Thursday 26 March 2015

MAKALAH | KEBUDAYAAN HINDU BUDHA DI JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Filsafat berakar dari peradaban Yunani. Setiap peradaban memiliki kebijaksanaan dan pemikiran sendiri Namun Yunani merupakan peradaban yang banyak menuliskan hasil pemikirannya lewat para tokoh filsafatnya yang terkenal sampai sekarang seperti Thales, Sokrates, Phytagoras dan filsof-filsof lain sebagainya, sehingga saat ini filsafat yang berkembang adalah filsafat yang berasal dari bangsa Yunani.
Beberapa tentang kelahiran dan perkembangan Filsafat pada awal kelahiranya tidak dapat di pisahkan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Makna kata Filsafat sendiri adalah cinta Keahrifan, arti kata tersebut belum memperhatikan makna kata yang sebenarnya dari kata Filsafat, sebeb pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang Filosof untuk memperoleh Kearifan.
Aliran yang mengawali periode yunani klasik adalah Sofisme, kata Sofis berarti Arif atau Pandai,yaitu gelar bagi meraka yang memiliki kearifan dalam menjalani kehidupan. Namun pada zaman ini, kata Sofis berkaitan dengan orang yang pandai bicara, mempengaruhi orang dengan kepandaian berdebat. Sofis dalam gambaran yang di berikan para tokoh aliran ini terlihat jahat dan tidak memilki moral. Namun mereka sebenarnya memiliki jasa yang lumayan besar dalam perkembangan Filsafat. Dan ada beberapa pendapat orang terhadap aliran Sofisme yaitu ada yang menganggap bahwa aliran Sofisme sebagai aliran yang merusak dunia Filsafat.
Seringkali persoalan-persoalan filsafat hanya dapat dipahami jika dilihat dari perkembangan sejarahnya. Ahli-ahli besar seperti Aristoteles, Thomas Aquino, Immanuel Kant itu hanya dapat dimengerti dari aliran-aliran yang mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya merupakan reaksi atau syintetis dari aliran lain. Filsafat dan Ilmu yang dikenal di dunia Barat Dewasa ini berasal dari zaman.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Kota Provinsi Jambi
Kota Jambi adalah ibukota Provinsi Jambi dan merupakan salah satu dari 11 daerah kabupaten/kota yang ada dalam Provinsi Jambi. Secara historis, Pemerintah Kota Jambi dibentuk dengan Ketetapan Gubernur Sumatera No.103/1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di Sumatera, kemudian diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah Otonom Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.
Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang bererti ‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
Di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu Jambi (1500-1901). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara langsung dengan 2 kerajaan Hindu-Budha pra-Islam. Sekitar Abad 6 – awal 7 M berdiri KERAJAAN MALAYU (Melayu Tua) terletak di Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari,Jambi).Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awak Abad 7 M. dan lagi pada abad 9 M Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China ( Wang Gungwu 1958;74). Kerajaan ini bersaing dengan SRI WIJAYA untuk menjadi pusat perdagangan. Letak Malayu yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu menyerang Malayu sehingga akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya. Muaro jambi, sebuah kompleks percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar agama Budha sebagaimana catatan pendeta Cina I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun 671. Ia belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun 689 bersama empat pendeta lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Budha. Saat itulah ia tulis bahwa Kerajaan Malayu kini telah menjadi bahagian Sri Wijaya.
Abad ke 11 M setelah Sri Wijaya mulai pudar, ibunegeri dipindahkan ke Jambi ( Wolters 1970:2 ). Inilah KERAJAAN MALAYU (Melayu Muda) atau DHARMASRAYA berdiri di Muara Jambi. Sebagai sebuah bandar yang besar, Jambi juga menghasilkan berbagai rempah-rempahan dan kayu-kayuan. Sebaliknya dari pedagang Arab, mereka membeli kapas, kain dan pedang. Dari Cina, sutera dan benang emas, sebagai bahan baku kain tenun songket ( Hirt & Rockhill 1964 ; 60-2 ). Tahun 1278 Ekspedisi Pamalayu dari Singasari di Jawa Timur menguasai kerajaan ini dan membawa serta putri dari Raja Malayu untuk dinikahkan dengan Raja Singasari. Hasil perkimpoian ini adalah seorang pangeran bernama Adityawarman, yang setelah cukup umur dinobatkan sebagai Raja Malayu. Pusat kerajaan inilah yang kemudian dipindahkan oleh Adityawarman ke Pagaruyung dan menjadi raja pertama sekitar tahun 1347. Di Abad 15, Islam mulai menyebar ke Nusantara.
2.2  Sejarah Kerajaan Melayu Jambi oleh pengaruh hindu-budha.
Di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu Jambi (1500-1901). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara langsung dengan 2 kerajaan Hindu-Budha pra-Islam. Sekitar Abad 6 – awal 7 M berdiri KERAJAAN MALAYU (Melayu Tua) terletak di Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari, Jambi). Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awal Abad 7 M. dan lagi pada abad 9 M Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China ( Wang Gungwu 1958;74). Kerajaan ini bersaing dengan SRI WIJAYA untuk menjadi pusat perdagangan. Letak Malayu yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu menyerang Malayu sehingga akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya.
Berdasarkan sedikit data sejarah yang tersedia, Jambi menikmati masa bebas dari pengaruh kerajaan lain hanya di masa Kerajaan Melayu Kuno. Selanjutnya, ketika Sriwijaya berdiri, Jambi menjadi daerah taklukan Sriwijaya, bahkan, menurut beberapa sumber yang, tentu saja masih diperdebatkan, Jambi pernah menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya. Ketika Sriwijaya runtuh dan muncul kekuatan Singosari di Jawa, Jambi menjadi daerah taklukan Singosari. Ketika Singosari runtuh dan muncul kemudian Majapahit, Jambi menjadi wilayah taklukan Majapahit. 
Dalam perkembangan selanjutnya, Jambi menjadi pusat Kerajaan Swarnabhumi yang didirikan Aditywarman. Ketika pusat kerajaan Adityawarman berpindah ke Pagaruyung, Jambi menjadi bagian dari Kerajaan Minangkabau di Pagaruyung. Ketika Malaka muncul sebagai sebuah kekuatan baru di Selat Malaka, Jambi menjadi bagian dari wilayah Malaka. Malaka runtuh, kemudian muncul Johor. Lagi-lagi, Jambi menjadi bagian dari Kerajaan Johor. Demikianlah, Jambi telah menjadi target ekspansi setiap kerajaan besar yang berdiri di Nusantara ini. 
Beberapa benda arkeologis yang ditemukan di daerah Jambi menunjukkan bahwa, di daerah ini telah berlangsung suatu aktifitas ekonomi yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan benda-benda keramik juga membuktikan bahwa, di daerah ini, penduduknya telah hidup dengan tingkat budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, orang-orang Jambi merupakan masyarakat yang religius. . Muaro jambi, sebuah kompleks percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar agama Budha sebagaimana catatan pendeta Cina I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun 671. Ia belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun 689 bersama empat pendeta lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Budha.
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.
2.3  Peninggalan-Peniggalan Kebudayaan yang berupa candi di Jambi.
1.      Muaro.
Kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak diKecamatan Muaro SeboKabupaten Muaro JambiJambiIndonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M.
Penemuan dan Pemugaran
Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C.Krooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius. Berdasarkan aksara jawa kuno pada beberapa lembpeng ditemukan, pakar epigrafi Boekhari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru Sembilan bangunan yang telah di pugar, dan kesemuanya adalah bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah:
-          Candi Kotomahligai
-          Candi Kedaton
-          Candi Gedong Satu
-          Candi Gedong Dua
-          Candi Gumpung
-          Candi Tinggi
-          Candi Talejo Rajo
-          Candi Kembar Batu
-          Candi Astono
Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari PersiaChina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentukmandala.
Struktur Kompleks Percandian
Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas (diokupasi). Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan berpengaruh agama Hindu.
Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat.
Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnaparamitadwarapalagajahsimhaumpak batulumpang/lesung batuGong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emaskeramik asing, tembikarbelanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu.
Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak

2.      Candi Kedaton
Candi Kedaton merupakan bagian dari kawasan  percandian Muara Jambi, yang merupakan salah satu kompleks percandian terbesar se-Asia Tenggara. Pada jalan masuk menuju candi ini, terdapat sebuah parit besar yang sedang direklamasi oleh pemda Jambi untuk dijadikan lokasi wisata Air. 
Keberadaan Candi Kedaton diketahui pada tahun 1976, dan hasil penelitian arkeologi menunjukkan bahwa kompleks Candi Kedaton merupakan bangunan yang paling besar dan luas di antara kompleks candi di Muara Jambi. 
Candi ini memiliki luas 55.850 meter persegi, dan dibatasi pagar keliling yang terbuat dari batu bata, dengan bangunan induk yang memiliki luas 28,13 meter X 25,5 meter. Nama Candi Kedaton diberikan oleh penduduk lokal yang muncul dari imajinasi gambaran candi sebagai suatu tempat yang kokoh dan megah.
Keunikan Candi Kedaton dari candi-candi lainnya adalah strukturnya. Candi Kedaton memiliki muatan batuan kerikil dengan ukuran besar. Padahal, seluruh bangunan di kompleks Candi Muara Jambi ini memiliki struktur berisi tanah atau bata. Diperkirakan, kerikil-kerikil ini berasa dari daerah hulu Sungai Batanghari.
Asal-usul peradaban Candi Kedaton masih diperdebatkan oleh para arkeolog dan ahli budaya. Pasalnya, di reruntuhan candi ini pernah ditemukan sebuah Belanga Perunggu, yang diduga bukan merupakan karya asli Jambi, dan memiliki kesamaan dengan peralatan perunggu yang ditemukan di candi-candi di Bali dan Jawa (memiliki unsur China). Sehingga diduga ada pengaruh peradaban China dalam pembangunan dan kehidupan di Candi Kedaton ini ribuan tahun yang lalu.
Masih ada lagi sebuah reruntuhan candi di belakang Candi Kedaton ini yang belum usai dipugar. Di reruntuhan ini juga ditemukan kerikir-kerikil serta beberapa patung pahatan yang berfungsi sebagai 'penjaga' candi.
3.      Candi Gumpung
Bangunan Candi Gumpung merupakan salah satu kawasan candi yang cukup luas dan besar yang ada di Kawasan Kompleks percandian Muara Jambi. Candi Gumpung ini memiliki halaman yang dibatasi dengan pagar keliling berbentuk bujur sangkar yang berukuran 150 meter X 155 meter, sedangkan bangunan induk yang ada di dalam pagar ini berukuran 17,9 meter X 17,3 meter dan menghadap ke arah timur. 
Tata ruang Candi Gumpung ini terbagi atas beberapa ruang yang masing-masing berpagar bata dilengkapi pintu gerbang masuk. Kini, pagar-pagar dan pintu masuk hanya tersisa di bagian bawahnya dan selebihnya telah hilang. Pemugaran candi ini telah dilakukan pada tahun 1982, dan hanya berhasil mengembalikan struktur bangunan yang masih tersisa. 
Di Candi Gumpung ini, ditemukan prasasti-prasasti emas berisi data-data mengenai asal-muasal candi ini. dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa candi ini merupakan Candi Umat Budha yang dibangun pada pertengahan abad ke-9 hingga permulaan abad ke-10 masehi. Hal ini juga didukung dengan adanya temuan arca Prajnaparamitha serta artefak lain yang berhubungan dengan ajaran Budha.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Peninggalan-peninggalan agama Hindu dan Budha masih bisa kita lihat sampai sekarang. Banyak peninggalan yang ditemukan di daerah-derah tertentu di seluruh pelosok Indonesia, salah satunya di daerah provinsi jambi.
            Banyak dari bukti-bukti membuktikan bahwa, pengaruh yang masuk ke daerah provinsi Jambi adalah agama Budha saja, karena sesuai dengan peninggalan-peninggalan berupa candi-candi yang masih tersisa sampai sekarang. Diantara candi yang tersisa yaitu candi yang  bercorak bangunan-bangunan seperti:
-          Candi Kotomahligai
-          Candi Kedaton
-          Candi Gedong Satu
-          Candi Gedong Dua
-          Candi Gumpung
-          Candi Tinggi
-          Candi Talejo Rajo
-          Candi Kembar Batu
-          Candi Astono
Dari keseembilan candi itu letaknya di pekarangan kompleks candi yang terbesar yaitu candi Muaro. Seperti yang telah diketahui bahwa candi Muaro Jambi telah teridentifikasi kurang lebih 110 bangunan candi yang terdiri dari kurang 39 kelompok candi. Bangunan candi tersebut adalah peninggalah kerajaan melayu hingga kerajaan Sriwijaya, yang berlatar belakang kebudayaan melayu budhis.








DAFTAR PUSTAKA

http://home.candimuarojambi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=40&Itemid=152
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi
http://travel.okezone.com/read/2011/11/28/408/535188/ini-dia-candi-unik-di-jambi
http://travel.okezone.com/read/2011/11/28/408/535180/candi-gumpung-candi-terluas-di-muara-jambi.
http://hamlandz.blogspot.com/2011/12/sejarah-kerajaan-melayu-jambi-oleh.html
http://pandri-16.blogspot.com/2012/11/sejarah-awal-kota-provinsi-jambi.html
http://oediku.wordpress.com/2010/11/25/sejarah-dan-asal-muasal-propinsi-jambi/

No comments:

Post a Comment