Wednesday 25 March 2015

SEJARAH NEGARA JEPANG| BANGSA AMERIKA MENDOBRAK PINTU JEPANG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Jepang adalah Negara kepulauan yang berbentuk garis melengkung yang terbentang  dari timur laut ke barat daya di lautan timur benua asia. Hingga saat ini kepulauan jepang merupakan daerah gunung api dan gempa bumi kuat. Keadaan mana telah berlangsung sepanjang zaman geologi. Selama zaman paleosen, daerah ini terletal di bawah laut. Dan sebagian besar dari kepulauan ini baru timbul di atas permukaan laut karena kegiatan pembentukan gunung pada akhir zaman tersebut.
Iklim jepang dapat di golongkan sebagai iklim sedang yang di pengaruhi angin musim.antara daerah yang satu dengan daerah yang lain terdapat banyak perbedaan karena panjang nya Negara ini dari utara ke selatan ( yang mencakup lebih dari 15 derajat pada garis melintang).
Jepang terdiri dari serangkaian pulau.daerah pedalaman terdiri dari gunung dan lembah.sedangkan daerah pantai terdiri dari tebing-tebing terjal ,pulau-pulau lepas pantai dan teluk-teluk.
Jepang memiliki bahasa yang termasuk ural-alta,bahasa itu sendiri tidak menunjukkan hubungan langsung dengan bahasa alta seperti bahasa turki,Mongolia,tungu,dan korea.kemungkinan besar bahasa jepang terpisah dari bahasa alta primitive.pada zaman yang lebih dahulu dari pada bahasa-bahasa yang lain.bagaimana pun juga pernyataan umum bahwa bahasa jepang terbentuk dan berkembang di daerah kepulauan jepang Nampak nya tak dapat di sangkal.
Aliran orang baru dari Tiongkok dan Korea ke Jepang berjalan terus dari abad keabad. Dari catatan mereka dapatlah kita mengetahui susunan kemasyarakatan semula di negeri matahari terbit pada sesudahnya negeri inimengambil tahun 660 sebelum Masehi. Sebagai permulaan sejarah mereka.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengaruh Kebudayaan Tionngkok Ke Jepang Meminjam Banyak.
2.1.1   Kebudayaan Tionghoa Mengikut ke Jepang.
Menurut saudagar-saudagar Tiongkok yang mengunjungi Jepang Barat pada kira-kira tahun 200, pada masa itu negeri kepulauan negeri itu terpecah belah dalam banyak negara-negara, suku-suku kecil. Tiap negara suku ini diperintah oleh seorang paderi tinggi wanita atau paderi tinggi pria.
Kekuasaan politik dan kekuasaan agama pada masa itu terkepal dalam satu tangan yaitu tergenggam dalam tangannya paderi, dan bahwa wanita juga ada yang memperoleh kekuasaan terbesar itu. Memang dalam dongeng-dongeng Jepang banyak ditemukan kepala pemerintah wanita. Dan agama atau kepercayaan memegang suatu peranan yang besar.
Agama di Jepang adalah sederhana, sebagaimana sebagian besar agama-agama lain pada masa itu. Orang mengalami gejala alam dalam berbagai bentuk, misalnya siang dan malam, teriknya matahari, badai laut. Lambat laun kesemuanya itu menyebabkan orang berfikir, bahwa pengutaraan-pengutaraan alam itu mempunyai sifat-sifat dewata. Belakangan pula pemujaan leluhur merembes masuk kepercayaan ini. Pemujaan leluhur dianggap sudah terjadi karena pengaruh kebudayaan Tionghoa. Kebudayaan Tionghoa memang telah mengikuti orang Tionghoa, yang datang ke Jepang menyeberangi laut. Kedatangan orang Tionghoa dari darat Asia ini mempunyai suatu akibat lain pula yang tak terelakkan.
            Orang Tionghoa berasal dari sebuah negara yang sudah mencapai suatu tingkat kebudayaan yang tinggi. Hidupnya di Jepang, baik untuk sedikit waktu, apula untuk menetap, membawa masuk juga unsur-unsur kebudayaan Tionghoa. Unsur-unsur itu semula sedikit, tetapi dengan bertambahnya jumlah orang Tionghoa di Jepang bertambah juga unsur-unsur kebudayaan Tionghoa yang mereka seolah-olah membawa pindah ke Jepang, walaupun hanya untuk kalangan mereka sendiri.
            Kebudayaan tak dapat terkekang oleh perbatasan wilayah maupun perbatasan kebangsaan. Orang Jepang yang berumah didekat orang Tionghoa itu telah menyaksikan cara hidup mereka ini. Mereka jadi merasa tertarik oleh cara hidup mereka itu. Oleh karena peradaban mereka sendiri tak setinggi peradaban Tionghoa, tak terelakkanlah pengaruh besi-semberani kebudayaan ini terhadap mereka.
            Pada waktu perhitungan tahun Jepang dimulai, yakni pada tahun 660 sebelum Masehi, di Tiongkok memerintah kerajaan Chou (abad 11 sebelum SM – 221 SM). Dengan menggunakan tarich Tiongkok dapat dikatakan bahwa perhitungan tahun Jepang telah dimulai pada zaman musim semi dan musim rontok (770 SM – 475 SM). Dari kerajaa Chou timur (770 SM – 221 SM).
            Pada zaman musim semi dan musim rontok ini telah lahir Kung Tze (Cunfucius,551 SM- 479 SM). Pengajaran ahli filsafat negara Lu ini dengan perlahan-lahan menjadi seolah-olah lampu suar, bukan hanya untuk Tiongkok melainkan juga bagi negeri-negeri disekitarnya. Pulau-pulau dilaut Tiongkok dan laut Jepang tidak terkecualikan. Lalu sampailah zaman negara berperang (475 SM – 221 SM), yang merupakan babak terakhir kerajaan Chou. Banyak ahli pemikir menampil pada masa ini: Mo Tze atau Mo TI (pendekar cinta Universal), Hsun Tze(pelajar tenaga alam), Han Fei (pengsnjur peneguha raja-raja, dan lain-lain. Dalam kalangan kesustraan berkilau-kilauanlah Chu Yuan, seorang penyair filsuf Patriot besar yang keren sangat berduka melihat negaranya, negara Chu dimusnahkan oleh negara Chin, telah membuang diri kedalam dalam sungai dengan antara lain telah meninggalkan sebuah sajak besar Li Sao Terdicrunius kedalam kesukaran.
            Sesudahnya itu memerintahlah negeri Chin (221 SM – 206 SM), yang membangun tembo besar. Kerajaan ini digantikan oleh dinasti Tang (206 SM – 220 M), yang bealih kezaman Tiga Kerajaan (220 – 280), masa hidupnya Kuan Yu yang kini telah diangkat sebagai dewa perang bangsa Tionghoa, Chu-Ke Liang yang telah membuat kuda-kuda dan kerbau-kerbau yang dapat berjalan, mungki dengan kekuatan per atau juga tenaga motor, dan Hua To seorang tabib yang telah dapat melakukan pembedahan tanpa obat bius. Inilah hal-hal yang telah terjadi di Tiongkok  selama kira-kira 600-700 tahun pertama tarich Jepang.
            K.S. Latourette mengatakan, sedangkan negeri Jepang tengah bertumbuh diseputar Yamato,  sebuah kebudayaan besar tengah di bentuk di Asia dekat. Mulai tahun 2000 SM, yang kini menjadi bagian barat laut Tiongkok sebenarnya. Rakyat Tiongkok telah bertambah-tambah jumlah dan wilayahnya, dan pada kira-kira tahun 200), mereka telah menghasilkan sebuah filsafat, sebuah kesusastraan, sebuah kesenian dan sebuah organisasi industri dan perdagangan, yang tidak kalah dengan kebudayaan terbaik dari Yunani atau Roma.
            Oleh karena Jepang negeri tetangga Tiongkok, maka belakulah hukum alam bejana berhubungan dalam bidang kebudayaan. Kebudayaan yang lebih banyak di Tiongkok mengalirlah ke Jepang, yang menjadi kebudayaan yang lebih sedikit terhadap Tiongkok pada masa itu.memang Jepang sudah mendapat kontak dengan kebudayaan Tiongkok. Hal ini terbukti antara lain oleh kenyataan, bahwa orang Jepang mempergunakan cermin yang terbuat dari perunggu.
            Ilmu menulis Tionghoa juga sudah seharusnya menyeberangi laut ke negeri matahari terbit dengan cepat, dengan mengikuti jejaknya orang Tionghoa.
2.1.2   Bahasa Tionghoa Di Jepang.
Dengan resmi dapat dikatakan bahwa huruf Tinonghoa telah memasuki Jepang dalam tahun 285, yakni tahun ke-15 pemerintahannya kaisar Ojin. Yang membawa datang huruf Tionghoa ini ke negeri matahari terbit adalah seorang sarjana yang bernama Wani. Sarjana ini seorang penduduk negeri Paikche, sebuah dari empat buah negeri yang pada masa itu ada di Korea.
Wani mempunyai pengetahuan yang dalam tentang sastra Tionghoa. Menurut suatu sumber, karena ada persahabatan yang erat antara suku Yamato dengan negeri Paikche itu, maka kaisar Ojin, telah mengirimkan seorang utusan ke negeri ini dalam tahun 284 untuk mengundang Wani. Berhubungan dengan undangn ini, dalam tahun 285 seorang utusan negeri Paikche itu yang bernama Achiki berkunjung ke Jepang dengan mengajak sarjana itu.
Sarjana iru telah diangkat menjadi gurunya pangeran Uji-ne Wakiiratsuko, maka karenanya diamlah Wani didalam istana kaisar. Inilah catatan pertama mengenai bahasa Tionghoa di Jepang.
Keadatangan Wali ke kerajaan kepulauan ini mempunyai suatu arti yang amat besar bagi perkembangan kebudayaan Yamoto. Melalui pekerjaannya Wani, ahli bahasa Tionghoa itu yang dapat juga dipandang sebagai seorang sinolog modern kita pada masa itu, suku Yamoto jadi mengindahkan tinggi sekali huruf Tionghoa, sehingga huruf tetangganya ini dapat dipergunakan dengan resmi di Jepang.
Sesudahnya Wani ini kemudian datang pula sarjana-sarjana lain dari Tiongkok dan Korea ke Jepang. Bersama keturunanya Wani, mereka merupakan suatu inti ilmu pengetahuan di negeri kepulauan ini. Mempelajari huruf Tionghoa tentu tak dapat dilakukan tanpa mempelajari juga bahasa Tionghoa. Maka masuknya huruf Tionghoa ke Jepang brarti pula: bahasa Tionghoa melangkahi ambang pintu wilayah Jepang. Banyak orang Jepang  tertarik oleh bahasa Tionghoa dan mempelajarinya, dan banyak buku yang ditulis oleh orang Jepang dengan mempergunakan bahasa Tionghoa telah membuka suatu dunia baru bagi Jepang, dunianya kebudayaan Tionghoa.
Oleh karenanya maka terbentanglah dengan selbar-lebarnya bagi orang Yamato taman kesusastraaan Tionghoa dengan memamerkan segala ratna-manikamnya: filsafat, sejarah, persajakan, ilmu bintang, dan pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan Tiongkok masa itu memang sudah menyampaikan suatu taraf yang di ukur dengan norma zaman itu, dapat disebutkan tinggi. Pada waktu itu Lao Tze dan Kung Tze sudah menyumbangkan karya filasafat mereka kepada dunia 8 abad lamanya. Chang Heng, seorang sarjana ilmu pengetahuan Tiongkok yang hidup pada tahun 78-139, telah membuat seismograf dunia yang pertama. Chang Chung-hing (152-219), seorang antara tabib-tabib Tiongkok kenamaan zaman purba yang telah wafat 66 tahun sebelum huruf-huruf Tiongkok melakukan penetrasi damai ke Jepang, telah menghadiahkan dunia dua jilid buku ilmu ketabiban penting, yang diantaranya adalah Shang Han Lun (Perundingan Mengenai Demam).
Semua permata taman kesusastraan Tiongkok itu bukan hanya menampakkan diri kepada orang Yamato, melainkan juga siap untuk dipergunakan mereka, untuk mengabdi mereka. Lebih lanjut kesusastraan Tionghoa dihadapan mata mereka. Tiongkok ini tidak asaing lagi bagi mereka, dan lalu da yang mencoba menyesuaikan hidupnya dengan cara hidup Tiongkok ini.
Dengan pengertian mereka mengenai bahasa Tionghoa orang Jepang juga menjelajah dunia persajakan Tionghoa. Dan mereka dapat menikmati keindahannya sajak-sajak Tionghoa. Oleh karena pada zaman itu, Tiongkok tengah mengalami satu antara puncak-puncak teringginya dalam sejarahnya dengan memerintahnya kerajaan Tang (618-907)., cahaya yang dipancarkan kegilang-gemilangnya Tiongkok menjilaukan matanya orang Jepang.
Segala apa yang datang dari Tiongkok dipandang indah. Hal ii berakibat: segala apa yang bersifat Tiongkok di Jepang juga dipandang bagus. Bahasa Tionghoa dikuasai oleh orang Jepang bukan hanya secara pasif, melainkan juga secara aktif. Yakni segara juga orang Jepang dapat mempergunakan bahasa Tionghoa untuk menulis dokumen-dokumen dan buku-buku mereka. Bahkan ada sarjana Jepang yang merangkai sajak-sajak dalam bahasa Tionghoa, dan dengan style Tionghoa klasik pula.
2.2 Pengaruh Kebudayaan Cina Terhadap Kebudayaan Jepang.
Dahulu budaya Jepang merupakan budaya asli Jomon yang kokoh dengan pengaruh dari luar negeri yang menyusul. Pada awalnya China dan Korea membawa pengaruh, yang berawal dengan berkembangnya budaya Yayoi sekitar 300 SM yang mempengaruhi seni dan keagamaan di Jepang. Tapi dalam perkembangannya Kebudayaan Cinalah yang banyak memberikan pengaruh terhadap kebudayaan Jepang.
Pengaruh budaya Cina masuk dan berkembang melalui orang – orang Tionghoa yang hidup dan menetap di Jepang, mereka membawa masuk unsur – unsur kebudayaan Tionghoa. Selain kebudayaan, agama, bahasa dan tulisan yang digunakan di Jepang juga mendapat pengaruh dari budaya Cina. Tentang ajaran konfusianisme, Taoisme dan agama Budha yang berkaitan erat dengan kebudayaan Cina sangat terkenal di Jepang. Setelah melihat cara hidup orang Tionghoa, orang Jepang pun merasa tertarik dengan cara hidup mereka. Dan orang Jepang menganggap semua yang datang dan berasal dari Tiongkok dipandang indah, ini mengakibatkan semua yang bersifat Tiongkok dipandang bagus oleh jepang.
Selain itu dampak lain dari pengaruh kebudayaan Cina terhadap kebudayaan Jepang adalah dalam bidang arsitektur yang mana rumah-rumah Jepang juga terpengaruh oleh pola-pola rumah-rumah Cina. Namun, Jepang tidak menru begitu saja, tetapi justru memadukan unsur-unsur arsitektur Jepang asli dengan unsur-unsur arsitektur Cina. Meskipun Jepang menerima unsur-unsur kebudayaan Cina, tetapi tidak semua unsur diterima. Semua unsur kebudayaan Cina tersebut diolah dan dipadukan dengan kebudayaan Jepang. Dengan demikian terjadi akulturasi budaya antara budaya Cna dengan budaya Jepang. Selain tu akulturasi terserbut terlihat dalam bentuk kerajaan pada Jaman Yamato yang sudah berbentuk kerajaan kesatuan.
Di samping itu juga telihat dalam menyusun tarikh Jepang dan juga dalam bentuk peraturan-peraturan kerajaan. Namun meskipun mendapat pengaruh kebudayaan Cina, namun tidak seluruhnya diterima. Ada beberapa ciri khas kebudayaan Jepang tidak bisa dipengaruh atau digant dengan kebudayaan Cina. Hal tersebut menyangkut kedudukan Tenno sebaga simbol dea yang memanusia, karena Tenno adalah keturunan langsung dari Ameterasu. Selain itu juga kepercayaan Shinto tidak berubah menjadi konfusianisme yang dikembangkan oleh cina.
Berikut ini merupakan beberapa Budaya Cina yang telah mengalami akulturasi dengan kebudayaan Jepang:
a.      Tulisan dan bahasa.
Tulisan dan bahasa Jepang berasal dari tulisan dan bahasa China (kanji), Tulisan dan bahasa Cina masuk ke Jepang dibawa oleh seorang sarjana dari korea yang bernama Wani, awalnya dia hanya mengajarkan tentang huruf Cina. Tapi mempelajari tulisan Cina tidak bisa dilakukan tanpa mempelajari bahasa Cina. Sebelumnya orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan sendiri, maka orang Jepang mengambil sistem penulisan orang Cina. Dalam pemakaian huruf-huruf Cina, bangsa Jepang menggunakan dua cara, yaitu dengan cara fonetis dan cara ideografis.
Dalam cara pertama dipergunakan untuk menulis atau membaca ucapan-ucapan Jepang yang ditulis dengan huruf Cina dan sebunyi dengan artinya, tetapi dipergunakan dengan ucapan-ucapan Jepang. Pada permulaan pemakaian, memang banyak terjadi kekacauan, terutama dalaam pemakaian cara fonetis. Namun, setelah mengalami perkembangan yang lama dan ditemukan sistem yang sempurna, akhirnya dapat dtuliskan tiap-tiap kata Jepang. Dan pada akhirnya tulisan dan bahasa yang berasal dari Cina ini dijadikan bahasa dan tulisan resmi di Jepang.
Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:
1.      Aksara Kanji yang berasal dari China.
2.      Aksara Hiragana dipergunakan dalam upacara-upacara yang bersifat ritual religius.
3.      Aksara Katakana dipergunakan dalam kepentingan sehari-hari. keduanya berunsur daripada tulisan kanji dan dikembangkan pada abad kedelapan Masehi oleh rohaniawan Buddha untuk membantu melafazkan karakter-karakter China.
Bahasa Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis dengan menggunakan kombinasi huruf Kanji, Hiragana, dan Katakana. Hiragana ditulis sesudah kanji untuk mengubah arti dasar dari sebuah kata, dan menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa Jepang.
b.      Agama.
Shinto (Shintō diserap dari bahasa mandarin menjadi shin dan tou yang bermakna “jalan/jalur dewa”) merupakan agama resmi yang berasal dari Jepang. Shinto merupakan penyembahan kepada kammi (dewa, roh alam, atau sekedar kehadiran spiritual). kammi merupakan benda-benda dan proses alam, misalnya Amaterasu, sang dewa matahari.
Ajaran Shinto sendiri mengacu pada kepercayaan konfusianisme di China. System kepercayaan yang dianut agama ini animisme karena mempercayai banyak dewa. Shinto melakukan penyembahan pada arwah leluhur/ nenek moyang. Walau demikian, kami yang paling banyak disembah umat Shinto adalah dewa matahari Amaterasu. Karena itu ajaran agama Shinto pun memuja kaisar Jepang yang dianggap keturunan Amaterasu. Berbeda dengan agama lain, dalam agama Shinto tidak ada ajaran yang pasti, tidak ada tempat ibadah khusus, tidak ada dewa yang benar-benar dianggap paling suci, dan tidak cara khusus untuk menyembah kammi.
Setelah Perang Dunia II, Shinto kehilangan statusnya sebagai agama resmi; sebagian ajaran dan kegiatan Shinto yang sebelumnya dianggap penting pada masa perang ditinggalkan dan tidak lagi diajarkan. Kemudian setelah masuklah agama Budha sekitar abad ke-5. Ajaran agama Budha di Jepang mempercayai dewa mathari atau dikenal dengan nama Amaterasu sebagai dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan Budha Daichi Nyorai. Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah ajaran Budha Zen yang diserap dari China. Sama seperti agama Budha di seluruh dunia, kitab suci agama Budha di Jepang adalah tripitaka dan tempat ibadahnya adalah kuil. kuil-kuil Shinto mulai dibangun sebagai rumah bagi para kami secara permanent (shaden).
2.3 Sikap Orang Jepang Terhadap Kebudayaan Cina.
Hubungan antara Cina dan Jepang secara resmi telah dibuka sejak abad ke-5. Hasil dari hubungan tersebut yaitu banyak kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang, seperti: kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, menenun dan juga agama Budha. Pada permulaan hubungan antara Cina dan Jepang, orang-orang Jepang belum pandai membaca dan menulis. Oleh karena itu, orang Jepang menggunakan orang Korea sebagai perantara, bahkan juga menggunakan orang-orang Cina untuk belajar membaca dan menulis.
Kesusasteraan oleh orang Jepang tidak begitu saja diterapkan seperti aslinya di Cina, tetapi oleh orang Jepang disesuaikan dengan keadaan negerinya (di-Jepang-kan). Sehingga, walaupun mengadopsi kesusasteraan dari Cina, namun berbeda penerapannya atau penggunaannya di Jepang.
Sejak awal hubungan Cina dan Jepang sampai pertengahan abad ke-enam tidak ada permasalahan yang besar. Tetapi setelah itu baru ada permasalahan yang serius dalam menyikapi masuknya agama Budha ke Jepang. Permasalahan itu diawali dengan pertarungan di istana Yamato tentang penerimaan citra dan kepercayaan agama Budha sebagai suatu sistem magis dari kekuasaan yang sama atau mungkin lebih besar dari pada Shinto yang pribumi. Pendukung masing-masing agama tersebut saling bertarung, namun pada akhirnya pendukung agama Budha lah yang menang.
Oleh karena jepang negeri tetangga tiongkok,maka belakulah hukum alam bedanya berhubungan dalam kebudayaan, jadi kebudayaan yang banyak di tioangkok mengalir ke jepang dengan adanya kontak antara kebudayaan jepang dengan kebudayaan cina.hal ini tebukti antara lain bahwa orang jepang mempergunakan cermin dari perunggu.sehingga menimbulkan adanya akulturasi budaya. Karena adanya orang jepang yang bertetangga dengan orang tiongkok,dan mereka juga menyaksikan cara hidup orang tiongkok orang-orang tiongkok,orang jepangpun tertarik oleh cara hidup mereka,karean mereka merasa peradaban mereka sendiri sebagai orang jepang tak setinggi orang tiongkok(tionghoa), sehingga masuklah kebudayaan tionghoa terhadap kebudayaan mereka sehari-hari.  
Banyak juga orang jepang yang tertarik bahasa tionghoa dan mereka ada juga yang tertarik mempelajarinya,serta banyak juga buku yang ditulis orang jepang yang menggunakan bahasa tionghoa. Kesuksesan orang tionghoa inimembentang cara hidup bahasa tionghoa di hadapan mata orang jepang dan membuat kebudayaan tionghoa ini akhirnya tidak asing lagi bagi mereka,dan ada juga yang menyesuaikan cara hidupnya dengan cara hidup oang tiongkok.
Orang-orang tionghoa jepang juga mempelajari bahasa tionghoa bukan hanya secara pasif saja,melanikan juga secara aktif.dengan diterimanya kebudayaan tionghoa dijepang tak terelakan konfusianisme menjadi terkenal di jepang. Dan makin lama pengaruh konfusianisme makin mendalam dijepang,orang jepang pun menerima kebudayaan tersebut
Sampai pada abad ke-18,pilihan lain yang seimbang dengan filsafat konfensius ialah filsafat Budha. Karena kedua aliran ini datang melalui Cina, kedudukan utama ajaran Cina tidak mendapat tantangan. Tetapi pada akhir abad ke-18 ada pula ahli piker dari jepang yang menolak kebudayaan cina baik konfisius maupun budha. Yakni gerakan penelitian nasional tau kokugaku.adanya norma-norma kesusilaan konfosius berlawanan dengan orang jepang itu sendiri.adanya ajaran-ajaran cina yang kacau dan penuh kekerasan dan menjual satu jenis tipu daya dan semangat cina,karagokoro,semangat kekerasan dan pembangkang,bukan semangat yang arif dan berbudi.
2.4  Konfusianisme
Pengajarannya Kung Tze, apapula filsafat kesusilaannya filsuf ini, bertalian amat berat dengan kebudayaan Tionghoa. Dengan masuknya kebudayaan Tionghoa di Jepang, tak terelakkanlah konfusianisme mengikut menyeberangi kepulauan itu. Konfusianisme menjadi terkenal di Jepang, oleh rakyat Jepang dan juga oleh kaum ningrat dalam kalangan istana kaisar.
Orang Jepang mengagumi pengajaran Kung Tza. Dan lalu mempergunakannya dalam penghidupan dan kehidupan mereka. Maka pengaruh konfusisianisme makin lama makin mendalam di Jepang. Kebudayaan Tionghoa meluas dan merata diasana, dan orangnya pun menerima kebudayaan itu.
Akan tetapi kebudayaan tersebut di ubah, seningga akhir-akhirnya kebudayaan Tionghoa berganti bentuk menjadi sebuah kebudayaan kehidupan Jepang khas.








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengaruh budaya Cina masuk dan berkembang melalui orang – orang Tionghoa yang hidup dan menetap di Jepang, mereka membawa masuk unsur – unsur kebudayaan Tionghoa. Selain kebudayaan, agama, bahasa dan tulisan yang digunakan di Jepang juga mendapat pengaruh dari budaya Cina. Tentang ajaran konfusianisme, Taoisme dan agama Budha yang berkaitan erat dengan kebudayaan Cina sangat terkenal di Jepang. Setelah melihat cara hidup orang Tionghoa, orang Jepang pun merasa tertarik dengan cara hidup mereka.
Orang Jepang dalam menyikapi kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang yaitu ada yang menerima, tetapi ada yang menolak. Kebanyakan orang Jepang menerima kebudayaan Cina karena mereka sangat membutuhkan atau menginginkan, misalnya saja membaca dan menulis. Orang Jepang menolak kebudayaan Cina karena mereka menganggap hal itu tidak menguntungkan, dan terlebih lagi apabila kebudayaan tersebut tidak mau berakulturasi dengan kebudayaan setempat.
Jepang berada didalam lingkaran budaya cina, Cina adalah sumber bagi tata aksana jepang,peradaban Cina mengalir ke Jepang yang belum berkembang dan mempengaruhi bentuk budayanya. Jepang berada dalam lingkungan budaya Cina, tetapi dalam hal agama,sajak,dan seni bangsa jepang lebih menyukai agama,sajak,seni aslinya sendiri daripada yang datang dari Cina. Dalam hal pola pemerintahan dan kelembagaan,dan model-model diCina sudah diubah sedemikian rupa sampai tidak dikenal lagi wajah aslinya. Jepang tidak menerima kebudayaan China seratus persen, tetapi hanya sebagian saja karena jepang sudah mempunyai kebudayaan yang cukup kuat.






DAFTAR PUSTAKA

Dasuki, A. 1963. Sedjarah Djepang I. Bandung: Dep. PPK. Djawatan Pendidikan Umum. Balai Pendidikan Guru.
Jansen, M. B. 1983. Jepang Selama Dua Abad Perubahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Lan, Nio Joe. 1962. Djepang Sepandjang Masa. Djakarta: PT. Kinta
Reischauer, E. O. 1982. Manusia Jepang. Jakarta: Sinar Harapan

No comments:

Post a Comment