|
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat
berakar dari peradaban Yunani. Setiap peradaban memiliki kebijaksanaan dan
pemikiran sendiri Namun Yunani merupakan peradaban yang banyak menuliskan hasil
pemikirannya lewat para tokoh filsafatnya yang terkenal sampai sekarang seperti
Thales, Sokrates, Phytagoras dan filsof-filsof lain sebagainya, sehingga saat
ini filsafat yang berkembang adalah filsafat yang berasal dari bangsa Yunani.
Beberapa tentang
kelahiran dan perkembangan Filsafat pada awal kelahiranya tidak dapat di pisahkan
dengan perkembangan Ilmu pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno
(masa yunani). Makna kata Filsafat sendiri adalah cinta Keahrifan, arti kata
tersebut belum memperhatikan makna kata yang sebenarnya dari kata Filsafat,
sebeb pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang Filosof
untuk memperoleh Kearifan.
Aliran yang
mengawali periode yunani klasik adalah Sofisme, kata Sofis berarti Arif atau
Pandai,yaitu gelar bagi meraka yang memiliki kearifan dalam menjalani
kehidupan. Namun pada zaman ini, kata Sofis berkaitan dengan orang yang pandai
bicara, mempengaruhi orang dengan kepandaian berdebat. Sofis dalam gambaran
yang di berikan para tokoh aliran ini terlihat jahat dan tidak memilki moral.
Namun mereka sebenarnya memiliki jasa yang lumayan besar dalam perkembangan
Filsafat. Dan ada beberapa pendapat orang terhadap aliran Sofisme yaitu ada
yang menganggap bahwa aliran Sofisme sebagai aliran yang merusak dunia
Filsafat.
Seringkali
persoalan-persoalan filsafat hanya dapat dipahami jika dilihat dari
perkembangan sejarahnya. Ahli-ahli besar seperti Aristoteles, Thomas Aquino,
Immanuel Kant itu hanya dapat dimengerti dari aliran-aliran yang mendahului
mereka. Aliran yang satu biasanya merupakan reaksi atau syintetis dari aliran
lain. Filsafat dan Ilmu yang dikenal di dunia Barat Dewasa ini berasal dari
zaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kota Provinsi Jambi
Kota Jambi adalah ibukota Provinsi Jambi dan
merupakan salah satu dari 11 daerah kabupaten/kota yang ada dalam Provinsi
Jambi. Secara historis, Pemerintah Kota Jambi dibentuk dengan Ketetapan
Gubernur Sumatera No.103/1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di Sumatera,
kemudian diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah
Otonom Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.
Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang
bererti ‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak
pembangunan kerajaan baru, pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran
sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
Di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan
Islam Melayu Jambi (1500-1901). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara
langsung dengan 2 kerajaan Hindu-Budha pra-Islam. Sekitar Abad 6 – awal 7 M
berdiri KERAJAAN MALAYU (Melayu Tua) terletak di Muara Tembesi (kini masuk
wilayah Batanghari,Jambi).Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awak Abad 7 M.
dan lagi pada abad 9 M Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China ( Wang
Gungwu 1958;74). Kerajaan ini bersaing dengan SRI WIJAYA untuk menjadi pusat
perdagangan. Letak Malayu yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka
menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu menyerang Malayu sehingga
akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya. Muaro jambi,
sebuah kompleks percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar
agama Budha sebagaimana catatan pendeta Cina I-Tsing yang berlayar dari India
pada tahun 671. Ia belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun
689 bersama empat pendeta lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Budha.
Saat itulah ia tulis bahwa Kerajaan Malayu kini telah menjadi bahagian Sri
Wijaya.
Abad ke 11 M setelah Sri Wijaya mulai
pudar, ibunegeri dipindahkan ke Jambi ( Wolters 1970:2 ). Inilah KERAJAAN
MALAYU (Melayu Muda) atau DHARMASRAYA berdiri di Muara Jambi. Sebagai sebuah
bandar yang besar, Jambi juga menghasilkan berbagai rempah-rempahan dan
kayu-kayuan. Sebaliknya dari pedagang Arab, mereka membeli kapas, kain dan
pedang. Dari Cina, sutera dan benang
emas, sebagai bahan baku kain tenun songket ( Hirt & Rockhill 1964 ; 60-2
). Tahun 1278 Ekspedisi Pamalayu dari Singasari di Jawa Timur menguasai
kerajaan ini dan membawa serta putri dari Raja Malayu untuk dinikahkan dengan
Raja Singasari. Hasil perkimpoian ini adalah seorang pangeran bernama
Adityawarman, yang setelah cukup umur dinobatkan sebagai Raja Malayu. Pusat
kerajaan inilah yang kemudian dipindahkan oleh Adityawarman ke Pagaruyung dan
menjadi raja pertama sekitar tahun 1347. Di Abad 15, Islam mulai menyebar ke
Nusantara.
2.2
Sejarah Kerajaan
Melayu Jambi oleh pengaruh hindu-budha.
Di Pulau Sumatera,
Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu Jambi
(1500-1901). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara langsung dengan 2
kerajaan Hindu-Budha pra-Islam. Sekitar Abad 6 – awal 7 M berdiri KERAJAAN
MALAYU (Melayu Tua) terletak di Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari,
Jambi). Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awal Abad 7 M. dan lagi pada abad
9 M Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China ( Wang Gungwu 1958;74).
Kerajaan ini bersaing dengan SRI WIJAYA untuk menjadi pusat perdagangan. Letak
Malayu yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya
merasa terdesak sehingga perlu menyerang Malayu sehingga akhirnya tunduk kepada
Sri Wijaya.
Berdasarkan sedikit data sejarah yang
tersedia, Jambi menikmati masa bebas dari pengaruh kerajaan lain hanya di masa
Kerajaan Melayu Kuno. Selanjutnya, ketika Sriwijaya berdiri, Jambi menjadi
daerah taklukan Sriwijaya, bahkan, menurut beberapa sumber yang, tentu saja
masih diperdebatkan, Jambi pernah menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya. Ketika
Sriwijaya runtuh dan muncul kekuatan Singosari di Jawa, Jambi menjadi daerah
taklukan Singosari. Ketika Singosari runtuh dan muncul kemudian Majapahit,
Jambi menjadi wilayah taklukan Majapahit.
Dalam perkembangan selanjutnya, Jambi menjadi
pusat Kerajaan Swarnabhumi yang didirikan Aditywarman. Ketika pusat kerajaan
Adityawarman berpindah ke Pagaruyung, Jambi menjadi bagian dari Kerajaan
Minangkabau di Pagaruyung. Ketika Malaka muncul sebagai sebuah kekuatan baru di
Selat Malaka, Jambi menjadi bagian dari wilayah Malaka. Malaka runtuh, kemudian
muncul Johor. Lagi-lagi, Jambi menjadi bagian dari Kerajaan Johor. Demikianlah,
Jambi telah menjadi target ekspansi setiap kerajaan besar yang berdiri di
Nusantara ini.
Beberapa benda arkeologis yang ditemukan di
daerah Jambi menunjukkan bahwa, di daerah ini telah berlangsung suatu aktifitas
ekonomi yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan benda-benda keramik
juga membuktikan bahwa, di daerah ini, penduduknya telah hidup dengan tingkat
budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, orang-orang
Jambi merupakan masyarakat yang religius. . Muaro jambi, sebuah kompleks
percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar agama Budha
sebagaimana catatan pendeta Cina I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun
671. Ia belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun 689 bersama
empat pendeta lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Budha.
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro
Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia
yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan
Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten
Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26
kilometer arah timur Kota Jambi. Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad
ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang
paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro
Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.
2.3 Peninggalan-Peniggalan Kebudayaan
yang berupa candi di Jambi.
1. Muaro.
Kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas
di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan
Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks
percandian ini terletak diKecamatan Muaro Sebo, Kabupaten
Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di
tepi Batang
Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat
Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn
berasal dari abad
ke-11 M.
Penemuan
dan Pemugaran
Kompleks percandian Muaro Jambi
pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama
S.C.Krooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan
militer. Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang
serius. Berdasarkan aksara jawa kuno pada beberapa lembpeng ditemukan, pakar epigrafi
Boekhari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di
situs ini baru Sembilan bangunan yang telah di pugar, dan kesemuanya adalah
bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah:
-
Candi
Kotomahligai
-
Candi
Kedaton
-
Candi
Gedong Satu
-
Candi
Gedong Dua
-
Candi
Gumpung
-
Candi
Tinggi
-
Candi
Talejo Rajo
-
Candi
Kembar Batu
-
Candi
Astono
Dari sekian
banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan
daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada
manik-manik yang berasal dari Persia, China, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga
menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan
"wajra" pada
beberapa candi yang membentukmandala.
Struktur
Kompleks Percandian
Kompleks percandian Muaro Jambi
terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini
mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar
260 hektar yang
membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian
besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas
(diokupasi). Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan
berpengaruh agama Hindu.
Di dalam
kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau
kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah
yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal
terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat.
Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis
pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis,
bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta
fragmen besi dan
perunggu.
Selain candi pada kompleks tersebut
juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh
masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak
2. Candi Kedaton
Candi Kedaton merupakan bagian dari kawasan percandian Muara
Jambi, yang merupakan salah satu kompleks percandian terbesar se-Asia Tenggara.
Pada jalan masuk menuju candi ini, terdapat sebuah parit besar yang sedang
direklamasi oleh pemda Jambi untuk dijadikan lokasi wisata Air.
Keberadaan Candi Kedaton diketahui pada tahun 1976, dan hasil penelitian
arkeologi menunjukkan bahwa kompleks Candi Kedaton merupakan bangunan yang
paling besar dan luas di antara kompleks candi di Muara Jambi.
Candi ini memiliki luas 55.850 meter persegi, dan dibatasi pagar
keliling yang terbuat dari batu bata, dengan bangunan induk yang memiliki luas
28,13 meter X 25,5 meter. Nama Candi Kedaton diberikan oleh penduduk lokal yang
muncul dari imajinasi gambaran candi sebagai suatu tempat yang kokoh dan megah.
Keunikan Candi Kedaton dari candi-candi lainnya adalah strukturnya.
Candi Kedaton memiliki muatan batuan kerikil dengan ukuran besar. Padahal,
seluruh bangunan di kompleks Candi Muara Jambi ini memiliki struktur berisi
tanah atau bata. Diperkirakan, kerikil-kerikil ini berasa dari daerah hulu
Sungai Batanghari.
Asal-usul peradaban Candi Kedaton masih diperdebatkan oleh para arkeolog
dan ahli budaya. Pasalnya, di
reruntuhan candi ini pernah ditemukan sebuah Belanga Perunggu, yang diduga
bukan merupakan karya asli Jambi, dan memiliki kesamaan dengan peralatan
perunggu yang ditemukan di candi-candi di Bali dan Jawa (memiliki unsur China).
Sehingga diduga ada pengaruh peradaban China dalam pembangunan dan kehidupan di
Candi Kedaton ini ribuan tahun yang lalu.
Masih ada lagi sebuah reruntuhan candi di belakang Candi Kedaton ini
yang belum usai dipugar. Di reruntuhan ini juga ditemukan kerikir-kerikil serta
beberapa patung pahatan yang berfungsi sebagai 'penjaga' candi.
3. Candi Gumpung
Bangunan Candi Gumpung merupakan salah satu kawasan candi yang cukup
luas dan besar yang ada di Kawasan Kompleks percandian Muara Jambi. Candi
Gumpung ini memiliki halaman yang dibatasi dengan pagar keliling berbentuk
bujur sangkar yang berukuran 150 meter X 155 meter, sedangkan bangunan induk
yang ada di dalam pagar ini berukuran 17,9 meter X 17,3 meter dan menghadap ke
arah timur.
Tata ruang Candi Gumpung ini terbagi atas beberapa ruang yang masing-masing
berpagar bata dilengkapi pintu gerbang masuk. Kini, pagar-pagar dan pintu masuk
hanya tersisa di bagian bawahnya dan selebihnya telah hilang. Pemugaran candi
ini telah dilakukan pada tahun 1982, dan hanya berhasil mengembalikan struktur
bangunan yang masih tersisa.
Di Candi Gumpung ini, ditemukan prasasti-prasasti emas berisi data-data
mengenai asal-muasal candi ini. dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa candi
ini merupakan Candi Umat Budha yang dibangun pada pertengahan abad ke-9 hingga
permulaan abad ke-10 masehi. Hal ini juga didukung dengan adanya temuan arca
Prajnaparamitha serta artefak lain yang berhubungan dengan ajaran Budha.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peninggalan-peninggalan
agama Hindu dan Budha masih bisa kita lihat sampai sekarang. Banyak peninggalan
yang ditemukan di daerah-derah tertentu di seluruh pelosok Indonesia, salah
satunya di daerah provinsi jambi.
Banyak dari bukti-bukti membuktikan
bahwa, pengaruh yang masuk ke daerah provinsi Jambi adalah agama Budha saja,
karena sesuai dengan peninggalan-peninggalan berupa candi-candi yang masih
tersisa sampai sekarang. Diantara candi yang tersisa yaitu candi yang bercorak bangunan-bangunan seperti:
-
Candi
Kotomahligai
-
Candi
Kedaton
-
Candi
Gedong Satu
-
Candi
Gedong Dua
-
Candi
Gumpung
-
Candi
Tinggi
-
Candi
Talejo Rajo
-
Candi
Kembar Batu
-
Candi
Astono
Dari keseembilan candi itu letaknya di pekarangan kompleks candi
yang terbesar yaitu candi Muaro. Seperti yang telah diketahui bahwa candi Muaro Jambi telah teridentifikasi kurang lebih
110 bangunan candi yang terdiri dari kurang 39 kelompok candi. Bangunan candi
tersebut adalah peninggalah kerajaan melayu hingga kerajaan Sriwijaya, yang
berlatar belakang kebudayaan melayu budhis.
DAFTAR PUSTAKA
http://home.candimuarojambi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=40&Itemid=152
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi
http://travel.okezone.com/read/2011/11/28/408/535188/ini-dia-candi-unik-di-jambi
http://travel.okezone.com/read/2011/11/28/408/535180/candi-gumpung-candi-terluas-di-muara-jambi.
http://hamlandz.blogspot.com/2011/12/sejarah-kerajaan-melayu-jambi-oleh.html
http://pandri-16.blogspot.com/2012/11/sejarah-awal-kota-provinsi-jambi.html
http://oediku.wordpress.com/2010/11/25/sejarah-dan-asal-muasal-propinsi-jambi/
No comments:
Post a Comment