Thursday 26 March 2015

MAKALAH | KRITIK TERHADAP SISTEM-SISTEM SPEKULATIF

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada. Mengapa mereka menggunakan cara berpikir cara demikian? Mengapa mereka tidak mencari kandungan yang tersurat, seperti halnya ahli sains mempelajari aspek khusus realita? Jawaban-nya adalah bahwa jiwa manusia ingin meliha segala sesuatu sebagai sesuatu keseluruhan. Mereka ingin memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beranekaragam. Filsafat spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai sesuatu bangunan pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno, seperti filsafat Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif.
Filsafat spekulaitf merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia: eksisitensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Dengan penalaran intelektualnya, mereka berusha membangun pemikiran tentang manusia dan masyarakat. Plato sebagai pelopor filsafat idealisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan manusia, masyarakat, dan eksistensi manusia dalam lama ini. Ia bebicara tetentang susunan masyarakat,politik (pemerintahan), nilai/moral, pengetahuan dan kebenaran, dan juga sampai pembicaraan kekuatan supernatural Aristoteles sebagai pelopor realisme klasik membicarakan politik biologi, fisika, nilai abadi, badan, dan jiwa. John Dewey membangun filsafat pragmatisme, berbicara tentang manusia, jagat raya yang bersifat fisik dan natural, berbicara tentang pengetahuan empiris dan teruji oleh pengalaman, dan juga berbicara tentang nilai. Tetapi, filsafat Dewey tidak sampai pada pembicaraan supernatural.
Pada dasarnya Dewey berpikir spekulatif, walaupun pada akhirnya ia berpandangan eksperimental. Filsafat spekulatif mencari keteraturan dan keseluruhan yang diterapkan, bukan pada suatu intem pengalaman khusus, melainkan pada semua pengalaman dan pengetahuan. Singkatnya, filsafat spekulatif adalah suatu upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
B.     Rumusan masalah

1.      Apa yang di maksud dengan filsafat sejarah dan filsafat sejarah spekulatif?
2.      Bagaimanakah  kebenaran sistem filsafat sejarah spekulatif?
3.      Bagaiman sistem-sistem spekulatif dalam filsafat sejarah?
4.      Apa yang dimaksud dengan wibawa sistem-sistem spekulatif yang di tegakkan kembali?

C.    Tujuan masalah

1.      Agar dapat mengetahui pengertian filsafat sejarah dan filsafat sejarah spekulatif.
2.      Dapat mengetahui kebenaran sestem filsafat sejarah spekulatif
3.      Dapat mengetahui sistem-sistem spekulatif dalam filsafat sejarah
4.      Dapat mengetahui wibawa sistem-sistem spekulatif yang di tegakkan kembali


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Sejarah dan Filsafat Sejarah Spekulatif
Menurut F.R. Ankersmit Filsafat sejarah  merupakan suatu bagian dari filsafat yang memiliki keterkaitan dengan perenungan, bersifat spekulatif guna menjawab beberapa masalah dalam suatu proses sejarah. Filsafat sejarah menurutnya terdiri atas tiga unsur yang memang saling berhubungan namun masing-masing berdasarkan permasalahannya sendiri. Unsur-unsur tersebut antara lain unsur deskriptif, spekulatif dan kritis.Menurut Ankersmit teori sejarah dengan filsafat sejarah tidak ada batasan kajian dalam pengkajiannya. Filsafat sejarah sangat terkait dengan teori sejarah dalam kata lain filsafat sejarah mempelajari teori-teori sejarah. Ankersmit mengemukakan agar istilah teori sejarah dijadikan dalam satu istilah yaitu filsafat sejarah. Maka menurut Ankersmit teori sejarah merupakan isi konsep-konsep dan teori-teori sejarah yang dikaji dalam filsafat sejarah.
Filsafat sejarah spekulatif merupakan perenungan filsafat mengenai tabiat-tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tiga hal yang manjadi pusat perhatian filsafat sejarah spekulatif yaitu pola dalam proses sejarah, motor penggerak sejarah, dan tujuan peristiwa sejarah. Filsafat sejarah spekulatif yang lebih dekat dengan metafisis, penuh ketidakpastian ini memunculkan kritis oleh para ahli sejarawan. Apabila sejarah bersifat metafisis bagaimana cara kita untuk dapat mempercayai dan membuktikan kebenaran sejarah yang diterangkan. Filsafat sejarah kritis merupakan sikap kritis dan skeptis atas peristiwa sejarah, konsep-konsep sejarah, teori-teori sejarah, dan penulisan sejarah yang penuh subyektivitas. Subyektivitas sejarah yaitu dalam unsur-unsur subyektif dari para sejarawan terdapat dalam penyusunan rekonstruksi sejarah.
Obyektivitas sejarah bertujuan untuk memurnikan obyek sejarah dari kepentingan-kepentingan, ideologi-ideologi, religi, maupun adat-istiadat dari kaum tertentu. penulisan sejarah selalu dipengaruhi oleh subyektivitas dalam sejarah,hal ini akan terjadi ketika kita berusaha untuk merekonstruksi  kembali kerangka dari bukti bukti sejarah. Dan subyektifitas itu bersifat alami dan akan selalu ada  dalam penulisan oleh seorang sejarawan

B.     Kebenaran Sistem Spekulatif Tidak Dapat Di Pastikan
Filsafat sejarah spekulatif selau dibedakan dari pengkajian sejarah “biasa”. Kiranya sudah cukup gamblang bahwa kita berurusan dengan dua bidang yang berbeda-beda. Para filusuf sejarah dan para ahli sejarah selalu sadar, bahwa ada sebuah jurang yang memisahkan mereka, satu dari yang lainnya. Para ahli sejarah mempersalahkan filusuf sejarah, bahwa mereka meremehkan detail-detail sejarah serta tidak mampu menghadapi masa silam tanpa prasangka.
Sebaliknya para filusuf sejarah mempersalahkan para ahli sejrah, bahwa mereka hanya mengumpulakan dan melaporkan sejumlah data dalam sejara, lepas yang satu dari yang lain dan tidak berhasil menyusun sebuah sintesis. Hegel mempersalahkan Niebuhr seorang ahli sejarah romawi bahwa dia hanya merangkaikan sejumlah ulasan yang tidak menghiraukan unsur kesatuan di dalam proses sejarah. Para filusuf sejarah spekulatif suka membuat perumpamaan sebagi berikut; ada ahli –ahli yang hanya sibuk mengamati dengan teliti apayng terjadi dalam peredaran bintang-bintang, sperti misalnya Tycho Brahe , sedangkan ada ahli-ahli perbintanagan atau ilmu alam seperti Newton yang menngembangkan teori-teori yang berani serta luas jangkauannya guna menafsirkan hasil observasi.
Sebuah sistem spekulatif tidak begitu saja dapat di vonis benar atau tidak benar, sah atau tidak sah seperti dapat kita lakukan terhadap penafsiran-penafsiran sejarah atau teori-teori ilmu alam ( dengan catatn bahwa di sinipun kita harus berfhati-hati). Sistem yang di tetapkan Hegal bila kita memperhatikan perkembangan ilmu-ilmu eksata selama berabad-abad yan lampau maka kita tertarikuntuk membenarkan kepercayaan Hegel terhadap kepercayaan Budi dalam proses sejarah, namun di sisi lain terdapat sistem spekulasi pesimis ala Spengler dan Toynbee yang memiliki dasar filsafat yaitu  sejarah manusia tidak dapat bersatu, melainkan terdiri atas lingkaran-lingkatran peradaban yang masing-masing ada riwayatnya sendiri-sendiri.
Namun sebenarnya pada abad inilah kita dapat memperlihatkan bagaimana peradaban-peradaban dapat saling menebus, dapat saling mempengaruhi, sehingga tidak boleh di pandang sebagai dunia-dunia yang masih dibuat di atas tadi berlaku bagi semua sistem spekulasi dan ada yang pro serta ada yang kontra.


C.    Sifat Metafisis Dalam Sistem-Sistem Spekulatif
Sering dikatkan bahwa filsafat sejarah bersifat “metafisis” adapun metafisika adalah cabang filsafat yang menjawab pertanyaan mengenai hakikat atau esensi ( hal-hal dalam ) kenyataan. Ciri khas sebuah pernyataan metafisis ialah tidak dapat di pergoki bahwa pernyataan itu tidak benar,sekalipun kelihatannya tidak masuk akal.
Salah satu ucapan metafisis yang cukup terkenal ialah manusia pada dasarnya egois kedengarannya ini sepintas memang benar namun apabila kita menngingat bahwa manusia sanggup berkorban bagi sesamanya.sering sekali orang tua berkorban bagi anaknya, orangtua akan berkorban waktu,tenaga dan uang untuk anaknya namun disisi lain ada reaksi seorang metafisikus terhadap keberatan-keberatan dalam pernyataan tadi, bahwa rupanya orang itu bertindak berlawanan dengan kepentingan diri karena de facto ia menjadikan kepentingan orang lain sebagai kepentingan diri sendiri. Orangtua yang mengabdikan diri terhadap anaknya sebenarnya orangtua mengharapkan pamrih dri anaknya sendiri.
Seorang metafisikus melihat bahwa ia selalu mencapai tujuannya dengan memberi arti lain pada kata-kata dari pada yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan arti yang biasa kata “ egoisme “  maka mustahillah semangat berkorban dari diri manusia yang egoisme. Namun seorang metafisikus mengartikan bahwa kata “egoisme” memiliki arti yang luas, berdasarkan arti yang baru itu sesorang dapat kita golongkan pada kaum egois dengankata lain metafisika berdasarkan pada manipulasi halus yang tidak selalu nampak terhadap kata-kaata, bandingkan misalnya pernyataan metaafisis “ manusia pada dasarnya seorang egois” dengan sebuah pernyataan lain yakni “ umur manusia tidak melebihi 150 tahun” arti kata dalam pernyataan kedua tidak dapat di otak atik karena benar atau tidaknya memang dapat di tentukan namun dari dokumen-dokumen tidak melaporkan mengenai manusia yang berumur lebih dari 150 tahun berarti kita dapat mempercayai ucapan kedua.

D.    Sistem-Sistem Spekulatif Tidak Ilmiah
Kata sifat ilmiah tidak dapat diberikan pada spekulasi-spekulasi tentang sejarah, karena spekulasi itu berlainan dengan pernyataan-pernyataan ilmiah tidak menentu. Namun para filsuf sejarah spekulatif justru mengecap bahwa pendekatan mereka terhaadap masa silam lebih ilmiah dari pada apa yang dilakukan oleh para ahli sejarah, kelemahannya justru mereka anggap spekulasi-spekulasi mereka tentang sejarah sering mereka sertakan dengan perkakas ilmiah dan bahkan filsuf ini berpretensi dapat memberikan kepastian objektif bahkan sering bertindak sebagai juru peramal mengenai masa depan.
Pendapat filsuf-filsuf  seperti Karl Popper, F.A von Hayek atau M.Mandelbaum mengenaipretensi ilmiah dalam sistem-sistem spekulatif itu yakni pretensi mereka seolah-olah dapat meramalkan hari depan. oleh Popper, sistem-sistem spekulatif diberi nama “historisme” dan historisme ialah cara pendekatan dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu sejarah yang bertitik tolak pada pendapat bahwa peramalan mengenai hari depan merupakan tujuan utama ilmu sejarah, ini memungkinkan dengan menemukan irama-irama dan pola-pola kelakuan teratur yang tunduk kepada suatu hukum yang semuanya mendasari arus sejarah. Menurut Popper  ada empat cara aliran ini membuktikan kesahihan ramalan-ramalannya mengenai masa mendatang yakni :
1.      Dirumuskan sebuah hukum evolusi bagi proses sejarah
2.      Dicari sebuah dinamika sosial yang berpengaruh terhadap sejarah sama dengan pengaruh dinamika bagi objek-objek fisik.
3.      Dicari kecenderungan-kecenderungan tertentu di dalam proses historis yang kemudian diproyeksikan kedepan.
4.      Dicari hukum-hukum gerak yang membawahi perkembangan sejarah.

·         Hukum Evolusi Bagi Proses Sejarah
Dalam karya yang terkenal On the origin of species (1859) Darwin memperlihatkan bagaimana kehidupan di bumi berevolusi dan bagaimana terus-menerus dikembangkan jenis-jenis hewan baru. Para filsuf sejarah spekulatif berpendapat bahwa selaras dengan teori Darwin dapat disusun semacam “hukum evolusi “ bagi sejarah. Teerhadap jalan fikiran ini dapat diajukan keberatan sebagai berikut :Teori Darwin bukanlah sebuah “ hukum evolusi “melainkan suatu penafsiran mengenai sebuah proses yang unik, yang hanya satu kali terjadi. Kita hanya mengenanal satu proses evolusi dan untuk proses itu, tidak dapat disusun hukum-hukum karena hukum-hukum selalu berkaitan dengan berbagai proses yang dapat dibandingkan satu dengan yang lain. Yang dapat dirumuskan ialah hukum-hukum bagian-bagian proses evolusi itu seperti misalnya hukum bahwa jenis hewan yang paling berhasil menyusaikan diri pada perusahaan-perusahaan secara relatif paling kuat berkembang biak, tetapi hukum-hukum yang berlaku bagi bagian-bagian proses evolusi tidak dapat menghasilkan suatu hukum bagi proses evolusi dalam keseluruhannya.

·         Dinamika Sosial Sebagai Sistem Spekulatif
Dalam ilmu mekanika dibedakan antara statika (teori mengenai keseimbangan benda-benda yang tidak bergerak ) dan dinamilka ( teori mengenai benda-benda yang bergerak ). Berdasarkan perbedaan ini ahli filsafat positiivistis, Auguste sosial Comte (1788-1757) menyusun teorinya mengenai statika sosial dan dinamika sosial. Yang pertama memusatkan perhatiannya kepada mekanisme-mekanisme yang memberi bentuk kepada masyarakat-masyarakat pada tahap tertentu dalam perkembangannya, sedangkan yang kedua memperhatikan persoalan , bagaimana masyarakat-masyarakat  berkembang dari tahap yang satu kepada tahap yang lain.

·         Arah Perkembangan
Seorang filsuf sejarah spekulatif sanggup memperlemah tabiat metafisik dalam sistemnya. Ia akan menerima bahkan masyarakat mempunyai berbagai aspek dan bahwa memang tidak benar memilih satu asapek saja sebagai pokok, sedangkan membuang yang lain karena tidak relavan. Akan tetapi demikian akan dikatakan filsuf sejarah spekulatif, tetap kebuka kemungkinan mempelajari semua atau sejumlah besar aspek masyarakat sendiri-sendiri, lalu menetapkan ke arah mana setiap aspek itu berkembang.sehingga akhirnya kita dapat menyimpulkan ke arah mana masyaraakat, sebagai suatu keseluruhan,berkembang berdasarkanevolusi-evolusi dalam bagian-bagiannya.akan tetapi usaha para filsuf sejarah untuk meramalkan masyarakat menurut garis besar arah perkembangan ditolak oleh Popper.pertama-pertama ia mencatat bahwa kecenderungan-kecenderungan itu hanya berlangsung pada saat-saat tertentu, beberapa saat kemudian trend itu dapat lenyap lagi.

·         Hukum-Hukum Gerak dan Hukum-Hukum Urutan
Seorang filsuf sejarah spekulatiff menggaris bawahi uraian diatas namun tetap berpendapat dapat dirumuskan hukum-hukum urutan atau hukum-hukum gerak yang menopang proses historis sehingga berdasarkan hukum-hukum itu dapat diramalkan masa depan dengan jangjkaun jauh lalu filsuf spekulatif mencari ilham pada ilmu eksakta. Contohnya adalah permainan bilyar seperti benturan bola bilyar dengan bola lain atau dengan tepi meja bilyar, dapat diramalkan apa yang terjadi sesudah benturan,tahap demi tahap sebelumnya seperti hukum-hukum mekanika, bila di terapkan terhadap tahap-tahap kejadian di mejaa bilyaar (kondisi awal) membuka kemungkinan meramalkan apa yang akan terjadi, demikian juga hulkum-hukum mekanika historis ataau hukum urutan memungkinkan kita meramalkan proses historis tahap demi tahap,dalam kedua kasus kita tidak melakukan kesalahan-kesalahan seperti dicatat di atas

E.     Wibawa Sistem-sistem Spekulatif ditegakkan kembali
Heskell Fain seorang filsuf sejarah dari Amerika, pernah mengusulkan suatu pembelaan bagi sistem-sistem spekulatif yang sampai sekarang ini, paling menarik iaberpendapat bahwa pebolakan terhadap sistem-sistem spekulatif yang demikian tegas dan total,merugikan filsafat sejarah menurut Fain maka didalam penulisan sejarah selalu dapat dibedaakan dua lapis yakni lapis : lapis fakta dan peristiwa ( dan pelaporannya ) serta integrasi fakta itu didalam sebuah cerita historis. memang penulis sejarah harus menekuni fakta-fakta masa silam. Misalnya mengapa seseorang atau suatu kelompok sosial berlakuan begini atau begitu apa yang menyebabkan suatu peristiwa, bagaimana sandang pangan orang Eropa barat pada abad pertengahan dan sebagainya. Tetapi seorang ahli sejarah baru menunaikan tugasnya dengan baik, bila bahan faktual diintegrasikan secara maksimal.
Filsafat seejarah menurut Marx mengindetifikasikan peristiwa-peristiwa sosial-ekonomi dengan demikian Marx menawarkaan kepada para ahli sejarah, juga mereka yang bukan Marxis, suatu kerangka interpretasi yang berguna untuk mengkaji sejarah dengan suatu cara yang baru dan penuh stimulans. Sebelum Marxkerangka interpretasi itu tidak ada,para peneliti sejarah mau tak mau tersesat dalampersoalan-persoalan sekitar sejarah sosial-ekonomi demikian pula dapat dikatakan bahwa filsafat sejarah ciptaan Hegel ( budi menguasai manusia ) mengkajikan kerangka interpretasi yang dapat mengembangkan sejarah intelektual, singkatnya filsafat-filsafat sejarah spekulatif menunjukan peristiwa-peristiwa mana yang pantas diteliti oleh seorang ahli sejarah.
Tema dan bahan setiap penelitian historis dan setiap cerita historis ditentukan oleh filsafat sejarah spekulatif bagi penulis sejarah. Narasi sejarah tanpa adanya filsafat sejarah spekulatifadalah buta, filsafat sejarah spekulatif tanpa fakta adalah hampaademikian menurut Fain sambil menyendir ucapan Kant yang terkenal.bedanya filsafat sejarah spekulatif dan pengkajian sejarah hanya menyangkut nuansa yang pertama lebih mementingkan kerangkaatau struktur yang kedua lebih mementingkan fakta sejarah yang mengisi struktur itu. Fain menerima bersedia menerima kritik Popper terhadap pretensi filsafat sejarah spekulatif yang seolah-olah dapat meramalkan hari depan, tetapi kritik itu menurut Fain tidak mengurangi nilai filsafat sejarah spekulatif bagi pengkajian sejarah


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Filsafat sejarah spekulatif merupakan perenungan filsafat mengenai tabiat-tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tiga hal yang manjadi pusat perhatian filsafat sejarah spekulatif yaitu pola dalam proses sejarah, motor penggerak sejarah, dan tujuan peristiwa sejarah. Filsafat sejarah spekulatif yang lebih dekat dengan metafisis, penuh ketidakpastian ini memunculkan kritis oleh para ahli sejarawan. Sebuah sistem spekulatif tidak begitu saja dapat di vonis benar atau tidak benar, sah atau tidak sah seperti dapat kita lakukan terhadap penafsiran-penafsiran sejarah atau teori-teori ilmu alam ( dengan catatn bahwa di sinipun kita harus berfhati-hati).
Sistem yang di tetapkan Hegal bila kita memperhatikan perkembangan ilmu-ilmu eksata selama berabad-abad yan lampau maka kita tertarikuntuk membenarkan kepercayaan Hegel terhadap kepercayaan Budi dalam proses sejarah, namun di sisi lain terdapat sistem spekulasi pesimis ala Spengler dan Toynbee yang memiliki dasar filsafat yaitu  sejarah manusia tidak dapat bersatu, melainkan terdiri atas lingkaran-lingkatran peradaban yang masing-masing ada riwayatnya sendiri-sendiri.


B.     Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa dan merupakan calon dari ahli-ahli Sejarah dan lebih khususnya lagi,sebagai manusia yang berbangsa dan bernegara dapat menilai bahwa perjuangan dalam menuntut pengakuan asasi kepada penguasa bukanlah suatu perjuangan yang mudah.Oleh karena itu kita sebagai generasi muda hendaknya harus memiliki tekad dan keinginan serta semangat yang revolusioner untuk mengabdi dan berbuat semaksimal mungkin demi kemajuan negara Indonesia yang sangat kita cintai ini.


DAFTAR PUSTAKA

Ankersmit, F.R.1987.Refleksi Tentang Sejarah. Jakarta: Gramedia

1 comment:

  1. How to win at gambling at casinos - Dr. MD
    Learn how to win at casinos by playing 충청남도 출장안마 card games for real money, 천안 출장안마 online slots, blackjack, 안동 출장안마 poker, 수원 출장안마 and more 부천 출장마사지 at Dr. MD.

    ReplyDelete