JEPANG
DALAM LINTASAN SEJARAH
Pengertian
Istilah Jepang berasal dari Marco Polo
yang diartikan Ji-pangu. Orang Tionghoa menyebutnya dengan Nippon yang berarti
negeri matahari. Nama asli Negara ini adalah Ya Ma To. Ucapan huruf Cina dan
perkatan inipun dalam bahasa Jepang berarti: Ni Hon (Nippon) untuk Negara bangsa
Jepang.
Bangsa Jepang
Penduduk asli bangsa Jepang adalah bangsa
Ainu. Bangsa ini digambarkan berasal
dari lembah sungai Amur di Asia Utara. Mereka putih kulitnya dan agak berbulu.
Mereka masuk Jepag dari sebelah Utara dan terus menerus menerobos kesebelahan
Selatan.
Kemudian dating pula bagsa bangsa lain
terutama bangsa Tionghoa dan Korea. Beberapa dari mereka dari mereka agaknya
berhasil dari Indonesia. Mereka berasil mendesak Ainu kebahagian utara.
Sisa-sisa bangsa Ainu sekarang masih terdapat di pulau Hokkaido. Bangsa-bangsa
yang datang kemudian itu, akhirnya berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
disebut: Ya Ma To.
Ya Ma To inilah yang kelak berkembang
menjadi sebuah kerajaan Jepang, yang termasuk ke dalam kelompok Negara-negara
Asia Timur.
Agama Bangsa Jepang
Agama bangsa Jepang adalah agama Shinto
yang sangat sederhana. Agama ini merupakan agama panduan antara penyembahan
kepada nenek moyang dan kepada dewa-dewa (matahari) atau agama “jalan
dewa-dewa”. Kewajiban yang utama dalam kewajibannya itu adalah: setia kepada
dewa serta turunannya. Agama ini mengenal beratus dewa-dewa, dewi-dewi. Dewi
yang tertinggi adalah: Amaterasu Omikami. Dewi Amaterasu ini adalah dewi
Matahari. Dalam bulan Juni dan Agustus ribuan
mendaki gunung Fiji untuk memuja dewi itu. Dewi Amaterasu bukan saja dewi
matahari, melainkan menjadi pelindung pertanian juga. Dewi tertinggi ini
dipakai pula sebagai lambang Kaisar Jepang. Menurut kepercayaan Jepang
kaisar-kaisar Jepang adalah keturunan dari Amaterasu itu.
Agama Budha
Agama Budha masuk ke Jepang melalui korea
dari Cina. Korea adalah tetangga Jepang yang terdekat. Karenannya menjadilah
hubungan yang rapat antara kedua Negara itu oleh Korealah sampai kebudayaan
Cina ke Jepang. Dalam tahun 552 raja Korea pernah mengirim sebuah utusan kepada
raja Ya Ma To. Utusan itu membawa sebuah bingkisan yang berisi sebuah arca
Budha, yang terbuat dari emas serta beberapa naskah agama Budha. Disuruhnya
pula beberapa orang pendeta Budha turut serta, untuk mengajar agama Budha yang
berasal dari India itu, di negeri Jepang sejak berdatanganlah selama satu abad
ahli-ahli ilmu pengetahuan seniman-seniman, guru-guru agama, dan orang-orang
pelarian dari korea ke Jepang. Salah seorang pendorong dan penyebar besar agama
Budha di Jepang adalah Pangeran Shotoku Thaishi raja muda di Ya Ma TO lebih
kurang tahun 600.
Pangeran Shotoku banyak mengirimkan
perutusan ke Cina. Mereka diberi tugas untuk mempelajari kebudayaan Cina. Dalam
zaman itulah naskah karangan Confusius mendapat pengaruh yang besar di Jepang.
Pada tahun 612 wafatlah penyebar agama Budha yang besar itu, tetapi agama Budha
telah dapat mempertahankan diri disamping agama Shinto. Dalam abad ke-8
didirikanlah pagoda-pagoda, kuil-kuil, dan patung-patung budha di Nara.
Kekuasaan Bangsawan
Sehubungan telah terjadinya hubungan
antara negeri Jepang dengan negeri Cina secara normal, maka timbullah di Jepang
pada waktu itu suatu aliran untuk merombak susunan pemerintahan Jepang menurut
pemerintahan Cina. Kendali pemerintahan langsung di pegang oleh pemerintahan
pusat di ibukota, dengan perantaraan pegawai-pegawai pemerintah. Kaisar
sendirilah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Negara.
Karena pemerintahan Jepang berada ditangan
bangsawan-bangsawan yang kuat, maka lama-kelamaan maka terjadilah perebutan
kekuasaan anatara keluarga bangsawan itu. Para kaum bangsawan senantiasa
berusaha agar mereka dapat mempergunakan Kaisar. Sering terjadi Kaisar (Tenno)
hanyalah merupakan boneka belaka. Kekuasaan pemerintahan di Jepang dipegang oleh
keluarga atau suku yang besar yang berhasil merebut kekuasaan.
Salah satu bangsawan yang berhasil merebut
kekuasaan adalah keluarga Fujiwara yang berkuasa di Jepang dan memperlakukan
semua kaisar sebagai boneka itu. Sementara itu timbullah bahaya yang mengancam
kerajaan yang datangnya dari keluarga Fujiwara itu sendiri. Orang-orang
Fujiwara telah menciptakan tuan-tuan tanah yang juga menjadi meliter mereka
yang disebut “Daimyo” untuk memperkuat kedudukannya dan pertahankan diri para
daimyo itu masing-masing membentuk tentara sendiri. Maka lahirlah prajurit yang
turun temurun yang disebu golongan “Samurai”. Kaum Samurai ini harus memegang
teguh ajaran “busyido”. Yakni menjunjung tinggi kehormatan nusa dan bangsa,
patuh kepada pemimpin, kerelaan kesediaan dan berkorban, keberanian, kejujuran
dan lain-lain. Senjata mereka yang terpenting adalah pedang “Samurai”. Pedang
ini merupakan lambang mereka
Dalam perkembangan selanjutnya seorang
tokoh bangsawan lainya tampil kedepan bernama Yoritomo yang lebih moderat dan
tidak menurunkan Tenno dari tahata. Tenno tetap berkuasa di Kyoto dan tetap
dipertahankan kedudukannya, sebagai lambang kekuasaan yang resmi. Sedangkan
Yoritomo diangkat menjadi “Shogun” atau panglima besar tahun 1192. pangkat ini
akan turun temurun. Tenno terus dihormati oleh masyarakat Jepang, bahkan dipuja
sebagai dewa, tetapi tidak berkuasa atas pemerintahan. Kekuasaan sebenarnya
yang dipegang adalah Shogun. Shogun memerintah dari ibukotanya di Kamakura.
Yang membentuk pemerintahan meliter yang disebut “bakufu”. Maka memerintahlah
Shogun selanjutnya di Jepang,
Seperti : Shogun Kamakura (1192 - 1333).
Dalam masa ini kekuasaan bangsa mongol di daratan Cina mencoba menaklukkan
Jepang, tetapi dapat mundur oleh Jepang, dan terhindar dari kekuasan Kubhilai-Khan.
Shogun Muromachi (1392 - 1573). Dalam masa ini datang di Jepang bangsa
Portugis, tahun 1549 agama Kristen dikembangkan di Jepang melalui pendeta
Potugis. Pranciscus Xavarius serta pendeta lainnya. Shogun Takugawa (1603
-1867). Dalam masa ini pusat pemerintahan di Yedo dan kota inilah yang masa
kini disebut Tokyo. Perhubungan dengan luar negeri bertambah lancar dengan
kedatangan bangsa Sepanyol, Inggris dan Belanda namun perkembangan agama
Kristen sudah dilarang.
Zaman Meiji
Timbulnya zaman Meiji adalah merupakan
fase baru dalam perjuangan masa Jepang. Timbulnya zaman ini berarti berakhirnya
zaman terdahulu, dalam masa pemerintahan “bakufu”. Disamping itu maka
berakhirnya masa keluarga Tokugawa. Orang-rang yang membawa perubahan adalah
dari beberapa perkumpulan keluarga yang secara bersama-sama bertujuan untuk
memaksa Kaisar (Tenno) supaya mulai saat itu tidak lagi mengadakan
jabatan-jabatan Shogun dalam tahun1808. dan dibentuklah pada waktu itu suatu
pemerintahan yang bersifat sementara. Jabatan-jabatan penting dalam
pemerintahan dibagi dalam lima keluarga yakni.
- Keluarga Satsuma
- Keluarga Toda
- Keluarga Oki
- Keluarga Owai
- Keluarga Echizen
Zaman Edo juga berakhir dengan tunduknya
mereka kepada Kaisar. Kaisar yang memerintah pada waktu itu adalah Mutsuhito
dan diangkat dalam tahun 1868 – 1912 karena waktu itu Mutsuhito jabatan itu
tidak dapat dipegang sendiri. Tugas-tugas yang ada dalam suatu pemerintahan
dipegang oleh suatu tim penasehat atas nama lima keluarga besar. Sistem
pemerintahan terjadi terdiri dari:
1. Syo-Sai
(Kepala tertinggi)
2. Gi-co
terdiri dari keluarga ningrat.
3. San-Nio
terdiri dari 5 orang ninggrat di tambah dengan 15 orang golongan Samurai.
Dalam tahun itu juga (1868) banyak skali
corak-corak pemerintahan pada waktu itu diubah. Sekarang diadakan sebuah badan
baru yang disebut Dayjokwan (MPRS), dan pemeritntahan di Eydo atau Tokio
sekarang.
Disamping Meiji-Restorasi maka perubahan
perubahan diadakan di dalma sistem keluarga yang ada. Keluarga-keluarga dari
golongan bangsawan atua Fiodalisme di Jepang.
Sikap yang diambil adalah dengan mendekati
Daymio (tuan tanah) untuk menyerahkan tanah-tanah yang dipegannya masing-masing
sebagai milik pribadi. Untuk tidak meghilangkan keduudkan Daymio-Daymio, maka
ia disahkan untuk membuat jabatan gubernur.
Penghapusan feodalisme di umukan dalam
tahun 1871, dan diadakan pengambilan tanah secara besama-sama dan tanah-tanah
itu diserahkan kepada kesatuan politiknya yang disebut “Klein”. Sekarang
tinggal lagi adalah golongan “Samurai” yang kedudukannya itu sebagai
prajurit-prajurit yang sedikit sekali dibiayai oleh badan pendangan rakyat
terhadap mereka sangat merosot, malah kedengaran disana sini, desas dseus yang
menatakan mereka adalah “golongan fasilan lain yang makan roti pengangguran”.
Gaji-gaji yang mereka peroleh tidak banyak
sehingga kaum Samurai hidup melarat. Sedankan bagi Negara kaum Samurai-kamum
samurai ini cukum memberatkan beban Negara. Dengan penderitaan yang berat ini.
Mereka terpaksalah mengambil jalan pintas dengan mengadakan perlawanan terhadap
pemerintahan dalam tahun 1877. rupa-rupanya cara ini tidak memberikan
kemenangan bagi mereka, justru ini dianggap sebagai kehancuran bagi kaum
samurai di Jepang. Dalam Restorasi ini maka dianggap tidak wajar untuk tetap
mempertahankan suatu tentara dari kaum Daymio-Daymio tadi dan perlu dibentuk
suatu tentara moderen. Mula-mula disusun sistem tentara yang mengarah kepada
Barat yang diambil dari pada cara-cara yang dilakukan di Prancis. Tetapi
kemudian akibat dari pada kemenangan Prusia terhadap Prancis maka berarti cara
yang tebaik untuk susunan meliter adalah Prusia sendiri. Justru itu sekarang
Jepang membentuk meliter cara Prusia. Disamping itu A.L diperkuat dan
kapal-kapal untuk A.L banyak dibelikan dari Inggris.
Pada tahun ke-11 dari pada restorasi Maiji
(1869) dilakukan bebrapa tingakan yang bersifat pembaharuan sebagi berikut:
- Diadakan perhubungan telegrafis pertama ke Jepang.
- Tahun 1870 setiap orang diperkenakan memakai nama keluarga.
- Tahun 1871 direncanakan pembutan jalan K.A dan dibuka tahun 1872.
- Tahun 1873 wajib bagi setiap orang untuk menjadi meliter.
- Tahun 1875 juga diadkan peraturan pajak baru.
Selanjutnya pada tahu 1871 sebagai restorasi tahun ke III di
adakan pula beberapa perubahan sebagai berikut:
1.
Pengiriman utusan terhadap Negara-negara
Amerika, Eropa untuk membicarakan bantuan ekonomi Jepang dan maksud Jepang
untuk berdiri sendiri yang diberikan utama oleh Amerika ialah : penentuan
tariff/pabean.
2.
Perubahan dalam hukum yaittu kebebasan
orang-orang Jepang untuk mengadili sendiri orang-orang yang melanggar hukum.
3.
Didalam pengajaran S.D menjadi wajib bagi setiap
orang, kemudian mereka dibenarkan untuk melanjutkan sekolah menengah dan
sekolah teknik. Suatu isi pengajaran adalah anjuran bersifat wajib mencintai
Negara dan kalau perlu untuk mengorbankan diri untuk kepentingan Negara.
4.
Larangan agama Kristen dihapuskan.
5.
Pembuatan konstitusi dalam tahun 1880
direncanakan dan dalam ranka ini dikirim seorang ahli ke Eropah untuk
memperlajari perundang-undangan negeri lain, dan setelah ahli itu kembali, maka
terbentuklah “Tata Negaraan Yang Lebih Tua” konstitusi itu terdiri dari 2
majlis:
a. Majlis
Ninggrat (all of low)
b. Majlis
Rakyat
6.
Didalam pertanian di buat sistem baru dimana
setiap pertain dijadikan pemilik tanah dan tidak lagi berlaku milik tanah dalam
kaum Daimyo.
7.
Pembaharuan hubungan internasional diperluas
berdasarkan perjanjian-perjanjian perdagangan dalam negeri dan luar negeri bayak
diurus orang asing. Dan untuk memperlancar perdagangan didirikan bank-bank
dalam Negara, yang I adalah “Bank of Japan”.
8.
Pengaruh Barat membawa efek pula dalam
perkembangan persurat kebar. Surat kabar yang I adalah “Wagisami Ship ping
Lussa and Adventires” yang kemudian surat kabar itu menjadi surat kabar “Japan
Herald”.
Langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan
bangsa Jepang dalma zaman Restorasi Maiji ini adalah menadakan tindakan untuk
menjamin kebutuhan bangsa dan Negara yaitu:
- Meresmikan Hinomaru jadi bendera kebangsaan
- Meresmikan Kimigayo sebagai lagu kebangsaan.
- Meresmikan agama Shinto jadi agama Negara.
- Memindahkan ibukota dari Kyoto ke Edo dan namanya dirobah jadi Tokio.
No comments:
Post a Comment