FILSAFAT
DAN PENGETAHUAN
KEDUDUKAN FILSAFAT
DALAM PENGETAHUAN
Pengertian
Filsafat
Filsafat adalah pengetahuan. Filosof menyusun buah
pikirannya, membentuk suatu system pengetahuan, yang kita sebut sebagai
filsafat dari filosof itu.
Adapun pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia
dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
1. Berasal
dari manusia itu sendiri.
2. Berasal
dari luar manusia.
Jenis pengetahuan kedua
disebut TUHAN) diistilahkan wahyu.
Golongan manusia yang berfilsafatkan materialisme tidak mempercayai adanya
pengetahuan kedua ini, karena merka tidak mempercayai adanya TUHAN. Alkindi menyebutkan pengetahuan jenis
pertama itu pengetahuan Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua
pengetahuan manusiawi, yang dasarnya pemikiran. Jadi ada dua jenis pengetahuan : pengetahuan manusia dan pengetahuan Tuhan.
Pengetahuan manusia itu
dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
a. Pengetahuan
Indera
b. Pengetahuan
Ilmu
c. Pengetahuan
Filsafat
Pengetahuan ialah apa
yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu ialah hasil dari :
kenal, sadar, insaf, mengerti, pandai. Dapat disimpulakan, semua milik atau isi
pikiran ialah pengetahuan:
1. Kita
melihat, mendengar, merasa, meraba, mencium segala sesuatu. Pengalaman
panca-indera ini melalui proses pemikiran langsung menjadi pengetahuan, yang
kita istilahkan disini dengan pengetahuan-indera.
2. Kita
berpikir secara sistematik dan radikal, disertai dengan riset atau eksperimen.
Hasil berpikir dan berbuat dengan metoda ini membentuk pengetahuan pula, yang
kita istilahkan dengan pengetahuan-ilmu.
3. Kita
memmikirkan segla sesuatu secara sistematik, radikal dan universal. System
berpikir ini membentuk pengetahuan yang diistilahkan dengan
pengetahuan-filsafat.
A.
Pengetahuan
Agama
Pengetahuan ini
berintikan pengetahuan Tuhan dan ulasan, keteranagan, tafsiran, perincian yang
berasal dari pengetahuan manusia terhadap wahyu itu. Ada dua jenis agama :
agama budaya dan agama langit. Kepustakaan barat menebut natural religion
(agama alam) dan reveald religion (agama wahyu) yang pertama tumbuh di bumi,
dilahirkan oleh kebudayaan, yang kedua diturunkan dari langit. Ajaran dassar
agama budaya sesungguhnya adlah filsafat manusia juga, sekalipun penganut –
penganutnya bersikeras menyatakan bahwa ajaran itu wahyu dari tuhan. Sedangkan
ajaran dasar agama langit benar diturunkan dengan wahyu.
Pengertian Hujan
Sebagai ilustrasi Kita
lihat dari mendung, awan menebal, tidak lama sesudah itu turunlah titik - titik air dari atas (dari arah langit)
kebawah, ketanah (kearah bumi). Sampai ditanah, titik-titik air itu menghilang.
Apabila air itu menitik dalam waktu yang cukup lama, terbentuk arus-arus air
kecil dipermukaan tanah, manakala bidang tanah itu tidak rata. Awan adalah
kumpulan uap air. Apabila ia makin menebal (sehingga menutup matahari, hari
menjadi mendung) dan menemukan suhu, yang membalikan uap kembali menjadi air.
Karena titik –titk itu lebih berat dari pada udara, atau karena gaya tarik
bumi, titik-titik air jatuh ke bumi.
Dari ilmu kepada filsafat
Hukum alam adalah
ketentuan Maha Ruh. Semua berasal dari pada-Nya dan kembali kepada-Nya. Pada
segala sesuatu dialah hakikatnya, dialah pangkalnya, dialah ujungnya. Yang ini
hanyalah manifestasi dari pada-Nya. Inilah yang disebut system pengetahuan atau
filsafat serbaruh.
Pengetahuan indera adalah
pengetahuan yang bersetumpu pada panca-indera, ilmu bersetumpu atas kegiatan
tangan dan otak, dan filsafat atas kerja otak saja.
1.
Pengetahuan ilmu : lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset
atau eksperimen) batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan
penelitian.
2.
Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang dapat dipikirkan
oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi (relative,
terbats) batasnya ialah batas alam, namun demikian ia juga mencoba memikirkan
sesuatu yang di luar alam, yang di sebut oleh agama Tuhan.
Tentang pengertian atau
definisi filsafat, baik kita dengar sejumlah ahli berbicara. Pendapat ahli –
ahli itu akan lebih memperluas pengertian kita tentang filsafat serta ruang
lingkupnya.
1.
Plato,
filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada. Dalam
kurun (periode) plato belum tumbuh diferensiasi pengetahuan. Belum ada batas
antara ilmu dan filsafat. Untuk menjadi filosof orang harus menguasai semua
pengetahuan yang ada ketika itu.
2.
Aristoteles
beranggapan, bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikin filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
3.
Cicero
mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang ilmu tinggi – tinggi saja
dan jalan untuk mencapai ilmu itu. Filsafat ialah induk segala ilmu dunia, ilmu
kepunyaan dewata.
4.
Epicuros
memandang filsafat sebagai jalan mencari kepuasaan dan kesenangan dalam hidup.
Ia berguna buat pratek hidup didunia.
5.
Windelband
mengatakan sifat filsafat merentang pikiran sampai sejauh – jauhnya tentang
suatu keadaan atau hal yang nyata.
Filosof dan Ilmu
Ilmuwan disamping
meneliti, ia juga berpikir. Cara berpikirnya itu radikal dan sistematik. Tetapi
cara dan sasaran berpikirnya terbatas. Ia membatasi diri pada satu segi atau unsure
kenyataan. Yang ditujunya sekeping kebenaran.
Cara berpikir filsafat
radikal , radikal berasal dari radix (bahasa yunani), berarti akar. Berpikir
radikal berpikir sampai ke akar – akarnya, tidak tanggung – tanggung, sampai
kepada konsekwensinya yang terakhir. Berpikir itu tidak separuh – paruh, tidak
berhenti dijalan, tapi terus sampai keujungnya. Tidak ada yang tabu, tidak ada
yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berpikir yang radikal itu.
PERANAN
FILSAFAT
Sumber
Filsafat
Di barat yang mula –
mula berfilsafat orang – orang yunani. Apa yang mengerakan mereka berfilsafat ?
Plato mengatakan bahwa filsafat mulai dengan ketakjuban, dengan keheranan.
Hanya manusia yang dapat takjub. Yang jadi subjek adalah manusia. Yang jadi
objeknya segala sesuatu yang tidak jelas, yang belum ada keterangan atau
jawabannya. Keheranan menyatakan diri dalam pertanyaan. Yang menanyakan itu
adalah manusia. Yang ditanyakan segala sesuatu yang dihadapinya yang belum
jelas. Maksud pertanyaan mejelaskan pertanyaan untuk memperoleh kebenaran.
Menginginkan kebenaran adalah gerak asli pikiran manusia.
Kalau dizaman purba
filsafat mulai dengan keheranan, adalah di zaman modern mulai dengan Descartes
ia biasanya mulai dengan kesangsian. Apa yang dikatakan sangsi, atau bimbang, atau
ragu. Sutan takdie mengatakan, bahwa sangsi itu adik dari tak percaya.
Kedudukan kesangsian adlah antara percaya dan tidak percaya. Ada tiga sikap
pikiran manusia dalam kesangsian. Yang pertama ia percaya, kedua ia tidak
percaya, ketiga ia sangsi. Pada sikap yang pertama dan kedua pikiran itu tidak
bekerja. Kalau kita percaya pada sesuatu atau tidak percaya, maka kita tidak
berpikir. Bila orang mulai berpikir kalau ia percaya dan tak percayapun tidak.
Maka ia berpikir untuk sampai kepada kepercayaan atau tak percaya. Ketika ini
dicapai, berhentilah ia berpikir.
Kesangsian juga
menyatakan diri dalam bentuk pertanyaan. Apakah benar hujan itu berasal dari
atas?. Apakah hukum alam itu hanya merupakan sifat materi ataukah ketentuan
tuhan?. Selama ada tanda Tanya dalam pikiran, jalannya terbentur. Maka
bekerjalah pikiran untuk melenyapkan tanda Tanya. Ketika tanda Tanya lenyap,
pikiran sampai ketempat pemberhentian yang berbentuk percaya atau tak percaya.
Kata yang berasal dari
bahasa asing untuk sangsi ialah skeptic. Dari kata itu terbentuk istilah
skeptisisma, menunjuk pengertian paham, yakni skeptisisma, berarti :
1.
Selama orang tidak dengan kritis
membahas anggapan – anggapannya, bertolak dari pengingkaran kebenaran, Karen
itu memberikan nilai yang sama kepada semua pendapat, jadi mengingkari secara
dogmatis (seperti kaum sofis dalam kurun plato).
2.
Cenderung unntuk kritik, tidak member
nila yang sama pada semua pendapat, ia memisahkan yang benar dari yang tak
benar dalam pendapat, percaya bahwa yang satu lebih baik dari pada yang lain, merupakan
tahap sebelum mencapai kebenaran.
Maka bagi filsafat
modern kesangsian itu merupakan sumber filsafat. Tanpa sangsi, orang tidak
berpikir. Tanpa berpikir filsafat tidak lahir. Tanpa berpikir ilmu pun tak mungkin terbentuk.
Filsafat
dan Kebudayaan
Titik persamaan
definisi – definisi yang dirumuskan oleh ahli – ahli ialah manusia. Berdasarkan
definisi – definisi itu dapat disimpulkan bahwa soal kebudayaan adlah soal
manusia. Maju selangkah lagi kita katakan, bahwa manusialah yang bekebudayaan.
Serempak definisi – definisi itu menyimpulkan kenapa manusia berkebudayaan,
tapi hewan tidak. Karena manusia memiliki sesuatu yang esensiil, yang tidak ada
pada hewan. Manusia mempunyai ruh atau jiwa, yang menyatakan diri pada berpikir
dan merasa ruhaniah. Hewan memang juga mempunyai otak tapi otaknya tidak
berpikir. Ia mempunyai hati, tapi aktifitasnya tidak membentuk rasa ruhaniah. Rupanya
kehidupan batiniah atau ruhaniahlah yang merupakan pangkal kebudayaan.
Ilmu tentang manusia
yang diistilahkan orang dengan antropologi terbagi dua. Apabila kita memandang
manusia dari segi jasmaniahnya, maka kita memasuki lapangan antropologi fisik.
Tetapi kalau ia kita pandang dari segi rohaniahnya, kita memasuki medan
antropologi kebudayaan atau dipendekan orang dengan antropologi budaya.
Peranan
Filsafat Dalam Segi – Segi Kebudayaan
Bagaimana posisi dan
peranannya terhadapa kebudayaan menyeluruh, demikian pula terhadap segi – segi
kebudayaan, social , ekonomi, politik, teknik, dan seni. Selama pemikiran kita
terikat oleh fakta – fakta social, ekonomi, politik, hukum, teknik, dan seni.
Kita berada dimedan ilmu. Tetapi ketika pemikiran kita menjangkau lebih jauh,
untuk itu ia melepaskan ikatannya dari fakta, kita memasuki lapangan filsafat.
Apabila kita berbicara
tentang naluri social, maksud dan tujuan pergaulan hidup, maksud dan tujuan
perkawinan, nilai monogamy, poligini, poliandri, poligami – poliandri, sitem –
system kekerabatan, individualism dan kelektivisma sebagai pandangan dunia dan
sikap hidup, maka pembicaraan iyu tengah bergerak dalam filsafat sosial.
Muncullah filosof – filosof social memecahkan masalah – masalh social yang
tidak termakan oleh ilmu.
Setelah dibahas
hubungan filsafat dengan perannya dalam kebudayaan secara keseluruhan, dan
menyinggung hubungan dan peranannya dalam segi – segi kehidupan kita akhiri
pasal ini untuk beralih kepada masalah hubungan dengan dan peranan filsafat
dalam agama. Seperti telah disinggung, ilmu memasukan agama sebagai salah satu
cultural universal. Karena itu menurut pandangan tersebut, seharusnya soal
filsafat dan agama harus dibicarakan.
Filsafat
dan Agama
Kata
agama dalam bahasa Indonesia kabur dan kacau pengertiannya. Umumnya
di-ekwivalenkan orang dengan religi.
Bertolak dari definisi
filsafat, adalah takrif filsafat agama. System kebenaran tentang agama sebagai
hasil berpikir secara radikal, sistematik dan universal. Dasar – dasar agam
yang dipersoalkan dipikirkan menurut logika (teratus danberdisplin) dan bebas.
Ada dua bentuk filsafat agama, yakni filsafat agama pasa umumnya dan filsafat
sesuatu agama.
Bentuk yang pertama
dihasilkan oleh pemikiran dasar – dasar agama secara analitik dan kritik,
dengan membebasskan diri dari ajaran – ajaran agama dan bukanlah tujuannya
untuk membenarkan suatu agama. Bentuk yang kedua adalah juga hasil pemikiran
dasar – dasar suatu agama secara analitik dan kritik, dengan tujuan memberikan
alasan – alasan rasional untuk membenarkan agama itu, setidak – tidaknya
menguraikan bahwa ajaran agama itu, tidaklah mustahil dan tidak berlawanan
dengan logika. Dalam pembahasan orang mengikatkan diri pada ajaran – ajaran
agama itu. Tugas filsafat disini
sesungguhnya adalah membawa ajaran – ajaran agama itu kea lam budi, sehingga
ia secara rasional dapat dipahami.
Pertentangan Ulama dan Filsafat
Dimasa jayanya filsafat
islam, dari kalangan ulama (terkenal al-Ghazali) ada yang menolak filsafat
islam seluruhnya. Terhadap kritik dari perlawanan itu, filososf – filosof islam
menjawab, bahwa pembahsan pokok agam dan filsafat adalah satu, karena kedua –
duanya memperkatakan prinsip – prinsip yang gaib, jauh dari wujud yang
dihadapi. Tujuan filsafat senada dengan tujuan agama, kata mereka. Kedua-duanya
bertujuan membina kebahagian melalui iman dan amal yang baik.
Pertentangan antara
filosof dan ulama terutama didunia islam bagian barat, maka banyaklah filosof –
filosof islam yang difitnah dan buku – bukunya dibakar. Nasib demikian dialami
oleh Ibnu Rusyd. Dari ucapan Ibnus-Shalah tentang filsafat kita memperoleh gambaran,
bagaimana pandangan kaum ulama umumnya dahulu terhadap filsafat. “filsafat
adalah pokok kebodohan dan peyelewengan, bahkan kebinggungan dan kesesatan.
Siapa yang berfilsafat maka butalah hatinya dari kebaikan – kebaikan sjari’ah
yang suci, yang dikuatkan engan dalil – dalil yang lahir dan bukti – bukti yang
jelas. Barang siapa yang mempelajarinya, maka ia bertemankan kehinaan, tertutup
dari kebenaran dan terbujuk oleh syetan. Apakah ada ilmu yang lebih hina dari
pada ilmu yang membutakan orang yang memilikinya dan menggelapkan hatinya dari
sinar kenabian Nabi kita.
Sekalipun filsafat
ditolak oleh ulama – ulama, namun dalam prateknya tanpa disadari, ulama – ulama
itu berfilsafat juga. Dalam membahas ajaran – ajaran islam, ilmu mantikmau
tidak mau dipergunakan. Ilmu kalam tidaklah lain filsafat ketuhanan.
Persamaan
Filsafat
dan Agama
Persamaan
antara filsafat dan agama adalah, masing-masing merupakan sumber nilai,
terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya lagi dalam hal ini, nilai-nilai etika
filsafat merupakan produk aqal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai
ditentukan oleh Tuhan.
No comments:
Post a Comment