Friday 27 March 2015

SISTEMATIKA FILSAFAT

FILSAFAT DAN PENGETAHUAN
KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM PENGETAHUAN
Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pengetahuan. Filosof menyusun buah pikirannya, membentuk suatu system pengetahuan, yang kita sebut sebagai filsafat dari filosof itu.
Adapun pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
1.      Berasal dari manusia itu sendiri.
2.      Berasal dari luar manusia.
Jenis pengetahuan kedua disebut TUHAN) diistilahkan wahyu. Golongan manusia yang berfilsafatkan materialisme tidak mempercayai adanya pengetahuan kedua ini, karena merka tidak mempercayai adanya  TUHAN. Alkindi menyebutkan pengetahuan jenis pertama itu pengetahuan Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua pengetahuan manusiawi, yang dasarnya pemikiran. Jadi ada dua jenis pengetahuan : pengetahuan manusia dan pengetahuan Tuhan.
Pengetahuan manusia itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
a.       Pengetahuan Indera
b.      Pengetahuan Ilmu
c.       Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan ialah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu ialah hasil dari : kenal, sadar, insaf, mengerti, pandai. Dapat disimpulakan, semua milik atau isi pikiran ialah pengetahuan:
1.      Kita melihat, mendengar, merasa, meraba, mencium segala sesuatu. Pengalaman panca-indera ini melalui proses pemikiran langsung menjadi pengetahuan, yang kita istilahkan disini dengan pengetahuan-indera.
2.      Kita berpikir secara sistematik dan radikal, disertai dengan riset atau eksperimen. Hasil berpikir dan berbuat dengan metoda ini membentuk pengetahuan pula, yang kita istilahkan dengan pengetahuan-ilmu.
3.      Kita memmikirkan segla sesuatu secara sistematik, radikal dan universal. System berpikir ini membentuk pengetahuan yang diistilahkan dengan pengetahuan-filsafat.


A.    Pengetahuan Agama
Pengetahuan ini berintikan pengetahuan Tuhan dan ulasan, keteranagan, tafsiran, perincian yang berasal dari pengetahuan manusia terhadap wahyu itu. Ada dua jenis agama : agama budaya dan agama langit. Kepustakaan barat menebut natural religion (agama alam) dan reveald religion (agama wahyu) yang pertama tumbuh di bumi, dilahirkan oleh kebudayaan, yang kedua diturunkan dari langit. Ajaran dassar agama budaya sesungguhnya adlah filsafat manusia juga, sekalipun penganut – penganutnya bersikeras menyatakan bahwa ajaran itu wahyu dari tuhan. Sedangkan ajaran dasar agama langit benar diturunkan dengan wahyu.
Pengertian Hujan
Sebagai ilustrasi Kita lihat dari mendung, awan menebal, tidak lama sesudah itu turunlah titik  - titik air dari atas (dari arah langit) kebawah, ketanah (kearah bumi). Sampai ditanah, titik-titik air itu menghilang. Apabila air itu menitik dalam waktu yang cukup lama, terbentuk arus-arus air kecil dipermukaan tanah, manakala bidang tanah itu tidak rata. Awan adalah kumpulan uap air. Apabila ia makin menebal (sehingga menutup matahari, hari menjadi mendung) dan menemukan suhu, yang membalikan uap kembali menjadi air. Karena titik –titk itu lebih berat dari pada udara, atau karena gaya tarik bumi, titik-titik air jatuh ke bumi.
Dari ilmu kepada filsafat
Hukum alam adalah ketentuan Maha Ruh. Semua berasal dari pada-Nya dan kembali kepada-Nya. Pada segala sesuatu dialah hakikatnya, dialah pangkalnya, dialah ujungnya. Yang ini hanyalah manifestasi dari pada-Nya. Inilah yang disebut system pengetahuan atau filsafat serbaruh.
Pengetahuan indera adalah pengetahuan yang bersetumpu pada panca-indera, ilmu bersetumpu atas kegiatan tangan dan otak, dan filsafat atas kerja otak saja.
1.         Pengetahuan ilmu            : lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset atau eksperimen) batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian.
2.         Pengetahuan filsafat        : segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi (relative, terbats) batasnya ialah batas alam, namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang di sebut oleh agama Tuhan.
Tentang pengertian atau definisi filsafat, baik kita dengar sejumlah ahli berbicara. Pendapat ahli – ahli itu akan lebih memperluas pengertian kita tentang filsafat serta ruang lingkupnya.
1.         Plato, filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada. Dalam kurun (periode) plato belum tumbuh diferensiasi pengetahuan. Belum ada batas antara ilmu dan filsafat. Untuk menjadi filosof orang harus menguasai semua pengetahuan yang ada ketika itu.
2.         Aristoteles beranggapan, bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikin filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
3.         Cicero mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang ilmu tinggi – tinggi saja dan jalan untuk mencapai ilmu itu. Filsafat ialah induk segala ilmu dunia, ilmu kepunyaan dewata.
4.         Epicuros memandang filsafat sebagai jalan mencari kepuasaan dan kesenangan dalam hidup. Ia berguna buat pratek hidup didunia.
5.         Windelband mengatakan sifat filsafat merentang pikiran sampai sejauh – jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata.
Filosof dan Ilmu
Ilmuwan disamping meneliti, ia juga berpikir. Cara berpikirnya itu radikal dan sistematik. Tetapi cara dan sasaran berpikirnya terbatas. Ia membatasi diri pada satu segi atau unsure kenyataan. Yang ditujunya sekeping kebenaran.
Cara berpikir filsafat radikal , radikal berasal dari radix (bahasa yunani), berarti akar. Berpikir radikal berpikir sampai ke akar – akarnya, tidak tanggung – tanggung, sampai kepada konsekwensinya yang terakhir. Berpikir itu tidak separuh – paruh, tidak berhenti dijalan, tapi terus sampai keujungnya. Tidak ada yang tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berpikir yang radikal itu.






PERANAN FILSAFAT
Sumber Filsafat
Di barat yang mula – mula berfilsafat orang – orang yunani. Apa yang mengerakan mereka berfilsafat ? Plato mengatakan bahwa filsafat mulai dengan ketakjuban, dengan keheranan. Hanya manusia yang dapat takjub. Yang jadi subjek adalah manusia. Yang jadi objeknya segala sesuatu yang tidak jelas, yang belum ada keterangan atau jawabannya. Keheranan menyatakan diri dalam pertanyaan. Yang menanyakan itu adalah manusia. Yang ditanyakan segala sesuatu yang dihadapinya yang belum jelas. Maksud pertanyaan mejelaskan pertanyaan untuk memperoleh kebenaran. Menginginkan kebenaran adalah gerak asli pikiran manusia.
Kalau dizaman purba filsafat mulai dengan keheranan, adalah di zaman modern mulai dengan Descartes ia biasanya mulai dengan kesangsian. Apa yang dikatakan sangsi, atau bimbang, atau ragu. Sutan takdie mengatakan, bahwa sangsi itu adik dari tak percaya. Kedudukan kesangsian adlah antara percaya dan tidak percaya. Ada tiga sikap pikiran manusia dalam kesangsian. Yang pertama ia percaya, kedua ia tidak percaya, ketiga ia sangsi. Pada sikap yang pertama dan kedua pikiran itu tidak bekerja. Kalau kita percaya pada sesuatu atau tidak percaya, maka kita tidak berpikir. Bila orang mulai berpikir kalau ia percaya dan tak percayapun tidak. Maka ia berpikir untuk sampai kepada kepercayaan atau tak percaya. Ketika ini dicapai, berhentilah ia berpikir.
Kesangsian juga menyatakan diri dalam bentuk pertanyaan. Apakah benar hujan itu berasal dari atas?. Apakah hukum alam itu hanya merupakan sifat materi ataukah ketentuan tuhan?. Selama ada tanda Tanya dalam pikiran, jalannya terbentur. Maka bekerjalah pikiran untuk melenyapkan tanda Tanya. Ketika tanda Tanya lenyap, pikiran sampai ketempat pemberhentian yang berbentuk percaya atau tak percaya.
Kata yang berasal dari bahasa asing untuk sangsi ialah skeptic. Dari kata itu terbentuk istilah skeptisisma, menunjuk pengertian paham, yakni skeptisisma, berarti :
1.         Selama orang tidak dengan kritis membahas anggapan – anggapannya, bertolak dari pengingkaran kebenaran, Karen itu memberikan nilai yang sama kepada semua pendapat, jadi mengingkari secara dogmatis (seperti kaum sofis dalam kurun plato).
2.         Cenderung unntuk kritik, tidak member nila yang sama pada semua pendapat, ia memisahkan yang benar dari yang tak benar dalam pendapat, percaya bahwa yang satu lebih baik dari pada yang lain, merupakan tahap sebelum mencapai kebenaran.
Maka bagi filsafat modern kesangsian itu merupakan sumber filsafat. Tanpa sangsi, orang tidak berpikir. Tanpa berpikir filsafat tidak lahir. Tanpa berpikir  ilmu pun tak mungkin terbentuk.

Filsafat dan Kebudayaan
Titik persamaan definisi – definisi yang dirumuskan oleh ahli – ahli ialah manusia. Berdasarkan definisi – definisi itu dapat disimpulkan bahwa soal kebudayaan adlah soal manusia. Maju selangkah lagi kita katakan, bahwa manusialah yang bekebudayaan. Serempak definisi – definisi itu menyimpulkan kenapa manusia berkebudayaan, tapi hewan tidak. Karena manusia memiliki sesuatu yang esensiil, yang tidak ada pada hewan. Manusia mempunyai ruh atau jiwa, yang menyatakan diri pada berpikir dan merasa ruhaniah. Hewan memang juga mempunyai otak tapi otaknya tidak berpikir. Ia mempunyai hati, tapi aktifitasnya tidak membentuk rasa ruhaniah. Rupanya kehidupan batiniah atau ruhaniahlah yang merupakan pangkal kebudayaan.
Ilmu tentang manusia yang diistilahkan orang dengan antropologi terbagi dua. Apabila kita memandang manusia dari segi jasmaniahnya, maka kita memasuki lapangan antropologi fisik. Tetapi kalau ia kita pandang dari segi rohaniahnya, kita memasuki medan antropologi kebudayaan atau dipendekan orang dengan antropologi budaya.
Peranan Filsafat Dalam Segi – Segi Kebudayaan
Bagaimana posisi dan peranannya terhadapa kebudayaan menyeluruh, demikian pula terhadap segi – segi kebudayaan, social , ekonomi, politik, teknik, dan seni. Selama pemikiran kita terikat oleh fakta – fakta social, ekonomi, politik, hukum, teknik, dan seni. Kita berada dimedan ilmu. Tetapi ketika pemikiran kita menjangkau lebih jauh, untuk itu ia melepaskan ikatannya dari fakta, kita memasuki lapangan filsafat.
Apabila kita berbicara tentang naluri social, maksud dan tujuan pergaulan hidup, maksud dan tujuan perkawinan, nilai monogamy, poligini, poliandri, poligami – poliandri, sitem – system kekerabatan, individualism dan kelektivisma sebagai pandangan dunia dan sikap hidup, maka pembicaraan iyu tengah bergerak dalam filsafat sosial. Muncullah filosof – filosof social memecahkan masalah – masalh social yang tidak termakan oleh ilmu.
Setelah dibahas hubungan filsafat dengan perannya dalam kebudayaan secara keseluruhan, dan menyinggung hubungan dan peranannya dalam segi – segi kehidupan kita akhiri pasal ini untuk beralih kepada masalah hubungan dengan dan peranan filsafat dalam agama. Seperti telah disinggung, ilmu memasukan agama sebagai salah satu cultural universal. Karena itu menurut pandangan tersebut, seharusnya soal filsafat dan agama harus dibicarakan.

Filsafat dan Agama
            Kata agama dalam bahasa Indonesia kabur dan kacau pengertiannya. Umumnya di-ekwivalenkan orang dengan religi.
Bertolak dari definisi filsafat, adalah takrif filsafat agama. System kebenaran tentang agama sebagai hasil berpikir secara radikal, sistematik dan universal. Dasar – dasar agam yang dipersoalkan dipikirkan menurut logika (teratus danberdisplin) dan bebas. Ada dua bentuk filsafat agama, yakni filsafat agama pasa umumnya dan filsafat sesuatu agama.
Bentuk yang pertama dihasilkan oleh pemikiran dasar – dasar agama secara analitik dan kritik, dengan membebasskan diri dari ajaran – ajaran agama dan bukanlah tujuannya untuk membenarkan suatu agama. Bentuk yang kedua adalah juga hasil pemikiran dasar – dasar suatu agama secara analitik dan kritik, dengan tujuan memberikan alasan – alasan rasional untuk membenarkan agama itu, setidak – tidaknya menguraikan bahwa ajaran agama itu, tidaklah mustahil dan tidak berlawanan dengan logika. Dalam pembahasan orang mengikatkan diri pada ajaran – ajaran agama itu. Tugas filsafat disini  sesungguhnya adalah membawa ajaran – ajaran agama itu kea lam budi, sehingga ia secara rasional dapat dipahami.

Pertentangan Ulama dan Filsafat
Dimasa jayanya filsafat islam, dari kalangan ulama (terkenal al-Ghazali) ada yang menolak filsafat islam seluruhnya. Terhadap kritik dari perlawanan itu, filososf – filosof islam menjawab, bahwa pembahsan pokok agam dan filsafat adalah satu, karena kedua – duanya memperkatakan prinsip – prinsip yang gaib, jauh dari wujud yang dihadapi. Tujuan filsafat senada dengan tujuan agama, kata mereka. Kedua-duanya bertujuan membina kebahagian melalui iman dan amal yang baik.
Pertentangan antara filosof dan ulama terutama didunia islam bagian barat, maka banyaklah filosof – filosof islam yang difitnah dan buku – bukunya dibakar. Nasib demikian dialami oleh Ibnu Rusyd. Dari ucapan Ibnus-Shalah tentang filsafat kita memperoleh gambaran, bagaimana pandangan kaum ulama umumnya dahulu terhadap filsafat. “filsafat adalah pokok kebodohan dan peyelewengan, bahkan kebinggungan dan kesesatan. Siapa yang berfilsafat maka butalah hatinya dari kebaikan – kebaikan sjari’ah yang suci, yang dikuatkan engan dalil – dalil yang lahir dan bukti – bukti yang jelas. Barang siapa yang mempelajarinya, maka ia bertemankan kehinaan, tertutup dari kebenaran dan terbujuk oleh syetan. Apakah ada ilmu yang lebih hina dari pada ilmu yang membutakan orang yang memilikinya dan menggelapkan hatinya dari sinar kenabian Nabi kita.
Sekalipun filsafat ditolak oleh ulama – ulama, namun dalam prateknya tanpa disadari, ulama – ulama itu berfilsafat juga. Dalam membahas ajaran – ajaran islam, ilmu mantikmau tidak mau dipergunakan. Ilmu kalam tidaklah lain filsafat ketuhanan.
Persamaan Filsafat dan Agama
            Persamaan antara filsafat dan agama adalah, masing-masing merupakan sumber nilai, terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya lagi dalam hal ini, nilai-nilai etika filsafat merupakan produk aqal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ditentukan oleh Tuhan.

No comments:

Post a Comment