dan
total,merugikan filsafat sejarah menurut Fain maka didalam penulisan sejarah
selalu dapat dibedaakan dua lapis yakni lapis : lapis fakta dan peristiwa ( dan
pelaporannya ) serta integrasi fakta itu didalam sebuah cerita historis. memang
penulis sejarah harus menekuni fakta-fakta masa silam. Misalnya mengapa
seseorang atau suatu kelompok sosial berlakuan begini atau begitu apa yang
menyebabkan suatu peristiwa, bagaimana sandang pangan orang Eropa barat pada
abad pertengahan dan sebagainya. Tetapi seorang ahli sejarah baru menunaikan
tugasnya dengan baik, bila bahan faktual diintegrasikan secara maksimal.
Filsafat seejarah menurut Marx
mengindetifikasikan peristiwa-peristiwa sosial-ekonomi dengan demikian Marx
menawarkaan kepada para ahli sejarah, juga mereka yang bukan Marxis, suatu
kerangka interpretasi yang berguna untuk mengkaji sejarah dengan suatu cara yang
baru dan penuh stimulans. Sebelum Marxkerangka interpretasi itu tidak ada,para
peneliti sejarah mau tak mau tersesat dalampersoalan-persoalan sekitar sejarah
sosial-ekonomi demikian pula dapat dikatakan bahwa filsafat sejarah ciptaan
Hegel ( budi menguasai manusia ) mengkajikan kerangka interpretasi yang dapat
mengembangkan sejarah intelektual, singkatnya filsafat-filsafat sejarah
spekulatif menunjukan peristiwa-peristiwa mana yang pantas diteliti oleh
seorang ahli sejarah.
Tema dan bahan setiap penelitian
historis dan setiap cerita historis ditentukan oleh filsafat sejarah spekulatif
bagi penulis sejarah. Narasi sejarah tanpa adanya filsafat sejarah
spekulatifadalah buta, filsafat sejarah spekulatif tanpa fakta adalah
hampaademikian menurut Fain sambil menyendir ucapan Kant yang terkenal.bedanya
filsafat sejarah spekulatif dan pengkajian sejarah hanya menyangkut nuansa yang
pertama lebih mementingkan kerangkaatau struktur yang kedua lebih mementingkan
fakta sejarah yang mengisi struktur itu. Fain menerima bersedia menerima kritik
Popper terhadap pretensi filsafat sejarah spekulatif yang seolah-olah dapat
meramalkan hari depan, tetapi kritik itu menurut Fain tidak mengurangi nilai
filsafat sejarah spekulatif bagi pengkajian sejarah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat
sejarah spekulatif merupakan perenungan filsafat mengenai tabiat-tabiat atau
sifat-sifat proses sejarah. Tiga hal yang manjadi pusat perhatian filsafat
sejarah spekulatif yaitu pola dalam proses sejarah, motor penggerak sejarah,
dan tujuan peristiwa sejarah. Filsafat sejarah spekulatif yang lebih dekat
dengan metafisis, penuh ketidakpastian ini memunculkan kritis oleh para ahli
sejarawan. Sebuah sistem spekulatif tidak
begitu saja dapat di vonis benar atau tidak benar, sah atau tidak sah seperti
dapat kita lakukan terhadap penafsiran-penafsiran sejarah atau teori-teori ilmu
alam ( dengan catatn bahwa di sinipun kita harus berfhati-hati).
Sistem yang di tetapkan Hegal
bila kita memperhatikan perkembangan ilmu-ilmu eksata selama berabad-abad yan
lampau maka kita tertarikuntuk membenarkan kepercayaan Hegel terhadap
kepercayaan Budi dalam proses sejarah, namun di sisi lain terdapat sistem
spekulasi pesimis ala Spengler dan Toynbee yang memiliki dasar filsafat yaitu sejarah manusia tidak dapat bersatu,
melainkan terdiri atas lingkaran-lingkatran peradaban yang masing-masing ada
riwayatnya sendiri-sendiri.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa dan merupakan calon dari ahli-ahli
Sejarah dan lebih khususnya lagi,sebagai manusia yang berbangsa dan bernegara
dapat menilai bahwa perjuangan dalam menuntut pengakuan asasi kepada penguasa
bukanlah suatu perjuangan yang mudah.Oleh karena itu kita sebagai generasi muda
hendaknya harus memiliki tekad dan keinginan serta semangat yang revolusioner
untuk mengabdi dan berbuat semaksimal mungkin demi kemajuan negara Indonesia
yang sangat kita cintai ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ankersmit,
F.R.1987.Refleksi Tentang Sejarah. Jakarta:
Gramedia
How to win at gambling at casinos - Dr. MD
ReplyDeleteLearn how to win at casinos by playing 충청남도 출장안마 card games for real money, 천안 출장안마 online slots, blackjack, 안동 출장안마 poker, 수원 출장안마 and more 부천 출장마사지 at Dr. MD.